Sabtu, 31 Juli 2021

HAKIKAT KEBAJIKAN DALAM SURAH AL BAQARAH AYAT 177

 


OLeH  : Ustadz M. Lukmanul Hakim

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌀 HAKIKAT KEBAJIKAN DALAM SURAH AL BAQARAH AYAT 177

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Alhamdulillah di grup ini kita bisa bersilaturahim baik yang langsung online live, atau yang membaca kajian setelahnya.

Shalawat serta salam semoga Alloh ﷻ limpahkanlah kepada Nabi Besar Rasulullah ﷺ, beserta keluarga, sahabat, tabiin, ulama, serta kepada kita selaku ummat-Nya.

Sahabat Perindu Surga yang di rahmati Alloh ﷻ.

Izinkan pada kesempatan ini untuk berbagi kajian yang ana tulis di blog ane risalahluqman.wordpress.com

Di mana pada malam ini mengambil tema HAKIKAT KEBAJIKAN DALAM SURAT AL BAQARAH 177, silahkan buka link ini untuk membaca materinya : 

https://risalahluqman.wordpress.com/2021/02/12/menurut-al-quran-apa-sih-berbuat-baik-itu/

Pedoman berbuat kebajikan itu sudah terangkum dalam satu ayat Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 177 berbunyi :

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Alloh ﷻ, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Baqoroh: 177)

Dalam tafsir tahlili Kemenag RI di jelaskan bahwa ayat 177 bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam.

Pada ayat 177 ini Alloh ﷻ menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Alloh ﷻ dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Alloh ﷻ kepada para Nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Alloh ﷻ, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur′an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Alloh ﷻ, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua Nabi tanpa membedakan antara seorang Nabi dengan Nabi yang lain.

Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu:

★ 1. (a) Memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat.
(b) Memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya.
(c) Memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari berbagai kesulitan.
(d) Memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya.
(e) Memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang.

★ 2. Mendirikan shalat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

★ 3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur′an apabila disebutkan perintah: “mendirikan shalat”, selalu pula diiringi dengan perintah: “menunaikan zakat”, karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Rasulullah ﷺ wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya.

★ 4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Alloh ﷻ seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Alloh ﷻ (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah ﷺ:

اٰيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ (رواه مسلم عن أبي هريرة)

"Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat." (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.)

★ 5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk.

Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0⃣1⃣ Phity ~ Yogja
Ustadz, bagaimana fenomena akhir-akhir ini yang menunjukkan kemewahan dan kekayaan diupload di media sosial, sementara ada masyarakat yang kesulitan, bahkan untuk makan pun susah. Apakah ini termasuk ketidakbijaksanaan mereka?

Bagaimana mengatasi fenomena seperti ini?

💎Jawab:
Mbak Fitri, fenomena ini memang terjadi bukan saja pada masa sekarang, itulah godaan setan agar manusia tersesat dengan kemewahan yang mendukung untuk perbuatan dosa melalui sifat setan: Sombong, riya, ujub, takabur. 

Sebagai solusinya satu yaitu mendekatkan di pada Alloh ﷻ dengan melakukan shalat 5 waktu di awal waktu. 
"Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar."

✓ Yang kedua, bersilaturahim lah dengan orang-orang yang soleh atau solehah. Hal ini akan membawa kita ke jalan yang baik melalui saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran, merupakan implementasi dari surat Al ashr ayat 3.

Kemudian memahami hakikat kebajikan dalam surat Al Baqarah ayat 177. Insyaallah tidak akan terjerumus dalam hawa nafsu yang dibisikan setan termasuk diantaranya memamerkan harta, keturunan dan tahta.

Selanjutnya jika ada yang berlaku demikian, berikanlah pemahaman secara halus tanpa menyinggungnya, ajak ke majlis ilmu agar bisa memperkuat akidahnya.

Jika tidak mau jangan ngambek dan jangan di paksa, insyaallah pada saatnya akan timbul hidayah, tapi tetap diingatkan ketika dekat dengan orang yang bersangkutan.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, untuk kategori musafir yang membutuhkan disini contohnya seperti apa ya ustadz? Apakah misalnya ada seorang perantau yang dalam kesulitan ekonomi seperti itukah ustadz?

💎Jawab:
Yang dimaksud musafir adalah orang yang berada dalam perjalanan. Tapi ditekankan pada musafir yang membutuhkan. 
Ada musafir yang memiliki banyak uang, ketika singgah dia pasti membutuhkan tempat yang nyaman. Jika kita miliki maka perbolehkan tempat kita untuk singgah tawarilah air minum atau makanan yang kita punya. 

Ada juga musafir yang memang benar kehabisan persediaan uang dan makanan, maka ini harus kita bantu. Sehingga musafir itu kembali ke rumahnya, atau tempat tujuannya.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Phity ~ Yogja
Ustadz, kalau sepeninggal Nabi, sahabat sepakat untuk memerangi orang yang tidak mau bayar zakat harta nah, tentu tujuannya adalah menyadarkan orang mampu untuk membayar zakat mal. Apakah hal ini dapat diterapkan pada umat muslim di indonesia? Maksudnya, memastikan terbayarnya zakat mal oleh umat muslim yang mampu.

💎Jawab:
Iya sangat bisa, setiap yang dilakukan Nabi Rasulullah ﷺ baik perkataan dan perbuatan merupakan suri tauladan bagi ummatnya. 
Ketika hukum Islam sudah terkontaminasi dengan hukum negara yang tidak pro Islam, maka diperlukan seorang pemimpin yang berani melakukan hal tersebut.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Alhamdulillah kajian malam ini tentang hakekat kebajikan dalam surat Al Baqarah 177 sudah terlaksana, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. 

Demikian yang bisa disampaikan, mohon maaf jika ada kekurangan. 

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar