Sabtu, 29 Mei 2021

PENTINGNYA AKIDAH DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM


OLeH: Ustadzah Tribuwhana 

•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•

🌸PENTINGNYA AKIDAH DALAM KEHIDUPAN SEORANG MUSLIM

Akidah secara bahasa artinya ikatan.

Sedangkan secara istilah akidah artinya keyakinan hati dan pembenarannya terhadap sesuatu.

Dalam pengertian agama maka pengertian akidah adalah kandungan rukun iman, yaitu:

~ Beriman dengan Alloh ﷻ.
~ Beriman dengan para malaikat.
~ Beriman dengan kitab-kitab-Nya.
~ Beriman dengan para Rasul-Nya.
~ Beriman dengan hari akhir.
~ Beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.

Sehingga akidah ini juga bisa diartikan dengan keimanan yang mantap tanpa disertai keraguan di dalam hati seseorang.

Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Ta’ala di dalam surah Al Kahfi :

“Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya.” (QS. Al Kahfi: 110)

Allah ta’ala juga berfirman,

“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)

Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Alloh ﷻ saja dan meninggalkan penyembahan kepada selain-Nya.

Hal ini telah diberitakan oleh Alloh ﷻ di dalam firman-Nya:

“Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang menyerukan ‘Sembahlah Alloh ﷻ dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Alloh ﷻ)'” (QS. An Nahl: 36)

Bahkan setiap Rasul mengajak kepada kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu, “Wahai kaumku, sembahlah Alloh ﷻ. Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian selain Dia.” (lihat QS. Al A’raaf: 59, 65, 73 dan 85). Inilah seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syu’aib dan seluruh Nabi-Nabi kepada kaum mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (mengesakan Alloh ﷻ dalam beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya. 

Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri.

Sebagaimana pernah kita dengar ada remaja atau pemuda yang gantung diri gara-gara diputus pacarnya.

Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.

Jadilah mereka budak-budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid pun sepi seolah-olah kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya umat Islam. Alangkah memprihatinkan.

Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. 

Di antara penyebab itu adalah:

★ 1. Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar

Hal ini bisa terjadi karena sikap tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar.

Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.”

★ 2. Ta’ashshub (fanatik) kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran.

Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Alloh ﷻ di dalam ayat-Nya, “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian!’

Mereka justru mengatakan, ‘Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami’ (Alloh ﷻ katakan) Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah?” (QS. Al Baqarah: 170)

★ 3. Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil).

Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang menimpa sekian banyak kelompok-kelompok sempalan.

Mereka mengikuti saja perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat. Maka mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah yang benar.

★ 4. Berlebih-lebihan dalam menghormati para wali dan orang-orang shaleh.

Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib hanya Alloh ﷻ yang mengetahuinya. Ada juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap Alloh ﷻ sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu sebagai perantara.

Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda, “Alloh ﷻ melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah.” (HR. Bukhari). 

Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan sebagaimana apa yang mereka lakukan kalau kubur Nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi?

★ 5. Lalai dari merenungkan ayat-ayat Alloh ﷻ, baik ayat kauniyah maupun qur’aniyah.

Ini terjadi karena terlalu mengagumi perkembangan kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat.

Sampai-sampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka. Mereka menyangka kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampai-sampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka. Mereka lupa akan kekuasaan dan keluasan ilmu Alloh ﷻ yang telah menciptakan mereka dan memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di hadapan manusia, “Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya karena pengetahuan yang kumiliki.” (QS. Al Qashash: 78)

Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Ta’ala. Alloh ﷻ berfirman yang artinya, “Alloh ﷻ lah yang menciptakan kamu dan perbuatanmu.” (QS. Ash Shaffaat: 96)

★ 6. Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar.

Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari)

Wallahu a'lam

•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•

0️⃣1️⃣ iSna ~ Yogja
Kalau kita teringat Yesus, apakah termasuk syirik ustadzah? 

🌸Jawab:
Jika hanya teringat saja insyaaAllah tidak syirik, yang termasuk perbuatan syirik adalah jika kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan.

Wallahu a'lam

0️⃣2️⃣ Erni ~ Yogja 
Assalamualaikum ustadzah,

Bagaimana caranya bisa menegakkan syariat kepada anak-anak, dikarenakan suami saat bergurau sering melecehkan saya di depan anak-anak. Saya tidak ingin dihormati dan ditakuti anak anak, tapi saya cuma ingin semua berjalan sesuai yang di syariatkan Alloh ﷻ. Karena saya tidak mau di zaumil mizan kelak dipertemukan sebagai orang tua dan anak yang saling tuduh, saling menuntut dan saling menjatuhkan dihadapan mahkamah Alloh ﷻ. 
Mohon pencerahannya

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Yang bisa saya sarankan mungkin tidak bisa pas buat bunda dan keluarga, tapi mungkin pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki komunikasi dengan suami, buat kesepakatan dengan suami (tanpa diketahui anak-anak) sehingga ketika di depan anak-anak bunda dan ayah tidak kehilangan kepercayaan ketika menasihati mereka.

Bisa disampaikan juga kepada suami untuk tidak menjatuhkan harga diri bunda dihadapan anak-anak sehingga ketika bunda menasihati atau memberikan pengajaran kepada anak-anak, mereka akan patuh.

Wallahu a'lam

💎Sudah saya lakukan, tidak tanggapan dari beliau. Beliau cuma senyum sambil berlalu.

🌸Berarti harus lebih intens me time dengan pak suami.

Wallahu a'lam

0️⃣3️⃣ Yanti ~ Rembang
Assalamu'alaikum dzah.

Saya sering memaksa anak-anak untuk bangun sholat Subuh berjamaah walau hasilnya anak kurang ikhlas menjalaninya.
Apakah yang saya lakukan salah Dzah?

Mohon pencerahannya
Matur nuwun.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

Berapa tahun usia anak-anak bunda? Jika masih balita atau usia 10 tahun harus rajin membiasakan.
Setelah 10 tahun bisa diingatkan dengan lebih keras tentang kewajiban sholat 5 waktunya.

Jika sudah baligh tapi belum mau sholat teratur perlu diberi sanksi yang disepakati antara orang tua dan anak.

💎Menginjak baligh 22 Dzah. Sholat insyaaAllah tidak ditinggalkan. Cuma saya ingin paling tidak 3 waktu Maghrib, isya', subuh jama'ah bersama kita Dzah.

🌸Harus rajin mengajak ya bunda, banyak didoakan agar hatinya tergerak untuk sholat berjamaah tanpa dipaksa.

Wallahu a'lam

0️⃣4️⃣ Erni ~ Yogja
Ustadzah, bagaimana caranya menumbuhkan rasa percaya diri pada suami agar tidak terlalu minder? 
Mohon pencerahannya.

🌸Jawab:
Diluangkan waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan suami bunda, tanyakan kepada suami apa yang bisa membuat suami nyaman.

💎Beliau selalu menuntut dirinya menjadi suami agar bisa dihargai istri harus tegak 3 hal. Tegak akidah, tegak ekonomi dan tegak barangnya. Ada satu hal yang menurut beliau tidak bisa tegak lama, dan saya tidak pernah mempermasalahkan itu semua selagi masih bisa keluar anaknya. Tapi beliau merasa minder. Bagaimana caranya bisa memotivasi beliau dan beliau percaya pada saya kalau saya sudah cukup puas dengan hadirnya anak-anak yang komplit utuh hidup dan sholihah agar tidak terlalu cemburuan? 
Mohon pencerahannya.

🌸Bisa panjang ini bahasannya.
Boleh japri saya ya.

Wallahu a'lam

0️⃣5️⃣ Atin ~ Pekalongan
Assalamualaikum Bun Tri, sugeng riyadin, maaf lahir batin.

1. Ada diskusi menarik tentang sholawat Nabi. Benarkah sholawat Nabi menjadi kegiatan mengkultuskan Nabi seolah-olah beliau yang mengabulkan segala pinta?

2. Ada satu keadaan dimana seseorang harus minta bantuan 'orang pintar' untuk mengatasi masalahnya. Orang Pintar disini adalah orang yang dianggap pandai ilmu agamanya dan banyak orang yang datang untuk minta pertolongan. Apakah ini bagian dari penurunan akidah, walau dia tetep berkeyakinan Alloh ﷻ lah satu-satunya yang bisa menolong.

🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh

1. Sholawat Nabi menjadi tidak dibenarkan (termasuk perbuatan syirik) jika sudah mulai mengkultuskan dan menanggap bahwa Nabi yang mengabulkan doa kita.

2. Nabi dan Rasul tidak menyebut dirinya orang pintar jika ingin menolong umatnya, fenomena masyarakat sekarang (yang belum memahami agama dengan sempurna) yaitu  sering datang ke orang pintar (tidak mau menyebut dukun) dengan dalih orang tersebut agamanya bagus (menurut mereka) padahal tetap saja perbuatan tersebut masuk dalam kategori syirik (apapun alasannya).

Hikmahnya adalah jika ada masalah tetap berpasrah kepada Alloh ﷻ setelah segala doa dan upaya telah dilakukan.
Tidak bisa kebatilan bercampur dengan kebenaran meski berkedok orang pintar atau orang alim.

💎Berarti dzah, sekalipun orang pintarnya bergelar "pak kyai" atau "pak haji" ini tetap saja termasuk syirik ya dzah?

🌸Iya benar..
Jika ketemu orang yang kita anggap sholih (semisal kyai dan sebagainya) minta didoakan saja, untuk terkabulnya doa tetap kita percaya hanya Alloh ﷻ yang punya hak prerogatif.

Wallahu a'lam

0️⃣6️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadzah, bagaimana tips-tipsnya untuk memiliki keistiqomahan akidah yang benar ya dzah?

🌸Jawab:
✓ Tetap istiqomah dalam kebenaran.
✓ Percaya dan meyakini rukun iman dan rukun Islam.
✓ Bersama dengan orang-orang sholih dan lingkungan yang sholih.
✓ Senantiasa berdoa agar tetap diteguhkan dalam agama ini.

Wallahu a'lam

0️⃣7️⃣ Wiwik ~ Gunungkidul
Ustadzah, bagaimana ciri-ciri halus adanya penyimpangan aqidah pada diri sendiri atau anggota keluarga kita yang mungkin itu kadang kita tidak menyadarinya?

🌸Jawab:
Beberapa diantaranya:
✓ Tidak percaya rukun Islam dan rukun iman.
✓ Tidak melaksanakan ibadah wajib (sholat, puasa dan sebagainya).
✓ Lebih percaya mitos daripada fakta.
✓ Percaya kepada ramalan bintang.

Wallahu a'lam

0️⃣8️⃣ Riyanti ~ Yogja
Ustadzah, bagaimana  membedakan "ustadz" peruqyah yang aqidahnya lurus dengan tidak?

🌸Jawab:
Dilihat dengan cara meruqyahnya dan bacaan ayat Al-Qur'annya.

💎Ada yang pakai doa dzah, tapi beliau kok bisa lihat jin dalam tubuh "pasien" njih, ini bagaimana?

🌸Nabi dan Rasul tidak bisa melihat fisik jin jika tidak karena karunia dari Alloh ﷻ, apalagi manusia biasa.

Jika ada manusia yang mengaku bisa melihat jin (atau mengaku sakti mandraguna) berarti dalam dirinya sendiri pun perlu dipertanyakan (dan mungkin perlu di ruqyah juga agar bisa NORMAL).

💎Kalau dalam dirinya ada jin, tapi praktik ruqyahnya pakai ayat, apa ustadz seperti ini bisa jadi rujukan?

🌸Ustadz seperti ini tidak bisa jadi rujukan.

Wallahu a'lam

•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•

Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi : 110)

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar