Kamis, 15 Maret 2018

MAHKOTA PEREMPUAN



OLeh   : Ustadzah Ade Yeni Suharja

🌷MAHKOTA PEREMPUAN

Dilahirkan sebagai seorang wanita adalah anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Sebuah anugerah yang tidak dimiliki oleh seorang pria.Terlebih anugerah itu bertambah menjadi muslimah yang mukminah yaitu wanita muslimah yang beriman kepada Allah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim)

Menjadi wanita muslimah yang beriman kepada Allah tentu tidak mudah, karena banyak sekali godaan-godaan dalam mencapainya. Dikarenakan balasan yang Allah janjikan pun tidak terbandingkan dan semua wanita pun menginginkannya. Godaan-godaan untuk menjadi wanita shalihah sering kali datang dan menggebu-gebu saat menginjak usia usia di awal kedewasaan, di mana masa puberitas seorang wanita ada di masa ini.

Salah satu godaan yang amat besar pada usia remaja adalah “rasa ketertarikan terhadap lawan jenis”. Memang, rasa tertarik terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia, baik wanita atau lelaki. Namun kalau kita tidak bisa memanage perasaan tersebut,maka akan menjadi mala petaka yang amat besar, baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang yang kita sukai. Sudah Allah tunjukkan dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

”Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim)

Wanita, dengan segala keindahanny, ia sebagai perhiasan dunia yang menjadi ujian bagi hati, ujian bagi mata laki-laki yang terkadang ujian ini melenakan serta memperdayakan hingga tak jarang yang pada akhirnya sebab dari petaka dunia. Sebab wanita adalah perhiasan nan indah, karena dia adalah ujian maka Allah tuntunkan agar ia menjaga perhiasannya, melindungi dan menutupinya bukan untuk menyembunyikan perhiasan tersebut akan tetapi untuk membuatnya semakin indah, dan juga memenenangkan hati yang memandangnya.
Rambut yang berurai di kepala, hitam berkilau yang tampak begitu mempesona adalah mahkotanya wanita. Inilah satu dari sekian perhiasan wanita yang begitu indah, namun Allah memerintahkan untuk setiap wanita agar menjaga mahkota ini dengan menutupnya dengan pakaian mulia, hijab kita mengenalnya. Pakaian mulia itu, yang menutup dikepala, hingga juga menutup semua perhiasan lainnya kecuali yang biasa tampak (muka dan kedua telapak tangan).
Mahkota wanita dan pakaian mulia itu, meskipun banyak kebaikan dalam menjalannya serta tidak sedikit mudharat jika meninggalkannya berhijab secara syar’i, menutup mahkota wanita dengan pakaian yang sempurna memang bukanlah hal yang ringan bagi sebagian wanita. Ya, hanya orang-orang yang terpilih dan memilih jalan orang-orang terpilihlah yang memakainya. Dan, pakaian bathin yang harus dikenakannya adalah rasa MALU.

MALU adalah akhlak yang menghiasi perilaku manusia dengan cahaya dan keanggunan yang ada padanya. Inilah akhlak terpuji yang ada pada diri seorang lelaki dan fitrah yang mengkarakter pada diri setiap wanita. Sehingga, sangat tidak masuk akal jika ada wanita yang tidak ada rasa malu sedikitpun dalam dirinya. Rasa manis seorang wanita salah satunya adalah buah dari adanya sifat malu dalam dirinya.

🌸 APA SIH SIFAT MALU ITU?

Imam Nawani dalam Riyadhush Shalihin menulis bahwa para ulama pernah berkata, “Hakikat dari malu adalah akhlak yang muncul dalam diri untuk meninggalkan keburukan, mencegah diri dari kelalaian dan penyimpangan terhadap hak orang lain.”

Abu Qasim Al-Junaid mendefinisikan dengan kalimat, “Sifat malu adalah melihat nikmat dan karunia sekaligus melihat kekurangan diri, yang akhirnya muncul dari keduanya suasana jiwa yang disebut dengan malu kepada Sang Pemberi Rezeki.”


💎Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:

1. Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.

2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, seorang muslim menghindari berbuat maksiat karena malu atas muraqabatullah (pantauan Allah).

3. Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya, perasaan yang menganggap tidak malu seperti telanjang di hadapan orang banyak.

Karena itu, beruntunglah orang yang punya rasa malu. Kata Ali bin Abi Thalib, “Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya.”

Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan.” (HR. Muslim dalam Kitab Iman, hadits nomor 51)

Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.
Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Tentang kesejajaran sifat malu dan iman dipertegas lagi oleh Rasulullah saw., “Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar. Menurut Hakim, hadits ini shahih dengan dua syarat-syarat Bukhari dan Muslim dalam Syu’ban Iman. As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir menilai hadits ini lemah.)

🌷🌸🌷
Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5652)

Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Tidak bisa kita bayangkan jika dari mulut seorang muslimah meluncur kata-kata kotor lagi kasar. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surga jauh. Kata Nabi, “Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan jorok berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka.” (HR. Tirmidzi dalam Ktab Birr wash Shilah, hadits nomor 1932)

Ketahuilah wahai muslimah, kata Malu, Bukan pemalu. Pemalu (khajal) adalah penyakit jiwa dan lemah kepribadian akibat rasa malu yang berlebihan. Sebab, sifat malu tidaklah menghalangi seorang muslimah untuk tampil menyuarakan kebenaran. Sifat malu juga tidak menghambat seorang muslimah untuk belajar dan mencari ilmu. Contohlah Ummu Sulaim Al-Anshariyah.

Dari Zainab binti Abi Salamah, dari Ummu Salamah Ummu Mukminin berkata, “Suatu ketika Ummu Sulaim, istri Abu Thalhah, menemui Rasulullah saw. seraya berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu pada kebenaran. Apakah seorang wanita harus mandi bila bermimpi?’ Rasulullah menjawab, ‘Ya, bila ia melihat air (keluar dari kemaluannya karena mimpi).'” (HR. Bukhari dalam Kitab Ghusl, hadits nomor 273)

Saat ini banyak muslimah yang salah menempatkan rasa malu. Apalagi situasi pergaulan pria-wanita saat ini begitu ikhtilath (campur baur). Ketika ada lelaki yang menyentuh atau mengulurkan tangan mengajak salaman, seorang muslimah dengan ringan menyambutnya. Ketika kita tanya, mereka menjawab, “Saya malu menolaknya.” Bagaimana jika cara bersalamannya dengan bentuk cipika-cipiki (cium pipi kanan cium pipi kiri)? “Ya abis gimana lagi. Ntar dibilang gak gaul. Kan tengsin (malu)!”

Bahkan ketika dilecehkan oleh tangan-tangan jahil di kendaraan umum, tidak sedikit muslimah yang diam tak bersuara. Ketika kita tanya kenapa tidak berteriak atau menghardik lelaki jahil itu, jawabnya, sekali lagi, saya malu.

Belum juga penampilan muslimah sekarang ini di dunia nyata dan dunia maya yang kurang beradab, penampilan yang mengundang syahwat laki laki sehingga dapat mengundang kejahatan.

Jelas itu penempatan rasa malu yang salah. Tapi, anehnya tidak sedikit muslimah yang lupa akan rasa malu saat mengenakan rok mini. Betul kepala ditutupi oleh jilbab kecil, tapi busana ketat yang diapai menonjolkan lekak-lekuk tubuh. Betul mereka berpakaian, tapi hakikatnya telanjang. Jika dulu underwear adalah busana sangat pribadi, kini menjadi bagian gaya yang setiap orang bisa lihat tanpa rona merah di pipi.

Begitulah jika urat malu sudah hilang. “Idza lam tastahyii fashna’ maa syi’ta, bila kamu tidak malu, lakukanlah apa saja yang kamu inginkan,” begitu kata Rasulullah saw. (HR. Bukhari dalam Kitab Ahaditsul Anbiya, hadits nomor 3225).

💎Ada tiga pemahaman atas sabda Rasulullah itu. Pertama, berupa ancaman. “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushhdilat: 40).

Kedua, perkataan Nabi itu memberitakan tentang kondisi orang yang tidak punya malu. Mereka bisa melakukan apa saja karena tidak punya standar moral. Tidak punya aturan.

Ketiga, hadits ini berisi perintah Rasulullah saw. kepada kita untuk bersikap wara’. Jadi, kita menangkap makna yang tersirat bahwa Rasulullah berkata, apa kamu tidak malu melakukannya? Kalau malu, menghindarlah!

Salman Al-Farisi punya pemahaman lain lagi tentang hadits itu. “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla apabila hendak membinasakan seorang hamba, maka Ia mencabut darinya rasa malu. Bila rasa malu telah dicabut, maka engkau tidak akan menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai. Bila engkau tidak menemuinya kecuali sebagai orang yang murka dan dimurkai, maka dicabutlah pula darinya sifat amanah. Bila sifat amanah itu dicabut darinya, maka engkau tidak akan menjumpainya selain sebagai pengkhianat dan dikhianati. Bila engkau tak menemuinya selain pengkhianat dan dikhianati, maka rahmat Allah akan dicabut darinya. Bila rahmat itu dicabut darinya, maka engakau tidak akan menemukannya selain sosok pengutuk dan dikutuk. Bila engkau tidak menemukannya selain sebagai pengkutuk dan dikutuk, maka dicabutlah darinya ikatan Islam,” begitu kata Salman. (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Fitan, hadits nomor 4044, sanadnya lemah, tapi shahih)

Wanita yang beriman adalah wanita yang memiliki sifat malu. Sifat malu tampak pada cara dia berbusana. Ia menggunakan busana takwa, yaitu busana yang menutupi auratnya.

Ibnu Katsir berkata, “Pada zaman jahiliyah dahulu, sebagian kaum wanitanya berjalan di tengah kaum lelaki dengan belahan dada tanpa penutup. Dan mungkin saja mereka juga memperlihatkan leher, rambut, dan telinga mereka. Maka Allah memerintahkan wanita muslimah agar menutupi bagian-bagian tersebut.”

Menundukkan pandangan juga bagian dari rasa malu. Sebab, mata memiliki sejuta bahasa. Kerlingan, tatapan sendu, dan isyarat lainnya yang membuat berjuta rasa di dada seorang lelaki. Setiap wanita memiliki pandangan mata yang setajam anak panah dan setiap lelaki paham akan pesan yang dimaksud oleh pandangan itu. Karena itu, Allah swt. memerintahahkan kepada lelaki dan wanita untuk menundukkan sebagaian pandangan mereka.

Hati hati yaa Akhawaatii... Kalau kita masih senang foto-foto selfi yang diupload di medsos dengan bermacam mimik wajah dan bermacam gaya bibir; bibir jontor,  bibir monyong, bibir cemberut,  bibir seksi seksian dan lain-lain.

Hal ini menandakan rasa malu pada dirinya sudah hilang.

Malu hilang maksiat datang, maksiat disuka Allah murka
na'uudzubillahi min dzaalik

Solusi dari hilangnya rasa malu adalah dengan menumbuhkan kembali d rasa malu kpd Allah Subhaanahu wa ta'ala dan memupuknya.

Perasaan malu terhadap Allah, adalah sebuah kesadarannya bahwa Allah SWT mengetahui semua perbuatan manusia. Baik perbuatannya dilihat oleh orang atau tidak, dia tetap merasakan bahwa Allah selalu berada di sampingnya, melihat dan mengawasinya, sehingga dia merasa malu kepada-Nya jika melakukan hal yang tidak diridhoi-Nya. Orang yang malu kepada Allah SWT selalu ikhlas karena Allah, bukan karena ingin dipuji manusia. Karena dia menyadari bahwa yang bisa memberi rahmat dan keberkahan hanyalah Allah SWT bukan manusia.

🔹Ada beberapa cara untuk menumbuhkan dan memupuk rasa malu pada Allah SWT, antara lain :

1⃣ Selalu menyadari apa yang hendak dikatakan dan dilakukan, sehingga terhindar dari melakukan hal-hal yang akan mengakibatkan rasa malu. Misalnya berkata-kata kotor, berbohong, mengingkari janji dan sebagainya.

2⃣ Senantiasa meningkatkan kualitas diri dengan ‘tidak malu’ bertanya jika tidak mengetahui tentang sesuatu, terutama tentang ilmu Islam. Sehingga akan bertambah keimanan dan ketakwaan kita.

3⃣ Jika melihat orang lain melakukan hal yang tidak terpuji yang bertentangan dengan aturan Islam, hendaknya kita mengingatkan dan menasehatinya dengan cara yang baik. Ingatkan bahwa Allah SWT melihat apa yang dia kerjakan.

4⃣ Jika melihat orang merasa malu dan bertobat setelah melakukan kemaksiatan, hendaknya kita memuji bahwa apa yang dia lakukan itu adalah benar. Kita juga hendaknya memberi semangat kepada mereka  untuk mempertahakan rasa malunya pada Allah SWT.

5⃣ Bagi para orang tua, hendaklah menanamkan rasa malu pada Allah SWT pada anak-anak sejak kecil. Misalnya membiasakan menutup aurat jika keluar rumah, berkata sopan dan sebagainya. Gunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti anak-anak.

Sungguh, kesadaran akan rasa malu pada Allah SWT merupakan hal penting yang harus dimiliki semua orang, baik pemimpin maupun rakyat, orang kaya maupun orang miskin, tua dan muda. Karena rasa malu inilah yang akan melindungi manusia dari kerusakan. Tanpa rasa malu, orang tidak akan canggung lagi berbuat dosa. Sehingga kemaksiatan akan tersebar dimana-mana. Naudzubillah ..

Karena itu marilah kita memupuk rasa malu pada Allah SWT. Malu untuk bermaksiat pada-Nya, sementara Dia telah begitu banyak memberikan karunia yang luar biasa pada manusia. Malu pada segunung dosa yang telah kita lakukan. Malu jika ada setitik saja niatan buruk, karena sungguh Allah Maha Mengetahui pandangan mata, bisikan hati dan pikiran kita. Tidak satupun yang bisa kita sembunyikan dari-Nya.

Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang malu kepada Allah SWT dan semoga Allah memberi kita kekuatan untuk senantiasa berjalan di jalan yang diridhoi-Nya. Amin .

Wallahu ‘alam bi ashowab

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.

(QS An-Nisa, 4 : 108)


Sumber: 
1. www. dakwatuna.com
2. www.yayasanummifadhilah.wordpress.com

Jamaah Bidadari Perindu Surga yang dirahmati Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa..

Teteh cukupkan sampai di sini,  semoga apa-apa yang kita bahas malam ini, Allah berikan kita taufiq sehingga mudah diamalkan.

Jazaakunnallan ahsanal jazaa ataa segala perhatian antunna semua.

Mohon maaf lahir bathin atas segala khilaf dan segala kekurangan.

Jazaakillah khairan katsiiran Mba Momod yang menemani teteh malam ini..

أوصيكم ونفسي  بتقوى الله

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Serra
1. Mohon maaf sebelumnya kalau kurang berkenan buat semua.  Soal berhijab. Ada yang berhijab hanya di taruh di bahu tapi lehernya terlihat. Baiknya bagaimana menjelaskan kepada orang sekitar jika ada yang bertanya? Hanya melanjuti dari isi tema.

2. Malu jika ada tapi bagi orang lain bukan baiknya bagaimana karena terkadang di nilai buruk! 

3. Dengan malu yang kita punya bagaimana menyebarkannya?

Terima kasih.

🌷Jawab:
1. Banyak tahapan menjelaskan suatu ilmu kepada orang-orang di sekitar kita, yang paling penting adalah kuatkan dahulu hubungan emosional antara kita dengan orang-orang sekitar, perkuat kepedulian kita dan kemanfaatan kita, sehingga kita akan menjadi orang yang mudah didengar. Ketika itu sudah kita dapatkan,  maka ilmu-ilmu yang kita sampaikan akan mudah diterima.

2. Ukhtii shoolihah, jangan risaukan ya kalau orang menilai kita buruk,  padahal kita sudah berusaha sebaik mungkin. Penilaian manusia hanya sebatas di dunia,  sedangkan penilaian Allah itu dunia akhirat. Carilah pandangan Allah saja maka akan puas, dan mencari pandangan manusia itu banyak kecewanya.
Lalu agar tidak dinilai buruk, maka sedapat mungkin hindari hal-hal yang dapat menyebabkan orang lain bersuudzan atau berprasangka buruk kepada kita.

3. Dengan banyak hal, diantaranya dengan sikap kita yang memiliki sifat malu dan dengan lisan yaitu mengajak kepada sifat malu.

Wallahu a'lam bisshowab

0⃣2⃣ Agustin
Bagaimana menanggapi lingkungan sekeliling kita yang selalu beranggapan dan berkata "halah apa-apa kok ndak boleh, apa-apa kok dilarang, kan cuman sekedar photo, kamu ndak upload di sosmed, cuman ditandai.."

Syukron.

🌷Jawab
Ukhtii, kewajiban kita adalah amar ma'ruf wannahyi munkar -menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran- jika ada hal yang harus diluruskan maka berikan nasihat dengan cara yang baik, ketika dia belum bisa mnerima maka kita sudah bebas dari kewajiban,  jangan terlalu pusing dengan tanggapan, respon dan komentarnya yang kurang baik karena dakwah itu ada yang langsung diterima ada juga yang ditolak, tergantung kelembutan hatinya menerima Nur hidayah Allah Azza wa Jalla. Mohonkanlah doa kepada Allah untuknya agar Allah beri hidayah dan dilembutkan hatinya sehingga mudah menerima nasihat dari siapapun itu dari anak kecil sekalipun.

Kita sebagai da'iah harus siap ditolak, dicemooh dan dimarah-marahi, diperlukan kesabaran dan ketawakalan karena Allah Subhanahu wa Ta'ala yg memberikan hidayah taufiqNya.

Upload foto di sosmed tidak dilarang karena hukumnya beda-beda. Jika fotonya sopan dan terdapat edukasi di sana,  maka boleh diupload.

Yang dilarang atau lebih baik tidak diupload adalah foto yang terbuka auratnya, menampilkan gaya yang dapat memancing syahwat laki-laki.

Wallahu a'lam bisshowaab

0⃣3⃣ Evi
1.Jika kita sudah tahu tentang menutup aurat wajib bagi wanita muslimah tapi tidak juga dilakukan bagaimana cara mengingatkannya, apabila dia ibu dan saudara perempuan kandung kita?

2. Apa yang perlu dilakukan orang tua dalam menyikapi trend pacaran yang berkedok pergi acara pengajian bersama teman-temannya?

🌷Jawab:
1. Ukhti Evi, untuk memberi nasihat kepada ibu dan saudara kandung yang lebih efektif yaitu dengan dialog,  atau memberi tahu langsung tapi tidak mendikte, atau dengan alat misal buku,  majalah, atau postingan tentang kewajiban berhijab dan lain-lain. Selain itu, akhlak kita yang baik dan kedekatan dengan keluarga akan mempermudah da'wah di keluarga. Terakhir dengan mendoakan mereka agar Allah lembutkan hati hati mereka.

2. PERTAMA,  kita harus berpositif thinking dulu ya, agar dipermudah solusinya. Jadi jangan menarik anak kita langsung, hanya untuk mencari aman. Namun upayakan cari solusi untuk anak ibu dan teman-temannya agar tidak main pacar-pacaran. Bersyukur anak anak remaja mau ikutan pengajian, walapun niat mereka belum lillahi ta'ala. Anak-anak yang masih ikut pengajian saja masih pacar pacaran, apalagi tidaa ikut pengajian, akan semakin kebablasan.

KEDUA,  Difahamkan dulu tentang pacaran beserta kerugian kerugiannnya, lalu jelaskan hukumny dalam islam. Metodenya dengan dialog dua arah agar mudah diterima. Kalau anak sudah faham, maka dia kan punya benteng pertahanan sehingga ketika bergaul dengan teman-temannya tidak akan terbawa arus malah dia akan mewarnai dengan hal-hal yang baik yang diridhoi Allah Subhananhu wa Ta'ala karena dia sudah memiliki prinsip yang kuat.

Dan TERAKHIR,  jangan lupa doakan terus anak-anak anak kita semoga Allah menjaga mereka di manapun mereka berada, karena sebaik baik PENJAGAAN adalah PENJAGAAN DARI ALLAH.

Wallahu a'lam bisshowaab

0⃣4⃣ Kiki
Terimakasih uztadzah atas ilmunya. Izinkan saya bertanya:
1. Bagaimana batasan pergaulan dengan teman sekantor dalam kondisi pria dan wanita membaur?

2. Bagaimana cara agar mulut ini tidak mengomentari keburukan dan aib orang lain ditengah pergaulan yang sering mengumbar aib orang?
Jazakumullah

🌷Jawab:
Sama-sama Ukhtii...
1. Untuk batasan pergaulan antar laki-laki dan perempuan, yaitu:

1) Menjaga pandangan dengan menundukkan sebagian pandangan dan tidak mengumbarnya.

2) Tidak berjabat tangan dalam situasi apa pun dengan yang bukan muhrim.

3) Hindari berdekat-dekatan tempat duduk yaitu dengan melakukan pembedaan tempat bagi laki-laki dan wanita. Atur tempat duduk laki-laki dan perempuan sedapat mungkin harus saling berjauhan namun masih dalam satu ruangan.

4) Tidak berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis).

5) Hindari makan atau jalan berdua ke tempat meeting atau ke keperluan lainnya dengan lawan jenis.

6) Hindari tempat-tempat yang meragukan dan bisa menimbulkan fitnah.

7) Hindari pertemuan yang lama dan sering, sebab bisa melemahkan sifat malu dan menggoyahkan keteguhan jiwa.

8) Hindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa dan keinginan batin untuk melakukan yang haram, ataupun membayangkannya.

9) Hindari curhat atau menerima curhatan dari lawan jenis dan minimkan komunikasi sendiri via sosmed.

--> Khusus bagi wanita, pakailah pakaian yang yang sesuai syariat, tidak memakai wewangian, batasi diri dalam berbicara dan menatap, serta jaga kewibawaan dan beraktivitas. Perhatikan gaya bicara. Jangan genit dan jangan mendayu-dayu ketika berbicara.

2. Kendalikan diri kita dengan tidak banyak bicara, perbanyak diam dan perbanyak dzikir dan isighfar. Kemudian bersyukur akan ni'mat hidayah dan taufiqNya kepada kita. Maka lisan kita akan tidak mudah berkata kata yang tidak bermanfaat.

Wallahu a'lam bisshowaab

0⃣5⃣ Sapta wati
Bagaimana cara menjelaskan kepad kawan kalau mereka hendak bersalaman. Sedangkan kita sudah sedekap tangan di dada. Hijab saya Alhamdulillah sudah syar'i.

Tapi selalu mereka kalau jumpa sebagian menjulurkan tangan. Terkadang saya bilang ma'af sudah wudhu.

🌷Jawab:
Sudah betul yang Ukhti kalukan. Karena hal yang paling berkesan dan tidak mudah melukai dalam mengingatkan atau menegur teman lawan jenis atau non  mahram yang akan bersalaman yaitu langsung saja tangan kita disedekapkan di dada sambil ucapkan permohonan maaf. Ini syaa Allah ini akan mudah dimengerti.

0⃣6⃣ Elnanda
Kan jaman sekarang ada istilah penyakit ain, kenapa ada  hubungannya dengan foto Selfi?
Dan bagaimana cara menyikapi hal tersebut?
Syukron ustadzah

🌷Jawab:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan bahwa ‘ain adalah nyata dan ada. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا

“’Ain itu benar adanya, andaikan ada sesuatu yang dapat mendahului taqdir maka ‘ain akan mendahuluinya, dan apabila kalian diminta mandi (untuk mengobati orang yang kalian timpakan penyakit ‘ain) maka mandilah.” [HR. Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma]

▪Penyakit ‘ain adalah penyakit baik pada badan maupun jiwa yang disebabkan oleh pandangan mata orang yang dengki ataupun takjub atau kagum, sehingga dimanfaatkan oleh syetan dan bisa menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena. 'Ain dapat terjadi dari orang yang dengki atau orang yang cinta, dari orang yang jahat atau orang yang shalih.

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

والعين نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر

“’Ain adalah pandangan suka disertai hasad yang berasal dari kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang yang dipandang itu tertimpa suatu bahaya.” [Fathul Bari, 10/200]

Beliau rahimahullah berkata lagi:

وَأَنَّ الْعَيْنَ تَكُونُ مَعَ الْإِعْجَابِ وَلَوْ بِغَيْرِ حَسَدٍ وَلَوْ مِنَ الرَّجُلِ الْمُحِبِّ وَمِنَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ

“Bahwa ‘ain dapat terjadi bersama rasa takjub walau tanpa adanya sifat iri, walau dari orang yang mencintai dan dari seorang yang shalih (tanpa disengaja).”  [Fathul Baari, 10/205]

▪Penyakit ‘ain tidak terjadi kecuali dengan izin Allah ta’ala, dan telah Allah ta’ala takdirkan. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

وَالْمَعْنَى أَنَّ الَّذِي يُصِيبُ مِنَ الضَّرَرِ بِالْعَادَةِ عِنْدَ نَظَرِ النَّاظِرِ إِنَّمَا هُوَ بِقَدَرِ اللَّهِ السَّابِقِ لَا بِشَيْءٍ يُحْدِثُهُ النَّاظِرُ فِي الْمَنْظُورِ

“Maknanya bahwa orang yang tertimpa bahaya karena sesuatu yang telah Allah ta’ala tetapkan ketika seseorang memandangnya, hakikatnya terjadi dengan takdir Allah ta’ala yang telah ditetapkan sebelumnya, bukan sesuatu yang baru saja diciptakan oleh orang yang memandang terhadap yang dipandang.” [Fathul Baari, 10/203]

▪Hadits yang mulia ini juga menunjukkan besarnya bahaya yang Allah ta’ala ciptakan dalam penyakit ‘ain, bahkan bisa membunuh, maka jangan diremehkan. An-Nawawi rahimahullah berkata,

فِي الْحَدِيثِ إِثْبَاتُ الْقَدَرِ وَصِحَّةُ أَمْرِ الْعَيْنِ وَأَنَّهَا قَوِيَّةُ الضَّرَر

“Dalam hadits ini terdapat penetapan keimanan terhadap takdir Allah ta’ala dan benarnya perkara ‘ain dan bahwasannya ia sangat berbahaya.”  [Fathul Baari, 10/204]

Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

وَأَنَّ الْإِصَابَةَ بِالْعينِ قد تقتل وقد اختلف فِي جَرَيَانِ الْقِصَاصِ بِذَلِك

“Bahwa menimpakan penyakit ‘ain bisa saja membunuh, dan telah terjadi khilaf ulama tentang penerapan hukum qishosh padanya.” [Fathul Baari, 10/205]

Ibnul Atsir rahimahullah berkata:

ﻳﻘﺎﻝ: ﺃﺻَﺎﺑَﺖ ﻓُﻼﻧﺎً ﻋﻴْﻦٌ ﺇﺫﺍ ﻧَﻈﺮ ﺇﻟﻴﻪ ﻋَﺪُﻭّ ﺃﻭ ﺣَﺴُﻮﺩ ﻓﺄﺛَّﺮﺕْ ﻓﻴﻪ ﻓﻤَﺮِﺽ ﺑِﺴَﺒﺒﻬﺎ

“Dikatakan bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit.”

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan:

ﻭﻧﻔﺲ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﺗﺄﺛﻴﺮﻫﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺮﺅﻳﺔ ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻋﻤﻰ ﻓﻴﻮﺻﻒ ﻟﻪ ﺍﻟﺸﻲﺀ ﻓﺘﺆﺛﺮ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺮﻩ ، ﻭﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﺎﺋﻨﻴﻦ ﻳﺆﺛﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻌﻴﻦ ﺑﺎﻟﻮﺻﻒ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺭﺅﻳﺔ

”Jiwa orang yang menjadi penyebab ‘ain bisa saja menimbulkan penyakit ‘ain tanpa harus dengan melihat. Bahkan terkadang ada orang buta, kemudian diceritakan tentang sesuatu kepadanya, jiwanya bisa menimbulkan penyakit ‘ain, meskipun dia tidak melihatnya. Ada banyak penyebab ‘ain yang bisa menjadi sebab terjadinya ‘ain, hanya dengan cerita saja tanpa melihat langsung”. ( Zaadul Ma'ad )

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menjelaskan,

ﻭﺑﻬﺬﺍ ﻳﺘﺒﻴﻦ ﺃﻥ ﺍﻟﻌﺎﺋﻦ ﻗﺪ ﻳﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺻﻮﺭﺓ ﺍﻟﺸﺨﺺ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺃﻭ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻠﻔﺎﺯ ، ﻭﻗﺪ ﻳﺴﻤﻊ ﺃﻭﺻﺎﻓﻪ ﻓﻴﺼﻴﺒﻪ ﺑﻌﻴﻨﻪ ، ﻧﺴﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺴﻼﻣﺔ ﻭﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ

“Oleh karena itu, jelaslah bahwa penyebab ‘ain bisa jadi ketika melihat gambar seseorang atau melalui televisi, atau terkadang hanya mendengar ciri-cirinya, kemudian orang itu terkena ‘ain. Kita memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah.”

Itulah penyakit 'ain yang dihubungkan dengan Selfi yaitu adanya mata dengki atau mata takjub.

✅ Cara menyikapi hal tersebut yaitu tidak menshare "SELFIAN" kita ke medsos,  cukup untuk koleksi pribadi. Karena terkadang selfian itu untuk bangga banggan,  pengen dilihat jadi jatuhnya riya'. Dan tentu berdosa.

Wallahu a'lam bisshowaab

0⃣7⃣ Tasya
Soal foto selfie misalkan kita sudahh tahu bahayanya tapi masih suka posting foto itu bagaimana ya?
Syukron

🌷Jawab:
Lihat kepada hatinya, hatinya tidak takut kepada Allah, hatinya sakit, hatinya enggan untuk berubah atau belum mau berubah, menganggap ringan sehingga Taufiq dan Hidayah Allah susah turun.
Na'uudzubillahi min dzaalik

Perbanyak istighfar dan taubat. Mohon terus diberi Rahmat, Hidayah dan TaufiqNya.

0⃣8⃣ Siti
Bagaimana cara menghindari foto di medsos. Kalau jualan online tidak ada fotonya nanti di bilang penipu?

🌷Jawab:
Akhawaatii fillah..
Saya jawab keduanya langsung ya nomor 8 dan nomor 9.

Share foto atau video yang muatannya bukan bertujuan untuk pamer, berbangga-bangga dan ria, maka BOLEH. Bahkan bisa wajib kalau untuk jualan agar tidak dikatakan beli kucing dalam karung, kalau tidak lihat fotonya.

Semua amal dikembalikan kepada niatnya, jika niatnya menshare foto karena untuk memberi pelajaran, berbagi pengalaman dan menawarkan barang,  maka itu baik.

Namun untuk hal-hal yang mengandung tabarruj (berdandan jahiliyyah), memikat hati lawan jenis dan berbangga-bangga, maka itu perbuatan dosa.

0⃣9⃣ Devi
Maaf jika foto kita, kita share karena ada kegiatan baksos dan lain-lain bagaimana hukumNya?

🌷Jawab:
Jawaban di nomor 8.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

WANITA adalah makhluk yang MULIA. Oleh karena itu, hiasi kemuliaan ini dengan AL HAYAA' (rasa malu), bukan malu-maluin.

Sumber energi AL HAYAA' ini dari pengetahuan kita kepada keagungan Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Oleh karena itu, terus kenal Allah terus dekat, agar energi itu terus ada di hati kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar