Kamis, 22 Maret 2018

ALLOH ﷻ TAK MEMANDANG RUPAMU



OLeh   : Irnawati Syamsuir Koto

           💎M a T e R i💎

Assalamu'alaikum teman-teman...
Masih pada semangat ya untuk bertholabul 'ilmunya.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat ilahi Rabbi atas karunia-Nya kita bisa sama-sama berkumpul dalam rangka thalabul ilmi, mencari ilmu.
Serta kita bisa bersilaturahim, saling menyapa di depan gadget masing-masing.

InsyaAlloh di majlis yang mulia ini walau hanya sekedar kajian online tidak akan mengurangi keberkahannya dan dalam kadaan aman fi amanillah, sehat wal afiat.

Mudah-mudahan dalam setiap jentikan jemari kita bisa membuahkan pahala bagi kita semua
bisa menjadi penghapus dosa dan pengangkat derajat di hadapan Allah SWT.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada jungjunan kita Nabi Muhammad Saw., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabi'in, tabiut tabiahum, kepada kita semua, serta kepada seluruh umatnya hingga akhir zaman yang menjadikan sebagai uswatun hasanah, suri tauladan yang baik.

🌷🔷🌷
Kehidupan di dunia yang sedang kita jalani adalah fase ujian iman dan kompetisi amal saleh; ayyukum ahsanu amala, siapa yang terbaik amal hidupnya. Sudah semestinya kita memahami dan memaknai fase ini, sehingga kita termotivasi untuk menjalani kehidupan di dunia dengan benar sesuai apa yang dikehendaki oleh Allah. Salah satu kiat sukses dalam berkompetisi amal di dunia adalah kita harus tahu objek penilaian serta standar dan kriteria kesuksesan yang Allah kehendaki.

Sahabat, banyak orang terjebak, lebih mementingkan ‘kulit’ daripada isinya. Misalnya untuk shalat, lebih mementingkan mukenah atau sarung berkualitas yang dipakai, daripada kekhusyu’an ibadah shalat itu sendiri, untuk tilawah lebih memperhatikan kemerduan bacaan daripada mentadaburi arti dari yang dibaca.

Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, karena terjebak oleh pentingnya kecantikan ‘kulit’, banyak yang lebih fokus memiliki rumah mewah, di cluster, meskipun harus berat menanggung kreditnya selama belasan tahun, daripada berfokus membangun rumah tangga yang samara dan dihiasi dengan amalan shaleh. Walhasil, meski memiliki rumah dengan perabot lengkap dan kualitas terbaik, tidak ditemukan kenyamanan dan ketenangan di dalamnya.

Bukankah sebagus apapun motif vertikal hitam putih di kulit biji bunga matahari, dan sekecil apapun isinya, manusia tetap memecah kulitnya agar bisa memakan isinya?

Demikian juga setajam apapun kulit durian, orang tetap tergila-gila pada harum dan legit daging buahnya bukan kulitnya?

🌷🔷🌷
Sahabat, kulit memang penting untuk melindungi isi, tapi percuma memiliki ‘kulit luar’ bagus jika isinya busuk dan buruk. Rupa dan harta bukan standar kemuliaan seorang hamba di sisi Allah.

Pentingnya amalan hati dalam pandangan Allah  seperti ikhlas, rasa takut, tawakal dan anggota badan.
Banyak dari manusia yang kaya dan cantik rupa, tapi ia di sisi Allah orang yang hina dan banyak dari manusia yang miskin papa, tapi ia di sisi Allah orang mulia.

Berapa banyak dari manusia yang memiliki banyak harta, mempunyai kecantikan dan ketampanan rupa dan menduduki jabatan yang tinggi, akan tetapi hatinya kosong dari ketakwaan dan keikhlasan serta tidak memiliki amal sholeh. Dan sebaliknya, berapa banyak dari manusia yang miskin papa, hidup seadanya, rupa tidak bisa diandalkan, tapi ia di sisi Allah mempunyai nilai dan posisi yang tinggi lagi mulia.

 Allah  berfirman, “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujarat: 13)

Kekayaan, rupa yang menarik dan kedudukan yang tinggi tidak akan bermanfaat sedikitpun bagi seseorang di akhirat nanti, jika ia tidak melaksanakan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya. Dan diantara amalan hati yang paling agung adalah keikhlasan kepada Allah  dalam beramal.

Lalu, pentingkah mempercantik ‘kulit luar’?

“Sesungguhnya Allah tidak memandang pada rupa paras dan hartamu, melainkan yang dipandang-Nya ialah hati dan amal perbuatanmu.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Apa maksud Allah tidak melihat kepada tubuh dan rupa kita?

Maksud dari Allah tidak akan melihat kepada tubuh dan rupa kita adalah, pertama, Allah tidak mempermasalahkan akan tubuh dan rupa kita yang menurut kita dan orang-orang tidak ideal, kurang atletis, tidak ganteng, pendek, rambutnya ikal, dan lainnya. Kedua, Allah tidak menjadikan kondisi bentuk dan rupa seseorang sebagai objek penilaian serta standar dan kriteria kesuksesan dan kemuliaan di sisi-Nya. Tapi kaidah ini tidak boleh dan tidak bisa menjadi alasan untuk kita tidak memperhatikan tubuh dan rupa kita sehingga tidak enak dipandang dan tidak sehat serta prima yang membuat penampilan kita jadi tidak segar dan bugar. Allah itu indah dan mencintai setiap keindahan. Dan Allah juga sangat mencintai orang-orang yang membersihkan diri.

Jelas bahwa yang terpenting adalah mempercantik hati dan amal perbuatan terlebih dahulu, baru kemudian kita boleh mempercantik bagian kulit luar, yakni rupa dan harta benda yang dimiliki.

Kita boleh saja menghiasi ‘kulit luar’ kita, Islam tidak melarang umatnya untuk memiliki wajah cantik, rumah, kendaraan, dan perabotan yang bagus. Hanya saja perlu diperhatikan, jangan sampai mempercantik kulit luar menjadi prioritas utama, tentu kita akan merasakan penyesalan yang luar biasa.

Misalnya, memiliki uang ratusan juta tapi lebih mengutamakan membeli mobil mewah daripada menunaikan kewajiban naik haji ke tanah suci. Punya banyak cicilan: Rumah, mobil, motor, perabotan, tapi tidak bisa memberi uang nafkah istri dan anak, sehingga menelantarkan keluarga.

Atau, sibuk merawat kecantikan kulit wajah dengan facial, setrika wajah, make up tren terkini, namun tidak pernah menyentuhkan air wudhu untuk membasuh wajah dan tubuh serta mensucikan diri.

Atau, sibuk merawat anak dengan makanan bergizi, menjaga kebersihan tubuhnya, memberi les musik, les pelajaran, dan les bahasa asing, tapi tidak pernah mengajarinya membaca Qur'an ataupun berakhlak mulia pada sesama manusia.

Na’udzubillah.

🌷🔷🌷
Sahabat, sungguh orang yang paling mulia dan tinggi derajatnya di hadapan Allah bukanlah mereka yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan, di perusahaan, atau yang memiliki paling banyak kekayaan, jumlah karyawan, jumlah anak, melainkan mereka yang menggunakan jabatan, kekayaan, kecantikan rupa, dan bahkan anak-anaknya untuk menaati Allah.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujarat: 13)

Apa maksud Allah melihat kepada hati kalian?

Allah menetapkan hati sebagai objek penilaian serta standar dan kriteria hidup sukses, apa maksudnya? Maksudnya adalah, Allah menjadikan takwa diri sebagai objek dan kriteria penilaian hidup sukses. Kata “hati” pada hadis ini adalah kiasan untuk takwa. Takwa itu adanya di dalam hati, sehingga kita memaknai hadits ini dengan kalimat, “Sesungguhnya Allah hanya melihat dan menilai takwa kalian yang bersumber di hati kalian.”

Ketika ada orang-orang yang menghina Bilal bi Rabah saat mengumandangkan azan ketika Fathul Makkah karena wajahnya yang hitam, Allah menurunkan wahyu surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya, “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Ketika Ibnu Mas’ud memanjat pohon, maka terlihatlah betisnya yang kecil, sehingga beberapa sahabat yang melihatnya menertawakannya, kemudian Nabi menegur mereka dengan mengatakan, “Apa yang kamu tertawakan ? Sungguh kaki Abdullah lebih berat dari pada Gunung Uhud pada hari kiamat.” (HR. Ahmad).

Selain itu, shaleh secara pribadi saja belum cukup, ada ‘persaingan’ di antara orang mukmin untuk menjadi yang terbaik di hadapan Allah, yakni dengan cara mendayagunakan jabatan dan kekayaannya dalam menyeru sebanyak mungkin orang untuk mengerjakan amal shaleh:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)

Ath Thobari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian –wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thobari, 21:386)

Sekarang kita gali hadits ini lebih jauh .

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata: Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: ((Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk kalian dan tidak pula harta-harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati-hati dan amalan-amalan kalian)). Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya.

Faedah-faedah mulia dalam hadits ini diantaranya:

Makna hadits: bahwa Allah tidak membalas seseorang berdasarkan bentuk  jasad dan tidak pula atas harta-harta yang kosong dari kebaikan. Dan itu semua tidak mendekatkan kepada-Nya. Tidak lain Allah hanya melihat kepada hati-hati yang itu tempatnya takwa dan melihat amalan-amalan kalian apakah baik atau tidak (tata caranya).

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ﴿١٣﴾

Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. (QS. Al-Hujuraat: 13).

🔷Bahwa suatu amalan itu teranggap dan bernilai di sisi Allah dengan niat yang ikhlas dan baik bukan dari bentuknya. Sehingga yang dihukumi adalah niat dari yang beramal. Jika niatnya ikhlas maka amalan itu amalan yang shalih. Jika niat pelaku amalan itu tidak ikhlas karena Allah maka amalannya itu rusak walaupun bentuknya adalah amalan shalih.

🔷Hendaknya seseorang tidak berbangga-bangga dengan banyaknya melakukan amalan shalih namun tidak ikhlas karena itu tidak bernilai di sisi Allah. Seseorang yang berinfak dengan nilai yang sedikit disertai ikhlas  itu lebih baik dari seseorang yang berinfak dengan jutaan atau milyaran rupiah namun itu karena riya'. Sebab, yang pertama tercatat sebagai amalan shalih dan memberatkan timbangan amal pelakunya sedangkan yang kedua tidak.

🔷Kecantikan itu ada dua: yang zhahir (tampak) dan bathin (tersembunyi). Kecantikan batin seperti keimanan, ketakwaan, ilmu, akal yang sehat, kedermawanan, akhlak yang mulia. Inilah yang dilihat oleh Allah dan yang dicintai-Nya. Sehingga keindahan batin itu lebih baik dari keindahan zhahir.

🔷Keindahan zhahir seperti harta dan jasmani itu tidak bernilai dan tidak dilihat oleh Allah kecuali jika digunakan di dalam ketaatan kepada-Nya.

🔷Seorang mukmin yang memiliki kecantikan yang batiniah akan memiliki wibawa dan disenangi manusia sesuai dengan kadar keimanannya. Barangsiapa yang melihatnya akan mencintai dan segan kepadanya walaupun ia berkulit hitam dan tidak tampan atau cantik secara fisik. Dan ini hal yang kita saksikan di lingkungan kita.

Dan sebaliknya jika seseorang memiliki keindahan lahiriah namun berakhlak jelek, pelaku kemaksiatan, dan hal-hal yang terlarang, maka akan dibenci dan tidak memiliki kewibawaan di hadapan orang mukmin.

🔷Jika tempat takwa itu di hati maka tidak ada yang bisa menelaahnya kecuali Allah 'Azza wa Jalla. Orang yang menampakkan ketakwaaan secara zhahirnya maka itu yang kita hukumi. Adapun niatnya maka itu antara dirinya dengan Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengawasi segala sesuatu.

🔷Sesungguhnya takwa jika telah ada di hati seseorang maka akan tampak buahnya di amalan anggota badannya dengan ia istiqamah dan meninggalkan kemaksiatan. Dan seorang mukmin yang Allah terangi hatinya dengan iman akan tampak cahaya iman di wajahnya dan akan dikenakan rasa cinta dan wibawa di hadapan manusia.

🔷Di dalam hadits terkandung itsbat (penetapan) sifat nazhar (melihat) bagi Allah yang sesuai dengan keagungan-Nya, tidak sama dengan pandangan makhluk.

🔷Jika Allah tidak melihat kepada bentuk jasad dan harta seseorang lalu bagaimana kita mengutamakan seseorang dengan sesuatu yang Allah tidak mengutamakannya dengan hal itu? Seperti mengutamakan orang kaya yang fasik dari orang miskin yang shalih. Maka seharusnya kita melihat dan menilai seseorang sebagaimana yang Allah lihat pada seseorang itu yaitu kebaikan amalan-amalan mereka.

💎Keindahan jasad, pakaian, dan penampilan itu ada 3 macam:

◾Yang terpuji, yaitu yang diperuntukkan bagi Allah untuk menolong kepada ketaatan kepada-Nya, menunaikan perintah-perintah-Nya dan menjawab seruan-Nya. Sebagaimana Nabi shalallahu 'alaihi wasallam dahulunya berhias untuk menemui utusan-utusan yang datang kepadanya. Juga berpakaian yang baik di hadapan musuh untuk menunjukkan wibawa kaum muslimin, berbusana yang indah dan harum ketika menghadiri shalat, dan yang semisalnya yang di dalamnya terkandung peninggian kalimat Allah, menolong agama-Nya, dan membuat marah musuh-musuh-Nya.

◾Yang tercela, yaitu yang digunakan untuk dunia, kepemimpinan, berbangga-bangga, sombong, dan mengantarkan kepada syahwatnya serta ia menjadikan itu puncak keinginan dan tujuannya.

◾Yang tidak terkait dengan pujian dan celaan, yaitu yang lepas dari dua niat dan dua sifat yang tersebut di atas.

(Rujukan: Al-Kabair Syaikh Muhammad bin AbdulWahhab, I'anatul Mustafid Al-Fauzan, Minhaajus Sunnah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Jami'ul Ulum wal Hikam Ibnu Rajab, Majmu' Fatawa wa Maqaalat Ibnu Baz, Al-Fawaid Ibnul Qayyim, Raudhatul Muhibbin Ibnul Qayyim)

Jadi jelaslah disini bahwa tidak perlu sombong dengan rupa yang rupawan dan harta yang banyak serta titel  yang berderet  di depan atau dibelakang nama, maupun pangkat yang tinggi... Semua tidak ada arti dimata Allah, yang berarti hanyalah titel takwa dan mukhlisin.

Dirangkum dari berbagai sumber

Demikian saja dari saya malam ini... Majlis saya kembalikan ke Inches.


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
         💘TaNYa JaWaB💘

0⃣1⃣ Serra
Assalamualaikum wr.wb.

1. Jika orang tersebut baik pakaiannya juga akhlaknya baik tapi bermasalah dengan sikapnya yang terlalu baik sama kita. Kita baiknya bagaimana?

2. Jika sombongnya hanya untuk bercanda bolehkah?

🌷Jawab :
1. Sikap yang terlalu baik? Jika kita mempermasalahkan sikap yang terlalu baik, dan itu tidak melanggar aturan Islam, maka kita yang harus introspeksi diri kenapa kita tidak suka, jika kita risih dengan kebaikkan seseorang, maka sebaiknya dibicarakan saja baik baik, bilang saja bukan kita menolak atau bagaimana tapi kita tidak enak hati jika diperlakukan seperti itu, yang menurut kita itu berlebihan dari sebuah kewajaran.

2. Tidak ada batasan sombong dalam agama, candaan atau serius, jadi meski candaan itu tidak dibolehkan, manusia tidak berhak menyombongkan diri baik serius ataupun dalam rangka bercanda.  Yang berhak sombong itu hanya Allaah Azza Wajalla, makhluk tidak berhak untuk sombong.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Rizka
1. Bagaimana untuk menghadapi orang yang sombong?

2. Saya mempunyai teman dia mempunyai kekurangan dan teman-teman mencela. Pertanyaan bagaimana cara saya sebagai teman untuk membela teman saya dan menyakinkan teman-teman yang lain.

3. Bagaimana menghilangkan rasa sombong di hati kecil kita!

🌷Jawab:
1. Tidaklah ada kepantasan bagi hamba untuk sombong. Jika menghadapi orang sombong maka ingatkan dia akan murkanya Allah terhadap orang yang sombong, tidak ada yang pantas kita sombongkan di dunia ini, karena tidak ada satupun yang menjadi hak milik kita, semua itu hanyalah pinjaman dari Allah. Jadi tugas kita adalah mengingatkan orang yang sombong agar jangan bernuat kesombongan lagi.

2. Tetap bersamai teman tersebut, beri dia motivasi agar terus berbuat dan tidak merasa rendah diri.  motivasi terus bahwa kekurangan bukanlah kehancuran dan bukan akhir dari hidup kita. Allah memberikan dan mengambil sesuatu itu karena Allah tahu baik dan buruknya akibat dari sesuatu tersebut. Sarankan dia agar meningkatkan rasa syukur kepada Allah , apapun yang Allah tentukan. Untuk teman-teman yang lain, ingatkan teman-teman bahwa kita tidak berhak untuk mencela ciptaan Allah, jika kita mencela ciptaanNya sama halnya kita mencela yang menciptakan, dan itu akan menimbulkan murka Allah kepada kita, dan semua juga karena kesombongan kita yang merasa sempurna, tapi kadang kita tidak sadar, mereka yang "kurang" malah lebih sempurna dari kita.

3. 1. Pertama, kita harus mengingat kembali asal penciptaan manusia.  Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. (QS. Ath-Thaariq: 5-7)

2. Senantiasa mengingat kematian  Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al-Jumuah: 8)

Dari ayat tersebut, kita mengetahui bahwa dengan memperbanyak mengingat mati, kita menjadi sadar tentang segala hal yang kita sombongkan di dunia. Padahal, semuanya akan kita tinggalkan dan kita kembali kepada Allah SWT. Hanya kain mori penutup badan, yang akhirnya hancur dan dimakan cacing.

3. Banyak-banyaklah bargaul dengan orang yang di bawah kita, agar kita dapat bersyukur kepada Allah SWT atas kelebihan dan nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita, agar timbul belas kasihan kita kapada orang lain. Kita juga harus selalu melihat kebawah, bagaimana jika seandainya nasib si miskin menimpa kita, tentu kita tidak menginginkannya. Dengan demikian, timbul rasa syukur kita kepada Allah SWT dan belas kasihan kita kepada si miskin dan lemah. Bukan malah menyombongkan diri, merendahkan mereka dan menyakiti mereka yang memang serba kekurangan.
Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku agar diantara manusia saling merendahkan hati (tidak menyombongkan diri) sehingga seseorang terhadap yang lainnya tidak saling menindas atau menyombongkan diri dengan yang lainnya. (HR.Muslim).

Inilah beberapa cara untuk menghilangkan sombong didalam dada.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Emmy
Assalamu alaikum wr.wb.

Terkadang ada orang yang selalu mengungkit kebaikan yang sudah dilakukan, itu bagaimana bund?
Syukron

🌷Jawab:
Inilah orang yang tidak ikhlas dalam beramal, ada maksud dan tujuan tertentu dikala dia beramal, jika dia lakukan itu maka dia dalam kerugian yang amat sangat besar karena semua pahalanya sedekahnya tersebut akan hilang dan ini sungguh menjadi kerugian yang besar buat dia di akhirat kelak. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)

Maka, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam mengeluarkan sedekah yaitu dengan meletakkan ciri ikhlas sebagai tujuannya dan dengan semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT bukannya mengharap balasan  dari manusia. Dan sesungguhnya Allah memberikan balasan yang besar kepada mereka yang bersedekah atas landasan ikhlas karena Allah.

Adapun ancaman bagi mereka adalah : Allah hapuskan pahalanya, Allah tidak mau melihat padanya diakhirat kelak dan Allah tidak akan memasukkan mereka kedalam surga. Inilah ancaman Allah untuk orang-orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya kepada saudaranya, apalagi mengungkit sambil menyakiti hati saudara.

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Chie
Terkadang rasa sombong ITU tanpa sadar hadir dalam diri. Nah bagaimana menangkalnya bund??

🌷Jawab:
Jawabannya ada di pertanyaan mba Rizka di poin ke-2 yaa dek chie.

0⃣5⃣ Eva
Kalau seseorang terkesan mengungkit kebaikan tapi sebenarnya bermaksud mendidik atau mengingatkan orang tersebut untuk tidak melupakan kebaikan orang lain bagaimana?

🌷Jawab:
Tetaplah tidak baik mengungkit kebaikkan kepada orang lain, cukup ingatkan dia agar jangan melupakan kebaikkan orang terhadap dirinya, dari siapapun saja itu. Lebih baik kita menghindari dari hal-hal yang tidak baik daripada nanti kita terjatuh tanpa sadar kepada rasa sombong .

Wallahu a'lam


🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
 💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘

Kita tutup pertemuan malam ini dengan sebuah kata penutup :

Sahabat yang dicintai Allah

Semoga Allah senantiasa menyadarkan hati kita untuk mempercantik amal ibadah dan memperbanyak amal shaleh sebagai prioritas utama dalam menjalani hidup. Apalah arti ‘kulit luar’ yang cantik berkilau jika isinya tidak bermanfaat, sebagaimana seseorang akan membuang telur busuk meskipun kulit luarnya bagus.

Jagalah hati agar selalu dalam ketakwaan dan keikhlasan, karena modal kita untuk menapaki surga adalah Taqwa, didalam hati orang yang bertaqwa akan selalu ada syukur dan keikhlasan kepada Allah, hingga jauh dari sifat-sifat yang dimurkaiNya.

Semoga bermanfaat untuk saya dan untuk kita semua.

Mohon maaf jika ada kata kata yang salah dan tidak pada tempatnya.

Billahitaufikwalhidayah.

Wassalamu'alaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar