Jumat, 31 Agustus 2018

KESALAHAN DALAM MENDIDIK ANAK




OLeH: Bunda Nurhamida

           💎M a T e R i💎

🌸Sebelas Kesalahan Orang Tua dalam Pengasuhan Anak

◾Beberapa Sandaran Bagi Orang Tua

✔.....Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah... (QS.30.30)

✔Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi. (dari Abu Hurairah ra)

Meski Rasulullah Saw telah memberikan tuntunan bagi kita orang tua dalam mendidik anak yang tersebar dalam Al Quran dan Al Hadits serta contoh yang langsung diajarkan, namun orang tua masih sering kali melakukan berbagai kesalahan. Penyebab terjadinya kesalahan ini, utamanya kurang atau tidak memahami tuntunan Allah dan Rasulullah saw dalam pendidikan anak. Ketidakpahaman ini berlangsung sejak para orang tua tumbuh dalam keluarga masing-masing sehingga hal ini terus berulang dalam setiap generasi.

Kurangnya dorongan lingkungan untuk kembali ke masjid sebagai sumber ilmu, perkembangan zaman terkait teknologi dan kiblat dalam berpikir dan berkehidupan yang semakin menjauhkan seorang muslim dari agamanya sendiri, pada akhirnya menjadikan umat Islam seakan asing dengan agamanya sendiri.

Agar kita terhindar dari kesalahan tersebut, yuk kita lihat apa saja sih yang sering dilakukan orang tua tanpa sadar pada anaknya?

1. Menertawai anak ketika anak meniru atau mengucapkan kata-kata yang kotor, atau meniru perilaku orang dewasa yang tidak pantas.
Jika terjadi berulang-ulang anak akan mengganggap hal itu lucu dan boleh dilakukan. Seharusnya perilaku tersebut segera dihentikan dengan lembut namun tegas, katakan itu tidak pantas, dan tidak sopan. Ayah dan ibu tidak ingin anak mengulang perilaku serupa.

2. Memuaskan segala keinginannya dalam makan, minum, pesta, kemewahan dan segala kebutuhannya. Yang sering terjadi saat ini memberikan gadget tanpa mempertimbangkan usia dan tanpa pengawasan.

3. Memanjakan anak dengan memembiarkan mereka mendikte orang tua. Mengikuti maunya anak untuk melakukan ini dan itu padahal tahu itu tidak perlu atau tidak seharusnya.

4. Tidak pernah mendidik atau memberi pendidikan agama. Membebaskan anak mengikuti segala kemauannya
dan memutuskan untuk dirinya sendiri dapat menyebabkan anak lepas kendali.

5. Tidak mengajarinya kemandirian. Melayani dan melakukan apa saja untuknya, akan membuat anak memiliki kemampuan melemparkan semua tanggung jawabnya kepada orang lain dan tentu saja ia tidak memiliki keterampilan dan tanggung jawab yang semestinya.

6. Memaafkan diri kita sendiri saat anak mendapat masalah besar sambil berkata, “Habis bagaimana? Anaknya susah dilarang,” atau “Saya tidak bisa berbuat apa-apa, anaknya memang keras,.”
Jangan berputus asa dalam mendidik anak karena pendidikan adalah sebuah proses yang terus-menerus.

7. Kita waspada agar anak tidak terjangkit kuman dengan membersihkan dan mensterilkan peralatan makan tetapi kita   
membiarkan si anak untuk menonton acara TV yang tidak sesuai baginya atau membaca bahan bacaan yang bukan untuk umurnya, atau bahkan mengakses web yang tidak diperuntukkan untuk dirinya.

8. Aturan atau tata tertib dibuat untuk dilanggar, jadi tidak peduli jika si anak tidak tertib. Maka bersiaplah jika nanti anak memiliki kehidupan yang membingungkan, kacau, dan semaunya.

9. Memberi anak kemudahan-kemudahan dan  tidak mendidiknya melewati tantangan atau kesulitan dalam belajar atau hidup. Jika demikian, anak tidak memiliki kemampuan mengelola masalah dan selalu mencari jalan pintas.

10. Sering marah tanpa sebab yang jelas di depan anak dan menunjukkan bahwa jika kita marah itu sungguh menakutkan!
Dengan cara ini jangan terkejut jika nantinya anak akan meniru perilaku tersebut, berpikiran dangkal dan suka membuat onar.

11. Membenarkan semua tingkah anak dan membelanya ketika melawan teman-temannya, gurunya, tetangganya, atau
kakaknya meskipun dia memang berbuat salah kepada mereka.
Anak tumbuh menjadi pribadi yang menyebalkan karena menganggap dirinya selalu benar.

◾Beberapa Sandaran Bagi Orang Tua

Dari Ibnu Umar ra. berkata, Rasullullaah SAW. Bersabda : “ Setiap orang di antaramu adalah penanggung jawab dan setiap orang diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah penanggung jawab atas umatnya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya, seorang suami penanggung jawab atas keluarganya, ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya, seorang istri penanggung jawab atas rumah tangga suaminya (Bila suami pergi), ia diminta tanggung jawab atas kepemimpinanya.“ (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi)

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung.” (QS. Al Qalam : 4)

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)

Didiklah anak-anak kamu pada tiga perkara: Mencintai Nabi kamu, mencintai keluarganya, dan membaca Al-Qur'an. Sebab orang-orang yang memelihara Al-Qur'an itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang-orang suci. (dari Ali bin Abi thalib ra).

"Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak." (HR. Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh al Bani no. 45 dan beliau menshahihkannya).


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Sinda
Bunda, ketika kita tahu kalau kita sudah salah mendidik anak, di anak usia berapa yang masih bisa kita perbaiki "karakter jelek" yang sudah terlanjur terbentuk?

Jazakillah jawabannya.

🌴Jawab:
Pada usia 3 tahun karakter dasar anak sudah terbentuk melalui apa yang ia lihat, raba, dengar, rasa, melalui panca inderanya.
Bagaimana kehidupan 3 tahun pertamanya, itulah yang akan menjadi ciri khasnya: misal apakah anak itu keras kepala, mudah terpengaruh, sensitif, periang, (introvert atau ekstrovert).

Hal lain terkait sikap dan akhlaq, terbentuk di atas usia 3 tahun hingga usia 7 tahun. Setelahnya tinggal mengarahkan ke mana anak ini akan dibentuk.

Jika ingin memperbaiki kesalahan dalam mendidik anak, insyaallah bisa selama kita mau berusaha mengubah pola asuh dan memohon pertolongan Allah.

Misal, jika sampai usia anak 7 tahun (atau remaja ya) kita baru menyadari kesalahan tersebut, segeralah lakukan langkah berikut:
1. Bertaubat dan mohon ampun pada Allah karena kita sudah tidak amanah dalam mendidiknya.
2. Memperbaiki diri sendiri terkait dengan kesalahan yang pernah dilakukan.
3. Meminta maaf pada anak karena kesalahan yang pernah dilakukan dan ajak anak untuk bersama menuju perubahan yang lebih baik.
4. Berdoa kepada Allah agar dimudahkan, mendekati Allah agar diberi kelapangan dalam mendidik anak.
5. Sabar dan tawakal dalam proses memperbaikinya.

0⃣2⃣ Serra
Assalamualaikum.

Apakah jika hanya menuruti Hal agamanya saja baik misal ketika anaknya ingin nikah akad saja atau ingin syari tapi untuk Hal dunia misal pacaran, pergaulan bebas juga keluar rumah.
Terima kasih.

🌴Jawab:
Waalaikumsalam wr.wb.

Menikah dengan mengikuti syariat itu sangat dianjurkan dalam agama. Manfaat tentu selain itu melaksanakan ibadah dan berpahala juga pernikahan itu mendapat  ridha Allah.
Melaksanakan agama tentu bukan terkait pernikahan saja, tapi menyeluruh. Menikah hanya akadnya saja diperbolehkan selama ada alasan yang dapat diterima. Namun Rasulullah saw menganjurkan untuk melakukan walimah, yakni mengumumkan pada khalayak bahwa Fulan telah menjadi suami Fulanah sehingga tidak akan ada pemuda lain yang berani untuk melamar Fulanah. Walimatul Ursy itu sunnahnya Nabi saw. Besar kecilnya walimah, tergantung kesanggupan keluarga.

Islam tidak mengenal pacaran. Pacaran diharamkan. Jadi kalau berdalih ingin menikah syar'i tapi melalui pacaran, itu tidak ada dasarnya.

0⃣3⃣ iNdika
1. Bagaimana cara mendidik anak supaya tertib, kadang orang tua sudah mulai mendidik tertib tapi kakek neneknya membela anak?

2. Bagaimana mendidik anak sejak dalam kandungan?

🌴Jawab:
1. Ajaklah kakek dan nenek terlibat dalam pengasuhan anak dengan cara mengajak mereka berdua berdiskusi. Sampaikan pada nenek dan kakek bahwa pola asuh yang ingin diberikan pada cucu ini seperti yang diharapkan ayah dan ibu. Mohon dukungan dan pengertian, jika ayah dan ibu sedang mendisiplinkan anak atau sedang menerapkan peraturan keluarga, nenek dan kakek tedak ikut langsung mencampuri. Misalnya, saat anak ditegur karena tidak boleh jajan sembarangan karena di rumah sudah ada kudapan, anak merengek dan mengamuk, mintalah kakek dan nenek tidak menjadi pelindung anak dengan memberikan apa yang diinginkan cucu.

Yang harus diperhatikan, perlu  kesabaran dan usaha lebih keras dalam mengasuh sesuai pola asuh orang tua selama kakek dan nenek tinggal bersama.

2. Mendidik anak sejak dalam kandungan sebenarnya lebih tepat mendidik sang ibu untuk berakhlaqul karimah sepanjang sebelum mengandung, selama mengandung, hingga melahirkan. Demikian juga dengan ayah. Keduanya bekerja sama melakukan amal shalih, menjadikan pekerjaannya sebagai ibadah, tilawah dengan istiqomah, senantiasa berzikir, menghindari prasangka buruk, dan menjaga kesehatannya.
Apa yang dilakukan suami istri ini adalah ruh yang akan tertanam pada janin sehingga ketika ia lahir akan mudah distimulasi menuju kebaikan.

0⃣4⃣ Serra
Assalamualaikum.

Bagaimana caranya agar seimbang antara dunia juga agamanya bagus?
Terima kasih

🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam.

Bergabunglah dengan komunitas orang shalih dan lakukan pembinaan diri dalam komunitas tersebut. Ada sistim tarbiyah yang bagus dan sudah berkembang sejak tahun 1980 an. Bergabunglah dengan grup tersebut karena di dalamnya ada pembinaan diri agar tetap seimbang dalam menjalankan hidup. Di dalamnya ada ilmu diniyah sekaligus dilatih mengaplikasikan ilmu tersebut dalam kehidupan harian sesuai kemampuan.  Proses tersebut dikontrol setiap pekan sehingga jika kita lupa, maka peluang lupanya sebentar saja karena pada pekan berikutnya kita akan diingatkan. Di situ juga penugasan yang apad dasarnya untuk meningkatkan kualitas amal ibadah kita.

Jadi agar hidup seimbang, cari dulu komunitas orang shalih, menambah ilmu agama, rutinkan tilawah, perbanyak istighfar, dan jadikan semua aktivitas adalah ibadah dengan selalu mengawalinya dengan basmalah.

0⃣5⃣ Ruri
Saya sering tidak sepaham dalam mendidik anak dengan suami. Ketika saya ingin anak-anak mandiri, disiplin dalam mengerjakan shalat, suami malah bilang dihadapan anak-anak saya cerewet, lha saya harus bagaimana menyikapinya? Memang secara dasar latar pendidikan saya saat kecil disiplin dan pendidikan suami di keluarga tidak ada kedisiplinan.

🌴Jawab:
Ketidaksepahaman dalam cara mendidik anak dalam sebuah keluarga adalah persoalan klasik. Berbedanya latar belakang pendidikan dan cara dibesarkan antara suami dan istri, sangat berpengaruh terhadap pola asuh yang digunakan dalam keluarga yang dibentuk.
Upayakan untuk tidak memperbesar perbedaan dalam cara menyelesaikan masalah pendidikan dalam keluarga. Carilah kesamaan sehingga konflik yang sering bisa dihindarkan.

Cara agar kita tidak stres dengan perbedaan tersebut adalah dengan memahami latar belakang masing-masing, kemudian membekali diri dengan ilmu parenting Islam yang diajarkan Rasulullah saw. Ajarkan yang memang ada sandarannya. Jika suami protes, sampaikan pada saat yang tenang bahwa Mbak Ruri lakukan itu ada landasannya sehingga kelak suami tidak akan protes lagi.

Berikutnya, pahami cara mendidika anak laki-laki dan anak perempuan. Kurangi 'kecerewetan' kita dengan cara membuat aturan yang disepakati bersama berikut sanksi bila melanggar. Sehingga Mbak Ruri sebagai ibu, saat melihat anak melakukan pelanggaran, cukup mengingatkan pada aturan dan sanksinya. Jika terjadi pelanggaran, maka tegakkanlah sanksinya. Lakukan dengan konsisten sehingga anak-anak mengerti bahwa ada aturan yang harus dipatuhi bersama agar keluarga dapat berjalan dengan tenang.

Kesalahan para ibu umumnya, bersikap cerewet. Saat anak harus melakukan ini itu, ibu cenderung lebih banyak bicara. Lalu saat anak melakukan kesalahan, akan ngomel panjang pendek. Anak dan ayah akhirnya menjadi kesal dan mengatakan kita cerewet. Padahal niat kita baik.

Para ibu perlu mempelajari anatomi otak laki-laki dan perempuan. Sangat bermanfaat untuk membangun strategi mendidik anak di rumah.

Jika Mbak Ruri disiplin dan suami longgar, jadikan keduanya sebagai sebuah sinergi: anak-anak tidak merasa tertekan dengan kedisiplinan yang dibangun ibunya karena ada ayahnya yang bersikap lebih longgar.

Bagaimana caranya? Boleh disepakati hari Senin-Jumat adalah hari Ibu, aturan yang pegang adalah Ibu. Ayah harus mendukung.
Hari Sabtu dan Ahad adalah hari ayah. Ibu tidak boleh protes manakala dalam kedua hari tersebut semua peraturan berubah. Biarkan anak-anak bersantai sejenak bersama ayah tapi pada hari yang lain dibangun kedisiplinan oleh ibu. Yang terpenting aturan semacam ini harus disepakati bersama dan dijaga konsistennya. Selamat mencoba.

0⃣6⃣ iNtan
Apakah boleh memberikan imbalan atau hadiah agar anak mau mengerjakan sholat?
Atau dengan cara bagaimana anak mau sholat tanpa harus memaksanya?
Jazaakillah.

🌴Jawab:
Memberikan hadiah pada anak untuk membangun kebiasaan shalat boleh saja, asal menggunakan strategi. Hadiah dibolehkan sampai usia 5 tahun. Memasuki 6 thn harus sudah diberi pengertian bahwa shalat adalah kewajiban sebagai hamba Allah, tanda bersyukur atas segala nikmat Allah. Hadiahnya langsung dari Allah yang disebut pahala. Jika tidak mengerjakan akan berdosa.

Contoh pembiasaan shalat dengan hadiah (hindari memberi hadiah setiap selesai shalat).

Buatlah agenda bulanan. Setiap bulan dibagi 4 pekan. Setiap pekan ada 7 hr. Sepakati siapa saja yang tidak ada bolong shalatnya, akhir bulan akan mendapat kesempatan dibelikan makanan kesukaannya atau sesuatu yang diinginkannya.

Jika ada bolongnya, tidak mendapatkan hadiah.

Setiap habis shalat anak-anak minta kotak-kotak dalam tabel agenda tadi diisi tanda tangan ayah atau ibu yang menyaksikan mereka shalat.

Jangan lupa untuk membetulkan bacaan dan gerakan mereka ya selama mereka shalat. Termasuk cara berwudhunya.

Mengajarkan anak usia balita shalat tidak perlu dipaksa. Cukup diajak, dicontohkan. Saat shalat, beri dia juga sajadah di sebelah kita lalu biarkan ia meniru. Jika ia lakukan hanya separuh saja biar saja. Tapi setelah selesai shalat kita, ajak anak bicara, mengapa tadi tidak selesai shalatnya? Biarkan anak menjawab lalu beritahukan bahwa Allah suka sama orang yang shalat.

Jangan lupa mendoakan agar anak kita mudah untuk diajak shalat. Lakukan dengan konsisten dan kontinyu. Jika tidak akan sangat sulit mengajarkan kembali anak kita untuk shalat.

0⃣7⃣ Ulfa
Bunda, bagaimana menghadapi anak yang super diam sekali bila di tanya?
Kalau diberi nasehat kadang suka keluar mimisan dari hidung.
Tapi perilaku yang subhanalloh memuat geram keluarga tapi bila ditanya cuma diam seribu bahasa...

🌴Jawab:
Perlu dicek kesehatan anak ini. Dilihat riwayatnya dahulu apakah kedua oran tuanya memiliki pengalaman serupa saat kecil atau ada penyakit bawaan yang menurun secara genetik pada anak. Cari tahu penyebab dan cara penanangannya ya.

Jika setiap dinasihati ia mimisan, kemungkinan ada masalah psikologis padanya. Coba konsultasikan ke psikolog jika anak ini benar benar sangat diam.

Perlu dilihat bagaimana ayah dan ibu mengasuhnya. Apakah ada komunikasi dua arah, apakah hub ayah dan ibu harmonis, apakah ayah dan ibu keduanya bekerja sehingga waktunya amat sedikit untuk anak, dengan siapakah anak lebih banyak berinteraksi saat balita (usia 1-3 th saat pemerolehan bahasa). Boleh jadi karena kurang stimulus, anak kesulitan berbicara.

0⃣8⃣ Oom Sri
Bunda saya baru menjadi orang tua, anak saya saat ini baru berusia 6 bulan. Bagaimana cara mendidik anak sejak dini?
Mohon maaf jika pertanyaannya tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.

🌴Jawab:
Kalau masih 6 bulan, cara mendidiknya adalah mendidik ayah dan ibunya menjadi shalih dahulu sehingga perlakuan ke ananda semuanya hati-hati dan berdasarkan sunnah. Misal saat menyusui, mulailah dengan membaca basmalah dan berdoa agar diberi keberkahan pada ASI yang diminum ananda. Perdengarkan selalu ayat suci Al Quran di telinganya, hindari nyanyian. Saat mau shalat, ajak dialog: Nak, ibu mau shalat. Kamu berbaring tenang ya di sisi ibu. Letakkan anak di sisi kita saat shalatz atau jika takut kemana mana, gendong sj.
Bangunkan anak pada jam shalat. Lakukan dengan teratur sehingga anak sudah terbiasa dengan jadwl shalat. Jangan biasakan anak bangun (membangunkan kita jam 4 subuh lalu kita susui lagi hingga tertidur sampai jam 6 pagi. Ini akan mempengaruhi anak saat dilatih shalat subuh).
Bertuturlah dalam setiap kesempatan. Bacakan cerita Islami atau kisah kisah Nabi. Ajaklah anak ngobrol dalam keadaan apapun untuk merangsang inderanya dan emosinya. Berikan makanan yang halal dan baik.
Jika buang air kecil atau besar, bacakan doa masuk dan keluar kamar mandi. Bacakan doa perlindungan dari gangguan setan.
Hindari bergurau dengan ayah saat disusui, maksudnya bergurau berupa godaan ayah untuk melakukan hubungan suami istri (umumnya para suami suka menggoda istri yang sedang menyusui anaknya. Ini berbahaya karena terkait dengan emosi ibu yang mengalir dalam darah yang dihisap anak dalam bentuk susu).
Jika hendak melakukan ibadah suami istri, pisahkan anak dari kamar. Tidak boleh melakukannya dengan anak di dalam kamar meski anak sedang tidur. Menjaga saat anak terjaga mendengar atau melihat sesuatu yang tidak pantas dan dapat merusak masa depannya.

0⃣9⃣ Ninick
Bagaimana mengajri anak agar tidak berbohong lagi apalagi soal ibadah kadang kita percaya si anak sudah sholat tapi beberapa menit kemudian ketahuan dia berbohong belum sholat. Jadi kadang akting buat yakinin kita kalau si anak sudah sholat tuh bagus sekali aktingnya. Jadi tidak percaya kitanya pas dia benar-benar sholat kitanya curiga terus benar apa tidak itu dia sholat apa belum?

🌴Jawab:
Kebiasaan anak berbohong dimulai sejak usia dini melalui contoh dari lingkungan. Biasanya orang dewasa di sekitarnya tidak menyadari bahwa perilakunya sedang diamati dan ditiru. Misalnya menjanjikan hadiah pada anak, saat ditagih, tidak diberikan dengan berbagai alasan. Atau misalnya mengatakan bangun: saat masih balita, anak menangis ingin ikut pada ayah atau ibu yang akan bekerja. Lalu dikatakan: kamu jangan menangis, sama Mbak atau Eyang dulu ya. Ayah atau Ibu cuma pergi sebentar kok, nanti balik lagi.

Lalu anak menunggu, kata sebentar ternyata sampai sore atau malam. Dan itu dilakukan sampai anak mulai memahami arti setiap kata. Dari sini anak belajar secara tidak langsung bahwa boleh mengatakan sesuatu yang tidak sesuai fakta.

Tentunya orang tua tidak mengira bahwa kejadian di atas ternyata telah menyelipkan nilai ketidakjujuran atau kebohongan pada anak. Ini baru satu kasus saja.

Pertanyaan saya, usia berapa anak ini sekarang?

Jika anak berusia 7 tahun, memang sedang ada masanya ia berbohong. Ia sedang mencoba apakah kebiasaan berbohongnya bisa berjalan atau tidak. Jika lingkungan mengawalnya dengan baik, maka anak belajar bahwa bohong itu tidak boleh diteruskan. Bahwa bohong itu perbuatan yang tidak terpuji.

Membiasakan anak shalat pada fase ini adalah diajak. Tidak dibiarkan shalat sendiri karena ia masih harus terus dituntun cara mengucapkan bacaan dan gerakan dengan benar. Sehingga kemungkinan dibohongi akan sedikit.  Silakan lihat jawaban pertanyaan no. 6 untuk pembiasaan shalat anak.

Lain halnya dengan anak usia pubertas, usia 12-17 th.
Pada usia ini, ada masa pembangkangan. Anak mencoba mencari alasan untuk tidak mematuhi perkataan orang tua. Anak selalu membantah dan mendahulukan keinginannya sehingga acap kali berujung dengan konflik: ia dimarahi lalu ia ngambek.

Pada usia ini harus sangat berhati hati. Pahami masa kecilnya, apakah anak ini mengalami kejadian seperti yang saya uraikan sebelumnya. Jika ya, maka perlu upaya meluruskan yang intensif. Jika tidak, maka akan lebih ringan penanganannya.

Buka peluang dialog dengan anak ini. Tanyakan, mengapa ia berperilaku demikian. Jika ia sudah kemukakan alasannya, sampaikan bahwa ibu ingin ia menjadi anak yang shalih. Shalat adalah tanda syukur pada Allah dan merupakan perintah wajib. Jika ditinggalkan akan berdosa. Apalagi kelak jika sudah baligh. Maka dosa itu ananda yang memikulnya. Sampaikan apa yang terjadi kelak jika ananda tidak shalat saat sudah mencapai usia baligh. Hukumannya sangat keras. Ibu sayang ananda, maka akan mengingatkan terus soal ini.


Katakan bahwa jika ananda melakukan shalat, Allah melihat. Jika ananda berbohong, Allah melihat. Apapun yang dilakukan ananda Allah tahu. Tanamkan pada ananda, bahwa di kanan kirinya ada malaikat yang mencatat setiap perbuatan ananda. Maka takutlah pada Allah. Bukan pada ibu. Karena Allah Maha Mengetahui setiap perbuatan hambaNya.

Tanamkan tauhid ini pada anak sehingga ketika ia akan berbohong soal shalat, ia akan ingat bhw Allah melihatnya.

Penanaman nilai ini akan efektif jika sudah dimulai sejak dini. Akan menjadi sulit jika anak tidak terbiasa dengan hal ini lalu tiba-tiba kita bicara soal pengawasan Allah.

Maka yang paling baik adalah, lakukan perubahan dahulu pada diri orang dewasa di sekelilingnya. Biarkan anak mencontoh teladan yang baik dari lingkungan terdekatnya. Insyaallah hal ini jauh lebih efektif ketimbang mengawasi dan menegur anak yang ketahuan berbohong.
Jika orang dewasa sudah tidak mempercayai anak lagi dengan cara menampakkannya, ini akan berbahaya. Anak akan berpikir, ah aku jujur mereka juga tetap tidak percaya... sekalian saja tidak shalat.

Jadi saat anak memang benar mengatakan sudah shalat, percayailah. Tapi di lain waktu, ajaklah dialog dan beri kepercayaan pada anak bahwa ia juga bisa dipercaya.

Jangan lupa selalu berdoa pada Allah agar anak diberikan bimbingan untuk selalu berada di jalan yang lurus, berakhlaq baik. Karena yang membolak balikkan hati hanyalah Allah.

1⃣0⃣ Salsabila
1. Bun, bagaimana jika ayah marahin anaknya saat SMP atau SMA hingga mengeluarkan kata-kata "Sudah keliatan nanti besar jadi anak brengs*k" bagaimana menyikapinya?

2. Bagaimana cara memberikan pengertian kepada orang tua yang mengizinkan anaknya berpacaran?

🌴Jawab:
1. Perkataan yang tidak baik dari ayah dapat mempengaruhi pola pikir anak saat menjalani proses tumbuh kembang. Kata-kata brengsek akan mempengaruhi self estime anak (rasa percaya diri) dan self image (gambaran diri). Kata-kata negatif tersebut seperti menghipnotis dirinya sebab ia tersimpan di otak  bawah sadar.

Agar kata negatif atau kalimat negatif tersebut tidak memberikan dampak yang besar, anak perlu mendapatkan sosok lain yang dapat menetralisir kata atau kalimat negatif tersebut dari orang yang dihormati dan disayang olehnya. Ia perlu dimotivasi bahwa ucapan ayah tersebut tidak benar, ayah berucap sebab sedang marah, dan belajar memaafkan ayah.

Kalau bisa cari lingkungan yang selalu memotivasi secara positif agar anak tersebut memiliki pilihan lain dan terdorong untuk melakukan hal positif juga, dengan sendirinya akan menegasikan kata-kata brengsek tersebut dari dirinya.

2. Memberikan pengertian seperti apa? Apakah menyampaikan informasi tidak diperbolehkan pacaran?

Jika demikian, minta bantuan orang tua lain yang selevel, misal melalui paman dan bibi atau nenek. Atau tokoh masyarakat (ustadzah) untuk menasihati orang tua.

Lalu lakukan pendekatan pada anak yang berpacaran, beri gambaran dampaknya jika berpacaran.
Lakukan dengan sabar dan istiqomah. Karena hidayah tidak akan turun tiba-tiba kecuali Allah menghendakinya.

1⃣1⃣ Serra
Baiknya bagaimana jika Kita tidak puas dengan hasil anak yang dia kerjakan untuk beberapa Kali.
Terima kasih Dan cukup dari saya.

🌴Jawab:
Ketidakpuasan kita terhadap hasil kerja anak lebih disebabkan ketidakpahaman pada tahapan perkembangan anak. Anak tidak boleh diminta mengerjakan sesuatu dengan hasil standar orang dewasa. Sangat tidak adil untuk anak karena ia memang belum sampai pada tahapan tersebut.

Anak masih dalam tahapan berlatih. Tugas orang dewasa adalah memberikan contoh, jika hasilnya belum memenuhi standar usianya, maka berikan latihan yang lebih banyak sambil diberi kalimat positif sehingga anak termotivasi sendiri.

Demikian pula dalam membangun kedisiplinan. Anak memerlukan waktu untuk memproses aturan tersebut dalam otaknya sehingga menetap menjadi sebuah kebiasaan. Kesabaran orang tua dan lingkungan dalam mendampingi proses pencapaian tahapan perkembangannya akan sangat membantu anak berkembang sesuai harapan.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎


Mari kita kembali ke sirah Rasulullah saw untuk memahami cara mendidik dan mengasuh anak sesuai sunnah sehingga kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang kelak dapat mempengaruhi pembentukan karakter dan kepribadian anak di masa depan.

Tiada pedoman yang lebih baik selain Al Quran dalam nilai pendidikan dan sunnah Rasul dalam memahami teladannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar