Selasa, 07 Februari 2017

Don't Be Angry



OLeh : Ustadz Hizbullah Ali

Malam hari ini kembali kita dipertemukan. Mari kita buka dengan sebuah awali dengan sebuah muhasabah diri,
*💝💝💝MUHASABAH💝💝💝*
Sebuah solusi hati bagi seorang mukmin yang dikuasai _nafs amarah_ ialah _muhasabatun nafs_ (instropeksi diri) dan melawannya.
_... Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan di hadapan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh ..._ (QS. Ali Imran : 30)
💝💝💝
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Darda berkata, _Seseorang tidak paham sama sekali hingga ia membenci manusia dari sisi Allah. Kemudian, ia kembali kepada dirinya, ternyata ia lebih benci kepada(diri)nya_
Abu Hafs berkata, _Barang siapa yang tidak memperhatikan nafsunya, tidak menyelisihinya dalam segala kondisi, dan tidak menarik nafsunya kepada apa yang dibencinya dalam semua waktunya, ia adalah orang yang tertipu. Sementara barangsiapa memandang nafsunya dengan menganggap baik pada sebagiannya, ia telah membinasakannya_
💝💝💝
Di antara hikmah Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Dia menciptakan sifat marah untuk para hamba-Nya.
Sifat marah Allah berikan kepada seorang hamba agar hamba tersebut bisa melindungi dirinya dari bahaya yang akan menimpanya. Seseorang menafsirkan marah sebagai ekspresi dari mendidihnya darah dan meluapnya emosi.
Di dalam Islam, marah tidaklah mutlak dicela seutuhnya. Namun, Islam menjelaskan adanya larangan-larangan marah seabgai bentuk me-manage-nya agar tidak menjadi kemarahan yang tercela.
Di antara hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan adanya menajemen marah dalam Islam adalah ketika ada seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta nasihat kepada beliau.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
[رواه البخاري]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi, “Berilah aku wasiat.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah engkau marah.” Beliau mengulang sabdanya beberapa kali, beliau tetap bersabda, “Janganlah engkau marah.”
(HR. al-Bukhari).
Para ulama menerangkan nasihat Rasulullah ini tidak menunjukkan marah itu mutlak dilarang. Beliau menasihati sahabat tersebut karena sahabat tersebut kurang pandai memanajemen kemarahannya sehingga beliau menekankan nasihatnya agar ia jangan marah.
Bukti bahwasanya marah tidak secara mutlak dilarang adalah Rasulullah sendiri pernah marah. Namun kemarahan beliau bukanlah karena hawa nafsu. Kemarahan beliau adalah marah karena Allah. Oleh karena itu, para ulama membagi marah menjadi dua jenis:
(1) Marah yang terpuji dan
(2) Marah yang tercela.
Marah yang tercela adalah seseorang ketika meluapkan emosi kemarahannya bukan karena Allah. Bukan karena agama Islam. Dan tidak terdapat hikmah perbaikan dari kemarahannya tersebut. Ia marah hanya karena kepentingannya terhalangi dan tidak terwujud. Ia marah hanya karena tendensi-tendensi duniawi. Dan ia marah hanya karena kelompoknya diremehkan atau direndahkan. Marah yang demikian adalah marah yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena atau untuk dirinya. Namun apabila larangan-larangan Allah dilanggar, barulah beliau marah.
Mengapa marah karena dunia itu tercela? Karena marah yang demikian akan merugikan dirinya sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
“Barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya.”
Bahkan bagi orang yang mampu me *manage* amarahnya dengan baik, Allah janjikan pahala yang besar di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْكَظَمَغَيْظًاوَهُوَقَادِرٌعَلَىأَنْيُنْفِذَهُدَعَاهُاللَّهُعَزَّوَجَلَّعَلَىرُءُوسِالْخَلاَئِقِيَوْمَالْقِيَامَةِحَتَّىيُخَيِّرَهُاللَّهُمِنَالْحُورِمَاشَاءَ
“Siapa yang menahan rasa kesal/marahnya, padahal dia mampu melampiaskannya, kelak Allah akan memanggilnya di hadapan sekalian manusia pada Hari Kiamat, agar ia bebas memilih bidadari mana yang ia suka!”
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
💝💝💝
Mengapa balasan orang yang menahan amarahnya begitu besar?
Karena seorang yang mampu menahan amarah, maka ia telah berhasil menghindarkan dirinya dari berbagai kerugian dan kerusakan. Dalam marah seseorang tidak mampu mengontrol ucapannya sehingga sering mengeluarkan kata-kata yang tidak layak diucapkan. Marah bisa mengakibatkan turunnya wibawa seseorang karena logikanya hilang kendali. Oleh karena itu Rasulullah katakana,
وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
“Barangsiapa yang meninggalkan amarahnya, niscaya Allah akan tutup aurat (kesalahan)-nya.”
Kemudian beliau melanjutkan sabdanya,
وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, niscaya Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Asakir).
Penting bagi kita untuk me *manage* kemarahan kita. Jangan sampai amarah kita menjadikan kita teramsuk orang-orang yang merugi di dunia dan di hari kiamat kelak. Ada seseorang yang marah, hingga ia mencerai istrinya. Ada seseorang yang marah hingga ia merusak apa yang ada di sekitarnya. Bahkan ada seseorang yang marah –wal ‘iyadzubillah- hingga ia menghilangkan nyawa orang lain. Yang demikian tentu saja membuat orang tersebut rugi di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, agama kita yang mulia ini, melarang kita untuk marah. Ketika kemarahan tersebut hanya semata-mata karena urusan dunia.
Kemudian yang kedua adalah marah karena Allah. Marah karena Allah akan mendatangkan kebaikan ketika kemarahan tersebut juga sesuai dengan syariat Allah. Apa itu marah karena Allah? Yaitu seseorang marah ketika larangan-larangan Allah dilanggar. Seseorang marah karena batasan-batasan yang telah Allah tetapkan dilewati begitu saja.
Yang seperti ini adalah kemarahan yang baik. Inilah bentuk kemarahan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Suatu hari, para sahabat yang baru memeluk Islam meminta pohon keramat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Abu Waqid al-Laitsi radhiallahu ‘anhu:
Orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon yang mereka beri’tikaf di sisinya dan mereka jadikan sebagai tempat untuk menggantungkan senjata-senjata mereka. Pohon itu disebut dengan Dzatu Anwath. Tatkala kami melewati pohon itu kami berkata, “Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath (tempat menggantungkan senjata) sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah lalu menjawab, “Allahu akbar! Inilah kebiasaan itu!
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian telag mengatakan sesuatu sebagaimana yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa: Jadikanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan.
Musa berkata: Sesungguhnya kalian adalah kaum yang bertindak bodoh.” (QS. al-A’raf: 138). Kalian benar-benar akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang-orang sebelum kalian.”
(HR. Tirmidzi).
💝💝💝
Di sisi lain, ada seseorang yang marah dengan niat karena Allah. Namun cara ia mengungkapkan kemarahan tersebut mengundang kemurkaan dari Allah. Sebagaimana sebuah kisah yang pernah diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaih wa sallam bersabda, ‘Ada dua orang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang saling bersaudara. Yang satu rajin ibadah dan lainnya berbuat dosa. Lelaki yang rajin beribadah selalu berkata kepada saudaranya, ‘Hentikan perbuatan dosamu!’
Di hari yang lain, ia melihat saudaranya berbuat dosa dan ia berkata lagi, ‘Hentikan perbuatan dosamu!’ (Lelaki yang berbuat dosa berkata), ‘Biarkan antara aku dan Tuhanku. Apakah kamu diutus untuk mengawasiku?’. Ia (lelaki yang rajin beribadah) dengan marah mengatakan, ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu!’ atau ‘Dia tidak akan memasukanmu ke surga!’
Kemudian Allah mengutus malaikat kepada keduanya untuk mengambil ruh keduanya hingga berkumpul di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang berdosa itu, ‘Masuklah kamu ke surga berkat rahmat-Ku.’
Lalu Allah bertanya kepada lelaki yang rajin beribadah, ‘Apakah kamu mampu menghalangi antara hamba-Ku dan rahmat-Ku?’
Dia menjawab, ‘Tidak, wahai Tuhanku.’ Allah berfirman untuk yang rajin beribadah (kepada para malaikat): ‘Bawalah dia masuk ke dalam neraka.’
Abu Hurairah– semoga Allah meridhainya – berkomentar,
“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia berkata dengan satu kalimat yang membinasakan dunia dan akhiratnya.”
(HR. Abu Dawud).
Perhatikanlah!!!
Orang shaleh yang diceritakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa salla marah karena Allah. Ia marah karena larangan Allah dilanggar. Namun cara marahnya mendatangkan kemurkaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ingatlah!!!
Tidak sedikit orang yang marah karena Allah, namun apa yang mereka lakukan malah membuat orang-orang lari dari agama. Mereka membantu setan menyesatkan manusia lebih jauh lagi.
Mudah-mudahan, Allah menjadikan kita seseorang yang mampu me *manage* kemarahan dengan baik. Dan juga menjadikan kita orang yang marah karena Allah dengan cara yang diridhai oleh Allah.
بَارَكَ اللهُ
💝💝💝
The last adalah sebuah ibrah. Kita akan belajar dari peristiwa/kisah yang bisa menjadi sebuah pelajaran bagi kita.
*SEBUAH IBRAH*
*ALKISAH*, seekor ular memasuki gudang tempat kerja tukang kayu di sore hari. Kebiasaan si tukang kayu, membiarkan sebagian peralatan kerjanya masih berserakan dan tidak merapikannya.
Nah ketika ular itu berjalan kesana kemari di dalam gudang, tanpa sengaja ia merayap di atas gergaji.
Tajamnya mata gergaji, menyebabkan perut ular terluka. Tapi ular beranggapan gergaji itu menyerangnya.
Ia pun membalas dengan mematuk gergaji itu berkali-kali.
Serangan itu menyebabkan luka parah di bagian mulutnya.
Marah & putus asa, ular berusaha mengerahkan kemampuan terakhirnya untuk mengalahkan musuhnya.
Ia pun membelit kuat gergaji itu. Maka tubuhnya terluka amat parah dan akhirnya ia pun mati.
*Kadangkala*, di saat kita marah, kita ingin melukai orang lain. Tapi sesungguhnya tanpa disadari, yang dilukai adalah diri kita sendiri.
*Mengapa?* Karena perkataan dan perbuatan di saat marah adalah perkataan dan perbuatan yang biasanya akan kita sesali di kemudian hari.
💝💝💝
Demikian, ...
ana kembalikan kepada moderator ya
🎤🎤
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Fauziah
Assalamualaikum saya mau bertanya, gimana caranya biar tidak gampangan menjadi orang yang suka marah? Hehe syukron
🔷Jawab :
Belajarlah mengendalikan emosi,
Ucapkanlah istighfar, berwudhu, sholat sunah mutlaq, tilawah
Tanamkan sifat sabar dan ikhlas 🙂
0⃣2⃣ May
Assalamu'alaikum u hiz
Saya termasuk sering marah marah, kadang" susah mengontrol emosi, gimana cara menghilangkan sifat itu ustadz, atau meminilimasir nya....
Terimakasih...
🔷Jawab :
Kemauan yang kuat dari dalam diri,
Tipsnya seperti jawaban untuk soalan yang pertama 🙂
0⃣3⃣ Imah
Assalamualaikum Uhiz...
Bagaimana tips" marah yang cerdas, khususnya untuk siswa....???
🔷Jawab :
Marah seorang guru kepada siswanya, adalah marah yang membuat mereka paham dengan kesalahan yang mereka lakukan, tanpa menyakiti mereka secara lahir atau batin.
Balut marah itu dengan kata yang bijak, jika pun ada hukuman, berikan hukuman yang membuat mereka belajar arti dari kesalahan yany mereka lakukan.
0⃣4⃣ Nurlela
Assalamu'alaikum wr.wb. Uhiz.. saya tipe orang yang tidak bisa mengekspresikan marah yang meluap", alhasil hanya terpendam dalam hati.
Efek marah yang terpendam ini sering nya awet ustadz, susah sekali menghilangkannya.. Jadi sama orang tersebut, kurang ramah dingin dan sejenisnya. Baik kah marah seperti itu? itu bagaimana ya ustadz cara delete nya? Jazakallah
🔷Jawab :
Marah adalah hal yang wajar, siapa saja mesti pernah marah, namun jangan sampai rasa marah itu menguasai diri, apalagi menjadi dendam ...
Iya kalau kita benar, kalau ternyata kita juga salah, misal pas marah tanpa sadar keluarkan kata-kata yang pedas, lalu yang bersangkutan merasa sakit hati ... bakalan berat tuh ... udah minta maaf dan mendapatkan maafnya berat selama yang bersangkutan masih hidup, apalagi kalau yang bersangkutan dah meninggal ... meski kita benar, tapi ternyata ada yang ga ikhlas akibat suara kita saat marah ... ribet pertanggung jawabannya di hadapan Allah
0⃣5⃣ Esa
Assalamu'alaikum uhiz..
Bagaimana menyikapi orang yang suka ngomingin penampilan kita dari belakang?
Dan masih banyak lagi omongan" yang saya dapat yang menurut saya tidak penting banget buat diomongin..
Kan lama" jd gerah tadz..
🔷Jawab :
وعليكم السلام
Penampilan yang seperti apakah yang dimaksud?
Jika dari yang dulunya ndak sesuai syari'at lalu menjadi syari' biarkan mereka mau ngomongin apa tentang kita, ATM berjalan itu ... do'akan agar Allah sadarkan mereka,
Dari sisi lain, jika kita merasa ada sedikit saja dalam hati dalam mengenakan pakaian tersebut merasa lebih baik, lebih alim, lebih hebat, *Jadikanlah sebagai teguran*
Selanjutnya, diluar dari penjelasan di atas, jangan kita berpenampilan yang berlebihan, yang bisa memancing orang lain gatal mulut untung menghibah
Contoh, pakaian dah syari', make niqob, tapi suka pajang photo di FB misalkan 😷
Ingatlah bahwa laki-laki, jika semakin ditutup akan semakin penasaran, itu yang pertama.
Yang kedua apa tujuannya, setan mah suka banget bisikin, katanya biar buat promo, padahal hati-hati tuh, segala penyakit hati mulai menyusup sombong, angkuh, ujub, riya' dan *PASTI* ndak dirasakan, karena selalu ada kata pembenaran 🙂
0⃣6⃣ Ulfa
Ijin bertanya ustadz..
Do'a yg harus di amalkan agar qta mampu menjadi orang yang sabar dan tak mudah marah!
🔷Jawab :
رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
_Wahai Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir_ (QS. al-Baqarah : 250)
0⃣7⃣ Lia
Ustadz izin bertanya,
Apa bila kita diam ,,diam itu ada 2 faktor.. bisa diamnya berarti mempunyai keiklasan yang dalam dan satu lagi diam karena memendam kekecwaan yang dalam...
Apabila kita di hinggapi perasaan kedua.. apa yg mesti kita lakukan.. selain istigfar ?
Masalahnya rara kecewa mendalam kepada psangan, agar bisa berganti jadi.. diam dalam keikhlasan? Afwan!
🔷Jawab :
Yakinlah kepada Allah ...
_La Takhaf Wa La Tahzan. Innallaha Ma'ana_
*Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati. Sesungguhnya Allah ada bersama kita*
Dan yakinlah Allah tak pernah memberikan cobaan melebihi dari apa yang bisa ditanggung oleh masing-masing makhluknya.
0⃣8⃣ Novie
Assalamualaikum ustadz
Ustadz awalnya saya orang yg pendiam dan tidak bisa marah sampai masa saya kuliah ada mendzolimi saya dan saudara saya menasihati agar saya bisa marah pada orang yang sudah dzolim ke saya awalnya ngak bisa tapi terus dipanas"in, sampai akhirnya saya bisa marah dan itu diperparah dengan dunia saya,
Tapi saya lebih banyak sabar dengan dzikir meski kadang terbersit ada amarah meletup kecil
Bagaimana menurut ustadz agar saya bisa kembali seperti duli yang tidak pemarah!
🔷Jawab :
Selalu kontrol amarah itu, perbanyak istighfar, jika merasa ingin marah segera menjauh dan menghindar
0⃣9⃣ Tirtir
Assalamualaikum ustadz
Apakah marah dan emosi itu sama ustadz dan Saya cepat merasa sedih untuk alasan kecil.
Saya kadang menangis,apakah pantas untuk menangis dan melampiaskan emosi saya? Atau haruskah saya menahan diri?
🔷Jawab :
Emosi itu banyak macamnya, emosi adalah gambaran perasaan hati,
Ada emosi sedih, bahagia, dan ada juga emosi marah,
Menangislah kepada Allah, keluhkanlah semua yang dirasakan menjadikan beban hati kita kepada Allah saat QL
1⃣0⃣ Arni
Assalamu'alaikum,.
UHiz, ana termasuk yang kurang bisa mngndalikan emosi, sedikit kata yang menyengat (bahasa kami cugak) langsung bikin ihh, geram. Tapi yg sering dapat marahnya ana malah adik sendiri.
Sampai" kluarga ana bilang *mbok yo dadi wong kie rodok alon*.
Nah yg ana tanyakan bagaimna supaya ndk terus"an begini UHiz, ana khawatir kalau kebiasaan ini terbawa sampai ana berumah tangga.
Mohon nasehatnya.
Syukron ustadz
🔷Jawab :
Harus berani *mengubah diri sendiri.*
Bahkan harus dibarengi dengan hukuman yang bermanfaat, misal ketika amarah ndak terkendali, maka harus membayar sedekah 150.000 (dalam bentuk sumpah/nazar)
merti mikir, coba aja 🙂
1⃣1⃣ Eka
1. Bagaimana cara yang baik menghadapi orang yang sedang marah Uhiz?
Agar kita tidak ikut terpancing emosi?
2. Bagaimana sebaiknya sikap kita ketika orang tua yg sedang marah, sementara kita gak merasa melakukan kesalahan tersebut. Sering kali bermaksud menjelaskan, malah terkesan membantah. Sehingga orang tua jadi tambah marah.
Jazakallah khair atas jawabannya Uhiz
🔷Jawab :
1. Menjauh cari alasan yang bijak.
2. Diam, nanti setelah emosi mereka reda, baru ditabayyun
1⃣2⃣ Hanny
Bagaimana menyikapi dan menghadapi orang yang clossed tadz???
🔷Jawab :
Clossed dalam artian apa ya, mohon diperjelas, takut salah
🌟Segala sesuatu itu di pendam sendiri kalau ada masalah daripada menyakitkan dan merepotkan orang lain,,, cenderung untuk mengorbankan diri sendiri demi kebahagian orang lain,,,
🔷Kalau yang bersangkutan ikhlas, kita ndak usah mempermasalahkannya. Namun jika itu membuatnya sakit hati, apalagi sampai berefek pada fisiknya, maka wajib mengingatkannya untuk move on.
1⃣3⃣ Neng
Bertanya ustadz,,
Gimana mengendalikan emosi ketika Qta dijatuhkan sama teman kantor.
Karena mereka suka menjilat Boz alhasil Qta suka jadi terpojokkan, bahkan biasa yg Qta kerjakan sudah baik malah menjadi salah dimata Boz...
Apakah Qta harus ikutan marah atau sebaiknya pasrah aja Krn Qta hanya pegawai biasa!
🔷Jawab :
Pastikan SOP sebeluk bekerja, karena jika memang sesuai SOP tentunya tidak ada hal yang bisa disalahkan.
1⃣4⃣ Chiee
Ijin bertanya, Ustadz jika kita ada perbedaan pendapat dengan leader, bahkan beberapa anggota pun mengajukan nota keberatan akan kepemimpinan nya. Berbagai krisan (kritik dan saran) sudah sering disampaikan namun tetap tak ada perubahan.
Lalu bagaimana sikap terbaik kita membendung endapan kemarahan beberapa anggota tersebut. Karena pasti atmosfer yg tidak bagus bisa berpengaruh ke kinerja kita. Jazakallahu khoir, ustadz.
🔷Jawab :
Tabayyun
Kumpulin tuh, dengar pendapat mereka satu-satu, dan hindarkan jangan sampai ada perdebatan di antara mereka 🙂
1⃣5⃣ Imah
Uhiz.... Bagaimana menyikapi teman yg sok tau tentang agama kita.....saat dijelaskan lemah lembut mereka ngeyel, yach wajar seeh karena mereka tidak meyakininya....mau didiamkan mereka tambah menjadi-jadi berargumen yg semakin amburadul....*
Bolehkah kah, ita menanggapinya dengan komentar" yang tegas, terkesan pedas...."__"
🔷Jawab :
Jika mengikuti artikel 💜 SUDUT HATI beberapa minggu terakhir bahasannya seputar ini, hindari jidal, berbantahan dalam perihal agama,
Di FB Perindu Surga kalau ndak salah ada. Kalau udah berbantahan pasal agama, jangan ikut-ikutan, pergi menjauh.
Imam Syafi'i pernah berujar, beliau akan menang ketika berhadapan dengan 10 orang yang berilmu saat berdiskuis, namun akan kalah jika hanya berdebat dengan satu orang tak berilmu.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘
_"Jangan pernah merasa marah atau berburuk sangka dengan orang yang belum tentu kita kenal dengan baik"_
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘PeNuTuP💘
Terimakasih u hizzz
Baik akhwaty kita berada di penghunung kajian
Semoga apa yg kita dapat malam ini bisa membuat kita shalihah bersama dan semakin kaffah dalam islam
Mari kita tutup dg beristighfar...
Astaghfirullohal adzim...
Mengucap hamdallah bersama...
Alhamdulillahirabbil'alamiin...
Dan Do'a Khafaratul Majelis...
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد ان
لا إله إلا أنت
أستغفرك وآتوب إليك
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu anlaaillaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik...
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar