Sabtu, 31 Juli 2021

CINTA DAN PENGORBANANKU PADA-MU

 


OLeH  : Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

Assalamu'alaikum Sahabat-sahabat sekalian. Semoga kita selalu dalam lindungan Alloh ﷻ. Aamiin.

Ngomong-ngomong soal cinta dan pengorbanan itu sangat berkaitan erat yaa, ada cinta pasti ada pengorbanan.

Sahabat-sahabat ku...

Sebagai seorang yang mencintai, maka tentunya kita akan rela mengorbankan apa saja untuk yang kita cintai. 

Bukanlah namanya mencintai jika tidak mau berkorban.

Saat mencintai seseorang, ada kebutuhan dalam diri kita untuk menyampaikan rasa cinta dan membahagiakan yang dicinta.

Memberi dan mengorbankan merupakan bentuk dari ekspresi cinta yang diyakini dapat mengantarkan kita ke level cinta yang lebih tinggi.

Sejak kecil, kita mengenal jenis cinta yang sangat spesial terkemas dalam kisah Nabi Ibrahim As. Rasa cintanya kepada Alloh ﷻ termanifestasi melalui cara berpikir, bertindak, dan berbuat dalam kesehariannya.

Salah satu ekspresinya yang tercatat oleh sejarah di 10 Zulhijah yang lampau, menginspirasi manusia untuk mendalami makna cinta melalui sebuah pengorbanan. Sejak itu, cinta dan pengorbanan memiliki ikatan yang tidak tampak, namun begitu kuat sehingga sulit terpisahkan.

Waktu berlalu, dan setiap zaman menuliskan kisah cinta terhebat versinya sendiri. Sebut saja Laila-Majnun dan Romeo-Juliet, mereka terpisah jarak dan zaman namun tetap dengan ekspresi cinta yang sama, yang identik dengan sebuah pengorbanan.

Tentunya, kedua kisah fiksi tersebut tidak bisa dikomparasikan dengan kisah Nabi Ibrahim As. Cinta Nabi kepada Tuhannya memiliki makna dan ekspresi yang jauh berbeda dengan cinta pada sesama manusia. Namun, pengorbanan telah menjadi bagian dari formulasi cinta yang tidak terelakkan sehingga memandu para pemikir untuk menciptakan kisah cinta yang serupa.

Pesan itu terus tersampaikan hingga saat ini. Kita mengenalnya dalam rangkaian kalimat sederhana : “cinta adalah pengorbanan."

Di masa kini, mungkin saja seorang perempuan rela mengorbankan mimpi dan kariernya sebagai bentuk ekspresi cinta pada keluarganya. Atau bagi seorang remaja, pengorbanan dalam mencintai ditunjukkan dengan mengorbankan persahabatan demi pasangannya. Beberapa lainnya, menentang keras sebuah pengorbanan yang dilakukan atas dasar cinta.

🔶Qurban Tanda Cinta, Tanda Taat, dan Tanda Kepekaan Sosial  

sebagai wujud pengabdian kepada Alloh ﷻ untuk menjadi seorang manusia yang  Rahmatanlil ‘Alamin, rahmat bagi Alam Semesta. Hakikatnya pengabdian seorang hamba yang sungguh-sungguh tidaklah mudah, karena membutuhkan pengorbanan yang sangat berat. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS.

Melakukan penyembelihan hewan oleh manusia mempunyai pesan moral yaitu setiap manusia hakikatnya mempunyai nafsu hayawaniyah yang harus disembelih atau dilawan dengan mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ. 

Dalam hadist, Zaid ibn Arqam, ia berkata, ”Wahai Rasulullah ﷺ, apakah kurban itu?” Rasulullah ﷺ menjawab ”kurban adalah sunahnya bapak kalian, yakni Nabi Ibrahim AS.” Mereka menjawab ”apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah ﷺ menjawab “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab ”kalau bulu-bulunya?” Rasulullah ﷺ menjawab ”Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” 
(HR. Ahmad dan ibn Majah)

Dalam sejarah, kurban merupakan peristiwa perintah Tuhan kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putranya yakni Nabi Ismail AS. Tuhan menguji keimanan Nabi Ibrahim AS apakah ia lebih cinta kepada Tuhan (Khalik) atau lebih cinta terhadap anaknya (Nabi Ismail AS). 

Betapa berat ujian dan cobaan yang diterima Nabi Ibrahim AS ketika diperintah oleh Tuhan agar siap dan ikhlas mengorbankan yang paling dicintainya di dunia ini, yakni Nabi Ismail AS.

Putra tercinta yang sudah bertahun-tahun di idam-idamkan kehadirannya.  

Namun, keimanan Nabi Ibrahim AS sangatlah kuat, ia tidak sedikitpun ragu dalam hal melaksanakan apa yang diperintah oleh Tuhan. Sehingga buah dari ketaatannya kepada Tuhan, Nabi Ismail AS diselamatkan oleh-Nya. 

Menyimak dari peristiwa sejarah kurban tersebut, timbullah pertanyaan, kira-kira mampukah kita melaksanakan perintah Tuhan itu jika perintah itu datang kepada kita? 

Relakah kita berjuang dengan mengorbankan sesuatu yang paling berharga untuk kepentingan agama? Ataukah malah sebaliknya kita rela mengorbankan agama untuk kepentingan kita.

Peristiwa kurban hendaknya bisa lebih kita maknai bukan hanya sekedar menyembelih hewan kurban semata, tetapi lebih dari itu kita harus bisa menangkap makna yang terkandung dalam perintah-Nya. 

Hakikat kurban memang sangatlah relatif, yang pasti Tuhan tidak membutuhkan di balik perintah-Nya, melainkan rasa cinta kita dengan mendekatkan diri kepada-Nya. 

Demikian malam ini, semoga bermanfaat. 

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Frin ~ Surabaya
Bunda Irna mohon pencerahan,

Bagaimana baiknya, bila sering berkurban  diniatkan untuk suami yang telah tiada,
Sedangkan ada ayah yang sudah almarhum juga dan masih ada ibu meskipun beliau sudah pernah berkurban.

Bagaimana baiknya ya bun untuk niat kurbannya? 

🔷Jawab:
Diniatkan saja untuk seluruh keluarga, karena berkurban bukan 1 untuk 1 orang, tapi 1 untuk seluruh keluarga. 

Diambil dari dalil : 
"Nabi ﷺ menyembelih dua ekor kambing kibash yang gemuk bertanduk. Yang pertama untuk umatnya, dan yang kedua untuk diri beliau dan keluarganya." (HR. Ibnu Majah).

Jadi, tidak masalah itu atas nama siapa, yang penting itu diniatkan untuk seluruh keluarga. 

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Neni ~ Yogja
Doa untuk kedua orang tua yang allahumagfirli waliwalidayya dan seterusnya.

Itu doa termasuk untuk mertua juga?

🔷Jawab:
Iyaa.

Karena sejatinya mertua adalah orang tua kita juga. Kita disatukan dalam ikatan pernikahan dengan anaknya. 

Maka jangan bedakan antara orang tua kita dengan mertua. 
Kasihi mereka, doakan mereka. 

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Han ~ Jatim
Assalamu'alaikum,

Bu, kenapa kadang dan mungkin banyak dari kita ini untuk berkurban terasa berat sekali, padahal setahun cuma sekali. Tapi kalau berkorban untuk kesayangan atau bahkan untuk beli apa yang diinginkan pasti akan diusahakan. Rerata kita semua pasti punya hp yang harganya 2 jt an ke atas. Tapi untuk berkurban yang setahun sekali, ada saja alasannya.

Mengapa itu banyak terjadi bu? Apakah karena lemahnya iman atau karena belum dapat hidayah atau kenapa bu?

🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh 

Itu semua bisa terjadi karena cinta kita kepada Alloh ﷻ baru sebatas lisan. Untuk orang yang kita sayang, cinta kita tumbuh di hati, sehingga apapun kebutuhan dan keinginannya kita berusaha untuk memenuhi agar cinta kita bisa dibuktikan. 

Muhasabahlah jika melakukan hal-hal yang disukai Alloh ﷻ begitu berat bagi kita, sedekah milih duit yang kecil nominalnya dan lecek, mau berkurban merasa diri belum mampu untuk melakukannya. Padahal apa yang kita korbankan itu tidak akan sia-sia bahkan akan kembali kepada kita lagi. Tanyakan pada diri dimanakah rasa cinta kepada Alloh ﷻ kita simpan! 

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek 
Apa maksudnya mengorbankan persahabatan demi pasangannya umm?

🔷Jawab:
Sering terjadi seseorang mengabaikan pasangannya demi sahabat-sahabatnya. Ngumpul-ngumpul dengan sahabat, dan membiarkan pasangan di rumah sendirian. Traktir teman-teman, sementara saat istri minta uang beli kebutuhannya, pasangannya banyak alasan. Seharusnya jika sudah punya pasangan, maka pasanganlah orang pertama yang harus disenangkan dan dibahagiakan. 

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Sahabat-sahabatku...

Berkurban bukanlah sekedar menyembelih hewan, karena itu hanyalah sebuah simbol. 

Tapi berkurban adalah sebuah langkah menuju ketaatan dan bukti sebuah cinta. 

Ibadah kurban ini merupakan salah satu ibadah wajib bagi setiap umat muslim yang mampu melaksanakannya. 

Melaksanakan ibadah kurban juga menjadi cara kita dalam mendekatkan diri kepada Alloh ﷻ dan juga sebagai bentuk ketaatan kita terhadap perintah-Nya.

Alloh ﷻ sendiri juga memerintahkan ibadah qurban ini setelah ibadah sholat, “Dirikanlah shalat dan berkurbanlah (an nahr).” (QS. Al-Kautsar: 2)

Semoga tahun ini masing-masing kita sanggup berkurban. 

Mohon maaf lahir batin.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar