Sabtu, 29 Mei 2021

SAMAWA DI ATAS CINTA-NYA

 

OLeH: Ummi Yulianti

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ


السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

الحمد لله 
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ...

ام بعد

Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ. 

Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari zaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknya lah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.

🌸SAMAWA DI ATAS CINTA-NYA

Perintah pertama Alloh ﷻ kepada umat manusia melalui Nabi Muhammad adalah membaca (IQRA’). Objek yang harus dibaca adalah ayat-ayat Alloh ﷻ baik yang quraniyah (teks Al Quran), maupun yang bersifat kauniyah (alam semesta: gejala alam maupun kehidupan manusia atau sosial). Hebatnya, antara ayat kauniyah dan ayat quraniyah tidak pernah terjadi pertentangan, bahkan saling menguatkan antara satu ayat dengan lainnya.

Pernikahan atau lebih tepatnya perjodohan bagi manusia adalah ayat-ayat kauniyah Alloh ﷻ yang harus kita baca dengan perenungan yang mendalam, sebagaimana ayat-ayat Quraniyah. Itulah sebabnya ayat pernikahan atau perjodohan diawali dengan kalimat yang terjemahannya, “Dan termasuk ayat-ayat Alloh ﷻ adalah menciptakan jodoh bagi kalian… dan seterusnya.” Lebih lengkapnya mari kita kaji ayat tersebut secara lebih detail:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara ayat-ayat Alloh ﷻ adalah menciptakan jodoh bagi kalian dari jenis kalian, agar supaya kalian SAKINAH dengan istri kalian, serta menjadikan MAWADDAH dan RAHMAH di antara kalian. Sungguh di balik hal-hal tersebut terdapat ayat-ayat (catatan Tuhan) bagi orang-orang yang mau berpikir.” (QS. Ar-Rum:21)

Ending dari ayat di atas adalah ajakan untuk merenung dan memikirkan ayat Tuhan berupa perjodohan manusia tersebut. Jika kalimat SAMAWA sekadar buah bibir dan basa basi belaka untuk diucapkan kepada kedua mempelai tanpa sedikitpun berusaha untuk merenungi dan memahami apa makna sesungguhnya, maka betapa ruginya kita. Terlebih ayat tersebut mengandung banyak antisipasi dan solusi bagi sebagian besar problema rumah tangga.

Jodoh adalah takdir atau kata pemuda jomblo adalah “di tangan Tuhan”, maka ketika akad nikah sudah sah, tidak boleh ada yang protes, “Lho kenapa yang laki-laki kok gagah, sedangkan yang perempuan kecil mungil?” atau “Kenapa yang perempuan bak bidadari sementara yang laki-laki bak preman kuli?”, atau “Kenapa yang laki-laki sudah umur 70, kok bisa dapat gadis umur 17 tahun?” Itulah rahasia mengapa Al Quran menggunakan kata ‘khalaqa’ yang artinya menciptakan. Jodoh kita sudah diciptakan jauh sebelum kita lahir di alam dunia.

🔸SAKINAH

Berasal dari kalimat litaskunu ilaiha dalam ayat di atas. Di mana khithab nya (objek perintah) ditujukan untuk para pria, yang berarti: supaya kalian para lelaki bersakinah kepada istri. Sakinah sendiri berawal dari kalimat sakana yang berpokok pada lafadz awal sukun, yang memiliki makna diam, berhenti, tidak berbunyi, tidak bergerak, orang Jawa bilang “Mandeg jegrek!”

Ya, laki-laki yang sudah terikat ikatan rumah tangga sudah harus berhenti, anteng, tidak goyah, tidak lagi noleh kanan-kiri. Dia sudah harus sukun, tertancap mantap hanya kepada wanita yang sah menjadi istrinya. Bahkan salah seorang ahli tafsir memaknai litaskunu ilaiha dengan arti laki-laki diciptakan jodohnya supaya bisa “mengerami nya.”

Tentu saja istilah itu adalah kiasan bernada joke atau bercanda yang lebih bersifat lahiriah, tetapi sesungguhnya sangat tepat untuk menggambarkan betapa krusialnya sakinah bermakna mengerami. Tengoklah betapa banyak keretakan biduk rumah tangga yang berujung pada perceraian sebagai akibat minimnya intensitas hubungan lahir, interaksi fisik, hubungan seksualitas dan sebagainya).

Suami sibuk bekerja, istrinya pun ter takdir harus berkarier. Tidak jarang keduanya harus tugas di luar kota yang berbeda. Saat bertemu kalau tidak di akhir pekan ya sudah dalam keadaan lelah, tergerus rutinitas. Sukun hilang, sakinah pun diam-diam pergi. Timbullah masalah, tidak saling sapa, pisah ranjang, masuklah pihak ketiga, sidang pun menanti.

Sakinah pun memprasyaratkan sebuah lahan fisik berupa tempat untuk mengekspresikan interaksi fisik berupa rumah, apapun kondisinya. Sepasang suami istri jika ingin sakinah maka mereka harus tinggal satu atap, bagaimanapun caranya. Sebab jika sudah berlainan atap maka jangan harap tercipta sakinah yang sejati.

Oleh karena itu, jika tidak terpaksa sekali atau keadaan yang sangat mendesak, jangan sekali-kali hidup berlainan atap. Jika sang suami harus bekerja atau tugas di kota lain, maka istri harus mengikutinya. Suami harus mengajaknya, kendati harus hidup di kontrakan, di rumah mertua, di rumah orang tua, atau bahkan di kos-kosan. Keduanya tetap harus di bawah satu atap.

Bagi wanita, bila menghadapi masalah dalam berumah tangga, jangan gampang meminta pulang ke orang tuanya, seperti hits lagunya Betharia Sonata itu. Bersabarlah, bertahanlah di bawah atap rumah suamimu. Sang pria juga demikian, bila menghadapi cekcok dengan istri, jangan mudah cabut keluar rumah, nongkrong di kafe atau warung kopi sampai larut.

Bertahanlah, tetaplah satu atap, bila perlu, jangankan satu atap, makan pun sepiring berdua seperti hits lagunya Ida Laila.

Orang Arab ketika menanyakan alamat rumah; di mana rumahmu, bukan dengan istilah ayna baytuka, tetapi ayna TASKUNU. Lagi-lagi kalimat taskun atau sukun atau sakinah yang dijadikan referensi. Begitu juga ketika Alloh ﷻ menyuruh Nabi Adam untuk hidup tenteram di surga bersama Hawa: USKUN anta wa zaujuka al-jannah. Tinggallah dengan nyaman bersama istrimu di Surga wahai adam.

Maka SAKINAH adalah kunci utama sekaligus solusi jitu yang diberikan Al Quran kepada kita dalam membina dan menjaga rumah tangga. Jangan takut tidak punya rumah, jikalau sudah sakinah, maka Alloh ﷻ yang akan membuka pintu rezeki mendapatan sandang, pangan, dan papan.

إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“….Jikalau mereka (suami-istri) fakir miskin, Alloh ﷻ yang akan memberikan kecukupan dari karunia-Nya. Alloh ﷻ Maha Luas dan Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32) 

🔸MAWADDAH

Mempunyai arti cinta, kasih sayang. Padahal ungkapan syair-syair dan puisi cinta dalam gramatika Arab adalah menggunakan kalimat mahabbah bukan mawaddah. Lalu mengapa Al Quran memilih kalimat Mawaddah daripada Mahabbah? Apa perbedaannya?

Mahabbah dan mawaddah adalah sama-sama cinta kasih yang dikaruniakan Alloh ﷻ kepada umat manusia. Bedanya, mahabbah adalah cinta asmara dua insan yang dilandasi af’al ‘aathifiyah atau perasaan sentimentil, sementara mawaddah adalah cinta asmara dua insan yang dilandasi af’al qolbiyah ma’al masuuliyah cinta kasih dua kalbu yang mempunyai tanggung jawab bersama.

Keduanya jelas sama tetapi tak serupa. Ada perbedaan mendasar. Mahabbah adalah panah asmara yang menancap di dua hati insan yang dimabuk cinta dan cenderung tidak peduli dengan realitas di sekelilingnya. Mahabbah adalah cinta sepasang kekasih di mana dunia hanya miliki mereka berdua.

Sementara itu, mawaddah lebih dari sekadar asmara. Ia dibekali dengan sebuah tanggung jawab atas ikatan cinta. Jika mahabbah adalah cinta sepasang kekasih, maka mawaddah adalah cinta sepasang suami-istri. Masing-masing mempunyai konsekuensi atas cintanya. Mahabbah tidak ada konsekuensi. Tidak ada hak dan kewajiban. Mawaddah meliputi semuanya, ada tanggung jawab, ada hak dan kewajiban. Mahabbah belum tentu mawaddah, tetapi mawaddah sudah pasti mahabbah.

Ada sepasang suami-istri hidup rukun beranak-pinak, penuh cinta dan bahagia hingga kakek nenek, padahal seumur-umur sebelum akad nikah tidak pernah bertemu, apalagi pacaran yang bertahun-tahun. Mereka langgeng dengan mawaddah, tetapi tidak sedikit pasangan suami-istri baru memasuki tahun kedua sudah berantakan rumah tangganya, padahal mereka pacaran sejak SMP hingga wisuda bersama, kemana-mana berdua, lengket seperti prangko, kata anak zaman old. Begitu ijab kabul, rasa hambar mulai terasa, akhirnya ikatan rumah tangganya low bat dan yang kata kids zaman now. Mereka bubar, karena hanya mengandalkan mahabbah. Itulah rahasia kenapa Al Quran memilih kata Mawaddah!

Untuk dapat MAWADDAH Anda harus SAKINAH dahulu, begitu urut-urutannya. Jadi bagi Anda yang tidak pernah pacaran dengan calon istri, suami tidak perlu khawatir. Mawaddah menanti Anda jika Anda mau ber-SAKINAH.

🔸RAHMAH

Jika mawaddah adalah cinta kasih sepasang suami-istri, maka RAHMAH adalah cinta abadi dari Alloh ﷻ, Dzat yang Maha Cinta dan Maha Kasih. Sebuah rumah tangga jika sudah menerapkan dan meng-install sakinah dan mawaddah, maka Alloh ﷻ akan otomatis meng-install cinta-Nya kepada pasangan tersebut.

Diberikan lah rahmah berupa kecukupan rezeki yang barokah, anak-anak yang sholih sholihah, sabar menghadapi musibah, syukur ketika menerima nikmat. Tidak harus kaya, tetapi dimudahkan urusannya, enak dipandang, elok dilihat. Membuat iri banyak orang, padahal kemana-mana hanya naik kendaraan roda dua. Diboncengnya anak dan istrinya dengan penuh riang gembira. Jika kehujanan, basah bersama tertawa bersama.

Masya Allah… 
Kita mungkin sudah tidak asing mendengar anak seorang pejabat, anak seorang artis, anak seorang petinggi tersangkut dan terjerat narkoba. Namun, ada sepasang ayah ibu mengantarkan anaknya di wisuda di sebuah PTN dan menjadi lulusan terbaik dengan nilai tertinggi. Diantarkannya anaknya tersebut menghadiri wisuda dengan menggunakan BECAKNYA… Subhanallah. Itulah Rahmah Alloh ﷻ.

Semoga kita semua diberikan Alloh ﷻ keluarga yang Sakinah, Mawadah dan Rahmah. Amin.

Wallahu A’alam 
bis Showab

Demikian paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari اللّه. Yang salah dari ketidaktahuan ana yang masih fakir ilmu agama

Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.

 العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر

Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.

 جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...

والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Assalamualaykum Ummi.

Jika seorang istri berkeras tidak ingin tinggal seatap dengan suaminya di luar kota, dengan alasan pekerjaannya. Juga tanggung jawabnya kepda ayah ibunya yang sudah lanjut usia dan sakit-sakit an.

Dan suami dengan terpaksa mengiyakan, apakah tetap berdosa istrinya? 

Sudah diingatkan tapi tetap teguh pada prinsipnya. Jadi, bagaimana kalau seperti ini, Ummi? 

Jazaakillahu khoiran. 

💎Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Ketika seorang wanita sudah menikah maka tanggung jawab beralih kepada suaminya, sehingga otomatis ketaatan kepada suami lebih diutamakan.
 
Tetapi kalau suami mengikhlaskan karena orang tua tidak ada lagi yang mengurusnya, sungguh keputusan yang bijak. 

Komunikasikan dengan baik kepada suami. Sehingga suami pun mengiyakannya dengan ikhlas.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Aisyah ~ Bandung 
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh. 

Sekarangkan banyak yang ingin nikah maharnya lantunan Al Qur'an. Apakah bisa dibenarkan mahar pernikahan dengan lantunan ayat suci Al Qur'an?

Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakaatuh. 

💎Jawab:
Wa'alaikumussalam warohmatullah wabaarokatuh. 

Mahar adalah sesuatu yang diberikan oleh suami kepada istrinya dengan sebab pernikahan. Mahar itu bisa berbentuk harta benda atau jasa. Allah Azza wa Jalla berfirman,

“Berikanlah mas kawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan.” (QS. An-Nisa: 4).

Mahar termasuk syarat sah pernikahan. Adapun dalil mahar berupa harta benda atau jasa, disebutkan dalam hadis berikut ini,

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu’anhu, ia mengatakan, “Seorang wanita mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu menyatakan bahwa dia menyerahkan dirinya untuk Alloh ﷻ dan rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian nabi menjawab, ‘Aku (sekarang ini) tidak membutuhkan istri.’ Maka seorang laki-laki mengatakan, ‘Nikahkan lah aku dengannya.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Berikan sebuah baju untuknya.’ Laki-laki itu menjawab. ‘Aku tidak punya.’ Nabi melanjutkan, ‘Berikanlah sesuatu walaupun cincin dari besi.’ Laki-laki itupun kembali menyatakan dia tidak punya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Apa yang engkau hapal dari Al Quran?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Surat ini dan surat ini.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kami telah menikahkan mu dengan wanita itu dengan Al Quran yang ada padamu.’" (HR. Bukhari, no. 5029).

Di dalam hadis ini Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan laki-laki tersebut memberikan barang kepada wanita tersebut. Hal ini sebagai dasar argumentasi dibolehkannya memberikan mahar berupa barang kepada calon mempelai. Karena laki-laki tersebut tidak memiliki materi untuk ia berikan maka Nabi memerintahkannya untuk memberikan mahar berupa hapalan Al Quran yang bisa ia ajarkan. Intinya mahar adalah sesuatu yang memiliki harga di masyarakat, baik berupa barang atau jasa.

🌷Lantas kenapa di zaman sekarang banyak sekali yang menginginkan mahar misalkan ingin di mahar dengan surah Ar Rahman, padahal Nabi sendiri pun sebelum ke mahar lantunan Al Qur'an, bertanya dulu pada mempelai pria, misalkan punya barang untuk dijadikan mahar.

Apakah sah nikahnya sama maharnya jika lantunan Al Qur'an?
Bukankah ajaran Nabi itu hasil akhir kalau tidak punya uang atau mas kawin untuk dijadikan mahar bisa dengan barang kalau masih tidak ada, bisa dengan lantunan Al Qur'an,
Lebih baik di mahar pakai gelas satu atau lantunan ayat suci Al Qur'an?

💎Kalau sudah ada dalil hukumnya yang membolehkan in syaa Allah sah mbak. 
Hukum Islam tidak mengatur batasan nilai minimal suatu mahar, karena besarnya suatu mahar diserahkan kepada kesepakatan calon mempelai pria dan calon mempelai wanita. Asalkan mereka sepakat, tentunya mahar tersebut pun sah-sah saja berapapun nilainya.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Aisya ~ Saudia
Assalamualikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya masih dalam proses istiqomah Ummi dan status saya menikah, akan tetapi orang-orang yang membimbing atau mengajarkan saya (guru-guru saya) adalah laki-laki, bisa dibilang sahabat virtual. 

Apakah itu juga dosa, Ummi? Karena saya belum mendapatkan sahabat perempuan untuk bertanya perihal agama dan komunikasi kami hanya sebatas perihal agama.

Pasangan saya tahu akan hal ini dan mengijinkan karena keterbatasan ilmi yang beliau pahami. 
Terimakasih Ummi sebelumnya. 

Wasallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

💎Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Apakah ketika berkomunikasi hanya berdua? Maksudnya waprian dengan pembimbingnya. 

Kalau iya, sebaiknya dihindari. Karena Rasulullah ﷺ melarang kita untuk berkhalwat (berdua-duaan) karena yang ketiganya adalah setan. Ini berlaku juga untuk dunia maya. Setan akan mencari celah untuk menggoda keduanya. 

Jalan aman adalah dengan membentuk grup, dimana ada suami sebagai anggota. Jadi, bersama mencari ilmu dengan suami. 

Adapun untuk menjaga keistiqomahan, lebih baik bergabung dengan komunitas seperti "Perindu Surga", Odoj, odtis, dan komunitas yang bisa menjaga keistiqomahan kita.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Ummi, Jika kehidupan rumah tangga yang  terkesan kaku dan membosankan karena sikap pasangan yang terkesan terpaksa dalam menjalani pernikahan.  
Apa yang harus diperbaiki dari semua itu? 

Apakah itu karena efek dari perjodohan yang dilakukan orang tua jadi berakibat hal di atas? 
Jazaakillahu khoiran. 

💎Jawab:
Perjodohan hanya salah satu jalan, kalaupun tidak ada perjodohan kalau laki-laki itu jodoh kita maka tetap dipertemukan dalam pernikahan. Jadi yang pertama dilakukan adalah menerima bahwa pernikahan meski melalui perjodohan orang tua merupakan bagian dari takdir yang harus dijalani. 

Saling membuka hati. 
Kemudian berdo'a kepada Alloh ﷻ agar menghadirkan rasa cinta dan sayang pada diri masing-masing. In syaa Allah.

Cinta dan sayang akan tumbuh seiring berjalannya waktu. 
Dan pacaran setelah nikah itu lebih romantis lho. 

Kalau pasangan kaku, kita mulai lebih dulu. 
Kasih perhatian dengan chat mesra. Persering pergi berduaan. Ngebakso misalnya, atau jalan pagi. Pokoknya cari kesempatan berduaan.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Menikah adalah ibadah terpanjang dalam mengarungi perjalanan hidup seseorang. Jangan sia-siakan suami atau istri yang Alloh ﷻ titipkan kepadamu.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar