Jumat, 31 Agustus 2018

MANAJEMEN PRASANGKA




Oleh: Ustadz Farid Nu'man Hasan

           💎M a T e R i💎

🌷MANAJEMEN PRASANGKA


Pernah ‘kan jadi korban disu’uzhzhan-kan orang lain? Atau malah kita juga pernah bersu’uzhzhan kepada orang lain? Nah, ada baiknya zhan-zhan tersebut kita atur sesuai tuntunan syariat, agar tidak melahirkan dosa, tapi justru mendapatkan pahala.

🔖Ta’rif (Definisi)

 Kita lihat dulu definisi zhan menurut para ulama.

 🔖Imam ‘Abdurrauf Al Munawi Rahimahullah menjelaskan:

والظن تهمة تقع في القلب بلا دليل

Zhan adalah tuduhan yang terjadi dalam hati tanpa adanya dalil. (Imam Al Munawi, Faidhul Qadir, 5/157, Abu Thayyib, ‘Aunul Ma’bud, 13/177)

Sementara Imam Badruddin Al ‘Aini Rahimahullah menjelaskan definisinya, dengan mengutip perkataan Imam Al Qurthubi:

 المراد بالظن هنا التهمة التي لا سبب لها كمن يتهم رجلا بالفاحشة من غير أن يظهر عليه ما يقتضيها

Maksud dari zhan di sini adalah tuduhan yang tidak memiliki sebab, sebagaimana menuduh seorang laki-laki yang melakukan kekejian yang tidak tampak, yang akhirnya dia menetapkanya. (Imam Badruddin Al ‘Aini, ‘Umdatul Qari, 32/251)

Sementara Imam Al Jurjaani Rahimahullah mengatakan:

الظن هو الاعتقاد الراجح مع احتمال النقيض ويستعمل في اليقين والشك

Zhan adalah keyakinan kuat yang masih memungkinkan adanya hal yang betentangan dengannya. Ini bisa terjadi dalam kondisi yakin dan ragu. (Imam Al Jurjaani, At Ta’rifaat No. 934)


✔Jadi, semua tudingan dihati dan pikiran kepada manusia tanpa adanya bukti, dalil, dan sebab, itulah azh zhan.

✔Jika sudah ada bukti, sebab, dan dalil, itu adalah al yaqin (keyakinan), dia lawan dari azh zhan.

✔Ketika masih di hati itulah zhan, kalau sudah dilontarkan di lisan itulah at tuhmah (tudingan) dan ad da’wa (klaim).

✔Ketika masih di hati belum ada tuntutan, kalau sudah di lisan maka dituntut memberikan bukti.

🔹Ayat- Ayat Berkenaan dengan Zhan

 Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan  prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. (QS. Al Hujurat: 12)

Ayat ini tegas melarang banyak prasangka, padahal tidak semua prasangka itu buruk. Ini demi kehati-hatian agar tidak terjerumus dalam zhan yang buruk.

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata:

يقول تعالى ناهيا عباده المؤمنين عن كثير من الظن، وهو التهمة والتخون للأهل والأقارب والناس في غير محله؛ لأن بعض ذلك يكون إثما محضا، فليجتنب كثير منه احتياطا

Allah ﷻ berfirman  bagi hamba-hambanya yang beriman, tentang larangan banyak prasangka, yaitu tuduhan  kepada keluarga, kerabat, dan orang lain bukan pada tematnya. Sebab sebagian dari zhan itu melahirkan dosa, maka hendaknya menjauhi kebanyakan hal itu sebagai kehati-hatian. (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 7/377)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah menjelaskan macam-macam zhan:

 ....فبعض الظن واجب الاتباع كالاجتهاد في الأحكام العملية وحسن الظن باللّه، وبعضه حرام كالظن في الإلهيات والنبوات، أو عند مصادمة الدليل القاطع، وظن السوء بالمؤمنين، وبعضه مباح كالظن في الأمور المعاشية.

Maka, sebagian prasangka itu justru wajib untuk diikuti, seperti ketika ijtihad dalam menuntukan hukum perbuatan dan husnuzhzhan kepada Allah. Sebagian lagi diharamkan, seperti prasangka dalam urusan ketuhanan, kenabian, atau ketika bertentangan dengan dalil  pasti, dan buruk sangka kepada kaum mu’minin, dan sebagian lagi ada  zhan yang dibolehkan seperti prasangka dalam urusan-urusan dunia.  (Al Munir, 26/247)
 
Kemudian ... dalam ayat yang lain:

وَإِنَّ الظَّنَّ لاَ يُغْنِى مِنَ الْحَقِّ شَيْئاً

Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. (QS. Yunus: 36)

Ayat ini menunjukkan bahwa zhan itu tidak layak dijadikan dasar sebuah sikap, sebab dia tidak membawa kepada kebenaran dan keyakinan, melain hanya keraguan. Ayat ini menceritakan tentang perilaku musyrikin Arab saat itu yang menyangka berhala-berhala sembahan mereka sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata:

وما يتبع أكثر هؤلاء المشركين في جعلهم الأصنام آلهة واعتقادهم بأنها تقرِّب إلى الله إلا تخرصًا وظنًا، وهو لا يغني من اليقين شيئًا. إن الله عليم بما يفعل هؤلاء المشركون من الكفر والتكذيب.

Kebanyakan kaum musyrikin itu menjadikan berhala-berhala sebagai Tuhan-Tuhan, dan menurut keyakinan mereka hal itu bisa mendekatkan diri kepada Allah,  hanya karena zhan semata, dan itu tidak cukup mendatangkan keyakinan sedikit pun. Allah Ta’ala Maha Tahu perbuatan kufur dan dusta kaum musyrikin itu. (Zaadul Masir, 3/408)

🔸Hadits Tentang Prasangka

Sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

Hati-hatilah kalian terhadap prasangka, sebab prasangka itu sedusta-dustanya ucapan.  (HR. Bukhari No. 5143, Muslim No. 2563)

Prasangka yang mana yang mesti kita waspadai dan jauhi? Berkata Imam Ana Nawawi maksud hadits ini:

لمراد النهي عن ظن السوء

Maksudnya adalah larangan terhadap su’uzhzhan (buruk sangka). (Imam An Nawawi, Al Minhaj, 16/118)

Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri mengatakan:

( إياكم والظن ) أي اتقوا سوء الظن بالمسلمين

(Takutlah kamu terhadap prasangka) yaitu takutlah kamu terhadap su’uzhzhan kepada kaum muslimin. (Syaikh Abul ‘Ala Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 6/105)

Lalu ..., kenapa Nabi ﷺ mengatakan bahwa zhan itu sedusta-dustanya ucapan? Bukankah zhan itu letaknya di hati atau pikiran, bukan di lisan?

Imam Al Munawi menjelaskan:

( أكذب الحديث ) أي حديث النفس لأنه يكون بإلقاء الشيطان في نفس الإنسان ووصف الظن بالحديث مجاز فإنه ناشئ عنه

(sedusta-dusta perkataan) yaitu ucapan jiwa, sebab itu terjadi dilntarkan syetan ke dalam jiwa manusia. Zhan disifatkan dengan “ucapan” sebab itu merupakan majaz, bahwa  zhan merupakan awal dari ucapan. (Imam Al Munawi, At Taisir bi Syarhi Al Jaami’ Ash Shaghiir, 1/819)

🔖Hubungan Antara Prasangka Dengan Syariah

Syariah tidak menganggap prasangka atau dugaan sebagai bukti dalam menetapkan hukum kepada manusia. Seperti; menduga berzina, menduga mencuri, menduga korupsi, semuanya menjadi tuduhan tidak ada nilai jika tanpa bukti, fakta, dan data, yang valid dan terang. Justru berpotensi menjadi fitnah.

Kita lihat hadits ini:

عنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: "لَوْ يُعْطَى النَّاسُ بِدعوَاهُمْ لادَّعَى رِجَالٌ أَمْوَال قَومٍ وَدِمَاءهُمْ، وَلَكِنِ البَينَةُ عَلَى المُدَّعِي، وَاليَمينُ عَلَى مَن أَنكَر" حديث حسن رواه البيهقي هكذا بعضه في الصحيحين.

Dari Ibnu 'Abbas Radhiallahu 'Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:

"Seandainya setiap pengaduan manusia diterima begitu saja, niscaya banyak orang yang mudah menumpahkan darah dan harta manusia, tapi hendaknya si penuduh membawakan bukti, sedangkan yang dituduh bersumpah untuk mengingkarinya.  (HR. Bukhari   No. 1711, Muslim   No. 4552)

Maka, tidak dibenarkan menyebut bersalah, apalagi sampai menghukum, jika seseorang belum ada bukti kuat melakukan tindak kejahatan.

Contoh lain:

إِذَا وَجَدَ أَحَدُكُمْ فِي بَطْنِهِ شَيْئًا فَأَشْكَلَ عَلَيْهِ أَخَرَجَ مِنْهُ شَيْءٌ أَمْ لَا فَلَا يَخْرُجَنَّ مِنْ الْمَسْجِدِ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا

"Jika salah seorang kamu merasakan sesuatu di perutnya, dia sangsi apakah ada yang keluar atau tidak, maka jangan dulu keluar dari masjid sampai dia mendengar suara dan mencium bau". (HR. Muslim No. 362, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 569, Ibnu Khuzaimah No. 24,  Ad Darimi No. 721, semua dari Abu Hurairah)

Hadits ini jelas menunjukkan bahwa dugaan itu bukan dasar untuk mengambil sikap, tapi mesti didasari keyakinan. Dalam hal ini adanya bau dan suara adalah rambu bagi datangnya keyakinan.

Tapi, yang terpenting adalah YAKIN itu sendiri, bukan bau atau suaranya. Menurut Imam An Nawawi, dalam Syarah Shahih Muslim-nya, Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah-nya menyebutkan bahwa terciumnya bau dan terdengarnya suara (kentut) bukanlah syarat. Yang terpenting adalah rasa yakin dari orang tersebut bahwa dia telah buang angin. Sebab, pada kenyataannya ada buang angin yang tidak bersuara dan tidak berbau. Dengan demikian, sebuah keputusan dibuat berdasarkan keyakinan, bukan dugaan atau keraguan. Keyakinan tidak bisa dianulir oleh keraguan.

Hal ini sesuai dengan kaidah:

اليقين لا يزال بالشك

Keyakinan tidak bisa dikalahkan oleh keraguan. (Imam As Suyuthi, Al Asybah wan Nazhair, Kaidah No. 12)

Ini juga bisa dipraktikkan dalam hal lain, seperti wudhu shalat zhuhur untuk shalat ashar, sudah batalkah? Maka ambil sikap yang paling yakin.

🔖Macam-macam Prasangka

- Haram yaitu su'uzh zhan kepada Allah dan orang-orang shalih.

- Wajib yaitu husnuzh zhan kepada Allah dan orang-orang shalih.

- Boleh, yaitu zhan yg didasari ilmu, kajian, data, seperti prakiraan cuaca, dan semisalnya. Su'uzh zhan kepada orang kafir dan orang yg dikenal zalim.

Demikian. Wallahu a'lam


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Evi
1. Alangkah baiknya sebagai manusia beriman pada Allah SWT sebaiknya kita selalu husnuzhon kepada apapun, siapapun. Nah apabila ada orang yang kerjaannya selalu kepo akan urusan orang lain sampai menduga-duga hal-hal yang tidak baik dan bisa dikatakan fitnah, bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut, bagaimana sikap kita terhadap orang seperti itu?

2. Saya punya ipar yang kebetulan akhir-akhir ini saya liat sifat aslinya. Selalu berantem dengan ibu mertua saya, sampai ibu mertua saya selalu mengadu tentang keburukan dia.. bagaimana saya sebagau menantu bisa menjadi penengah dan mereka tidak bertengkar lagi?

🌸Jawab:

1. Jika sikapnya dan perkataannya itu terjadi dihadapan kita, dan kita tahu itu adalah prasangka, fitnah, asumsi semata, tanpa bukti dan fakta, maka hendaknya dinetralkan atau dialihkan pembicaraannya. Jangan didiamkan, khawatir kita pun dianggap menyetujui apa yang dikatakannya.

2. Menjadi penengah itu tidak mudah. Biasanya kita dituntut untuk mengambil kebijakan yang menguntungkan semua atau kalaupun rugi juga rugi semua. Paling mungkin, kita kurangi intensitas konflik diantara mereka. Baik dengan diajak jalan-jalan bareng, atau berpisah sementara waktu. Apalagi dalam rumah tangga, kemandirian sebuah rumah tangga baru teruji jika sudah lepas dari orang tua atau mertua.

Wallahu A'lam

0⃣2⃣ Serra
Assalamualaikum.

1. Jika berprasangka kita sepertinya menyakitinya bolehkah atau bagaimana?

2. Bagaimana cara menghadapi orang yang sudah terlanjur suka berprasangka kepada Kita?
Terima kasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

1. Jika prasangka itu baik, tentu tidak masalah. Bahkan prasangka baik itu wajib kepada sesama muslim. Jika prasangka buruk lalu kita merasa salah atas prasangka itu, maka perasaan bersalah itu bagus, itu tanda kita peka atas kesalahan yang kita lakukan sendiri.

2. Tidak masalah jika kita klarifikasi kepada orang yang selalu prasangka buruk kepada kita. Seperti Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam saat berjalan bersama istrinya yakni Shafiyyah binti Huyay. Ada dua orang Anshar yang memandangnya dengan keheranan, maka Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam memberitahu bahwa wanita yang bersamanya adalah istrinya sendiri yaitu Shafiyyah.

Atau, jika itu tidak mempan, tetaplah berakhlak baik. Serahkan dan adukan kepada Allah Ta'ala atas apa yang disangkakan kepada kita. Biarlah Allah yang selesaikan dengan caraNya.

Wallahu A'lam

0⃣3⃣ iNdika
1. Bagaimana kita masih berprasangka baik terhadap orang yang selalu memfitnah kita,bahkan sering menuduh kita salah,tanpa tahu kita salah apa?

2. Bagaimana cara istri memanage supaya bisa berprasangka baik terhadap suami apabila suami menjalin silaturahmi dengan orang dari masa lalu, tapi orang masa lalu tidak suka bahkan cenderung membenci istri?

🌸Jawab:
1. Ada dua opsi kepada orang yang zalim.
- Memaafkan dan damai, lalu kita introspeksi diri, sambil memberikan penjelasan agar prasangka itu hilang.

- Menjauhi orang seperti ini sebagai bentuk pelajaran, agar dia berubah. Berburuk sangka kepada orang yang dikenal zalim dan jahat itu boleh, tapi menghindari fitnah dan keburukannya adalah lebih baik.

Karena, orang yang sudah punya sikap "benci" maka penjelasan kita biasanya tidak dihargai, diamnya kita biasanya dianggap pengakuan, maka pelan-pelan menjauhinya adalah lebih baik.

2. Kasus suami yang sedang dekat lagi  dengan "mantan", ini tidak bisa dianggap sepele. Waspada dan hati-hati.

Waspada dan hati-hati itu perintah syariat, karena didasarkan bukti dan pengalaman. Sedangkan suu'uzhzhan itu dilarang syariat sebab murni prasangka dan asumsi tanpa bukti dan fakta.

Maka, nasihatilah suami, tetap baik sangka tanpa mengurangi kewaspadaan.

Wallahu A'lam

0⃣4⃣ Sofi

Yang dimaksud su'uz zhan kepada Allah dan orang-orang shalih itu seperti apa yaa?

🌸Jawab:
Misal dalam doa, kita merasa Allah Ta'ala tidak mengabulkan doa kita, padahal kita sendiri yang tidak menjaga adab-adab doa, atau kita tidak merasa bahwa doa kita sudah dijawab dan Allah berikan yang lebih baik dari yang kita minta tapi kita tidak menyadari. Lalu, timbul prasangka: "Allah pilih kasih kepada hambaNya."

Contoh lain, kita merasa iri dengan tetangga yang ekonominya luar biasa padahal ibadahnya biasa saja. Kita merasa sudah jungkir balik ibadah dan usaha tapi kok melarat juga, lalu timbul prasangka buruk kepada Allah : "Allah tidak pro kepada saya."

Ada pun prasangka baik kepada orang shalih, misal ada orang yang dikenal keshalihannya, dan diakui kebaikannya. Tiba-tiba kita mendengar dia ada "kasus" asusila misalnya, janganlah langsung percaya ...berikan prasangka baik dulu sampai benar-benar terbukti, sebab dia punya track record yang baik. Mungkin dia dijebak, mungkin dia difitnah, dan sebagainya.

Wallahu A'lam

0⃣5⃣ Ruri
Seringkali saat bertemu orang muncul dari dalam hati prasangka terhadap orang tersebut misalnya loh kok tumben Bu A dari rumah bu B yah jangan-jangan bla bla bla lalu kita ingat bahwa kita telah berprasangka terhadap orang tersebut.
Apa yang harus kita lakukan terhadap persangkaan tersebut?

🌸Jawab:
Langsung perangi perasaan itu, istighfar agar cepat-cepat reda.

Wallahu A'lam

0⃣6⃣ Serra
Assalamualaikum,

Ketika susah percaya dengan orang akhirnya membuat jadi mudah timbul prasangka yang buruk, baiknya bagaimana menghilangkanya?

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Benar, ditengah kehidupan yang semakin keras, kejahatan di mana-mana, membuat manusia selalu memasang sikap curiga dengan orang lain khususnya yang baru dikenal.

Ada orang membawa map minta sumbangan, kita menilai mungkin dia penipu.

Ada orang dengan pakaian lusuh menawarkan barangnya untuk dijual, kita khawatir dia mau berbuat jahat.

Ada kawan kita yang pakaiannya belum syar'iy, kita sulit tersenyum buat dia, ternyata saat ada acara makan-makan, hanya dia yang berpuasa, kita sendiri tidak.

Maka, nilailah bahwa manusia itu pada dasarnya baik, sampai benar-benar terbukti bahwa dia itu jahat.

Demikian. Wallahu A'lam

0⃣7⃣ Ridha
Materinya luar biasa ustaz..
Berat sekali untuk mengamalkannya..

1. Apakah prasangka buruk terhadap orang lain akan dipertanggung jawabkan juga nanti di akhirat?

2. Prasangka itu masih dalam bathin sendiri. Tapi sudah mempengaruhi mimik wajah atau sikap. Sehingga orang lain sudah merasa tidak nyaman..
Bagaimana sebaiknya sikap jika menghadapi teman seperti ini?
Jazakallah khairan katsira ustadz

🌸Jawab:
1. Ya, prasangka buruk termaduk dosa sebagaimana ayat: inna ba'dhazh zhanni itsm - sesungguhnya sebagian prasangka itu berdosa.

Oleh karena itu cepat-cepat Istighfar jika dihati kita menggelayut buruk sangka kepada seseorang, netralkan hati kita dengan istighfar, ingat kekurangan diri kita juga, dan cari kelebihan saudara kita.

2. Tahan diri, jangan sampai prasangka buruk itu tumpah dalam perkataan. Sebab kalau sampai diperkataan maka itu menjadi tuduhan, bukan lagi prasangka. Resikonya adalah kita wajib menyodorkan bukti dari yang kita katakan, kalau tidak maka kita jatuhnya memfitnah orang.

Wallahu A'lam

0⃣8⃣ iNdika
Bagaimana cara menasihati suami tanpa kesan menggurui atau mengatur?

🌸Jawab:
Menasihati bisa dengan Lisanul Haal (perilaku). Buktikan bahwa tidak ada wanita di dunia ini yang lebih baik dan layak dicintai dibanding istrinya saat ini.
Bagaimana pembuktian? Urus dan layani dengan cara yang terbaik. Agar mata suami tidak keluyuran melihat yang lain, agar betah dan kangen sama orang rumah.

Kalau ada kajian, ta'lim, ajak bareng. Kalau ada waktu berdua, manfaatkan betul-betul untuk ngobrol yang ringan-ringan, bergurau, dan membuat suami damai dan tentram bersama istrinya.

Biasanya suami akan merasa bersalah jika istri sebaik itu dikhianati dengan mencoba hubungan dengan wanita lain.

Wallahu A'lam

0⃣9⃣ Salsabila
Assalamualaikum Warrahmatulloh.

Mungkin ini perasaan yang selalu menggebu-gebu selama ini. Saya merasa dan takut kalau Allah tidak memaafkan kesalahan dimasa lampau, kadang terngiang-ngiang terus. Dan seakan-akan ibadah yang saya lakukan sekarang sia-sia. Saya tahu perasaan seperti itu tidak seharusnya ada tapi...
Terimakasih

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Kita dilarang putus asa dari rahmat Allah Ta'ala. Ampunan dan kasih sayangNya luas tidak bertepi. Sejahat apa pun seseorang di masa lalu, jika dia benar-benar tobat nasuha. Dia hijrah dengan sungguh-sungguh tentu Allah Ta'ala akan memaafkannya. Kita mesti meyakini itu, sebagaimana hadits:

 أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ

Aku tergantung prasangka hambaKu kepadaKu, jika dua berprasangka baik maka kebaikan itu untuknya, jika dia berprasangka buruk maka keburukan itu untuknya. (HR. Muttafaq 'Alaih)

Jika hari ini hidup kita sudah lebih baik; sisi pakaian, pergaulan, ibadah, perilaku, hobi, sampai mungkin ekonomi. Itu menjadi tanda Allah Ta'ala menerika tobat kita yaitu  husnul hayah ba'daha - kehidupan yang lebih baik setelah bertobat. 

Wallahu A'lam

1⃣0⃣ Fia
Bagaimana sikap yang baik bila sering jadi korban su'udzanan orang?

🌸Jawab:
Jelaskan dan klarifikasi kepada mereka. Jika tidak berubah, tidak usah dipusingkan.
Fokuslah kepada orang-orang yang masih mau berbuat dan berkawan baik dengan kita.

Wallahu A'lam

1⃣1⃣ Haning
Bagaimana sikap zhan dalam masa politik atau calon-calon pemimpin ?

🌸Jawab :
Sikap itu dibangun oleh data dan fakta agar yang muncul adalah al yaqin bukan Zhan. Cari berita tentang calon-calon tersebut dari orang-orang yang bisa dipercaya atau media-mrdia yang kredibel. Jika tidak punya juga shalat istikharahlah.

Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar