Kamis, 28 Februari 2019

MEMANDANG HINA ORANG BERIMAN



OLeH: Ustadz Syahrawi Munthe

          💎M a T e R i💎

Assalamu'alaykum wr.wb.

Segala puji bagi Allah atas karuniaNya. Sholawat dan salam semoga tercurah pada junjungan alam, Rasulullah Muhammad SAW.

Insya Allah tema materi kita sore ini adalah
"MEMANDANG HINA ORANG BERIMAN"

Konsep pemahaman akidah yang salah membuat orang-orang kafir begitu benci pada orang-orang beriman. Dalam segala aspek, baik ekonomi, sosial, politik, dan agama. Mungkin karena kebencian itu sudah mengalir dalam darahnya dan terus-menerus 'diwariskan' hingga sekarang.

Selamanya tidak ada rasa senang dan ridha dari mereka kepada orang-orang beriman.

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."
(QS. 2 : 120 )

Tidak hanya itu saja, ternyata orang-orang kafir itu memandang hina orang beriman.

...وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَة..ِ

"...dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat." (QS. 2 :212)

Kelakuan orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman banyak dikisahkan dalam Al Qur'an. Itulah sebab mengapa  Allah mengingatkan orang-orang beriman agar mengetahui dengan jelas tentang sifat dan karakter mereka. Sebagai misal, Allah menyebut mereka sebagai makhluk yang paling buruk.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

"Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman." (QS. 8 : 55)

Allah mengingatkan orang-orang yang beriman agar membuat batasan yang jelas antara orang beriman dan orang kafir. Beberapa diantanya adalah dilarang menjadikannya pemimpin.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."  (QS. 5 : 57)

Begitulah adanya, bahwa hubungan orang yang beriman dan orang kafir tidaklah boleh sama dengan sesama orang beriman. Ada cinta diantara orang beriman karena Allah, sedang orang kafir tidak akan pernah ridha pada orang beriman.  Termasuk teman sejatinya, orang beriman tidak boleh menjadikan orang kafir teman sejatinya. Orang kafir tidak akan mengajak ke surga.

Konsekuensi iman ini memang berat. Harus dipegang kokoh. Hingga apabila seorang anak yang murtad dari Islam, maka saat itu perwaliaannya akan putus. Tidak akan dapat warisan dan semua hubungan dalam Islam hilang lenyap. Yang ada hanya hubungan manusia saja. Dia manusia, dan orang tua juga manusia. Sebatas itu saja.

Di akhir kehidupannya kelak, orang-orang yang beriman akan  di sholatkan, ruhnya wangi dan dipuji di langit, malaikat mendoakannya. Sebaliknya orang kafir yanh wafat, akan dilaknat Allah dan seluruh penghuni langit.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

"Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia seluruhnya." (QS. 2 : 161)

Maka berbahagialah jadi orang beriman, sekalipun orang kafir memandangnya hina. Mintalaj pertolongan atas tipu daya mereka, sebab Allahpun menjadikan orang kafir sebagai musuh.

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

"Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir."
(QS. 2 :98)

Hubungan kita dengan orang-orang kafir cukuplah dalam batasan muamalah saja, yang terbentengi oleh akidah yang lurus, karena Allah telah membuat garis pemisah yang jelas sampai akhira nanti, kecuali jika mereka menjadi muslim dan beriman.

Wallahu'alam.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Bunda Yayi ~ Sukabumi
Saya punya teman muallaf dari keturunan tionghoa, sudah lama juga memeluk islamnya hanya karena mungkin masih tinggal bersama orang tuanya yang masih kafir kelihatannya teman saya ini belum istiqomah. Bagaimana caranya saya mengingatkan agar tidak menyinggung perasaannya?

Jazakallah khayran.

🌷Jawab :
Kondisi seperti itu memang harus perlahan, karena banyak yang dipertimbangkan. Juga bisa jadi jiwa dan mentalnya belum sanggup untuk menerima kondisi jika ia harus dimusuhi keluarganya. Bisa jadi ia menunggu momen yang tepat untuk mengistiqomahkan Islamnya, tapi tidak menyinggung keluarganya.

Wallahu'alam.

0⃣2⃣ Atin ~ Pekalongan
Ustadz,

1. Kenapa orang kafir menganggap hina orang beriman?

2. Jika pemahaman tentang islam masih sangat dangkal, pantaskah memberikan nasehat kepada teman yang murtad? Karena dia yang dulu pemahaman agama islamnya lebih baik dari saya tapi akhirnya memilih katolik.

🌷Jawab :
1. Iya, orang kafir memandang hina orang yang beriman, karena orang-orang beriman adalah 'domba-domba' yang tersesat. Bayangkan disamakan dengan domba. Dan akan mulia versi mereka jika mengikuti petunjuk juru selamatnya, yaitu jesus (yang mereka anggap sebagai Tuhan).

Sedang orang Yahudi menganggap bahwa hanya bangsa mereka saja yang mulia, sedang bangsa lain adalah makhluk hina semua, sehingga perlu dimusnahkan. Nabipun mereka bunuhi, apalagi hanya label orang beriman.

2. Dakwah ke siapa saja boleh, tidak apa-apa. Apalagi kepada yang murtad, semoga saja mereka sadar dan kembali ke Islam. Cuma orang yang tadinya islam, lalu murtad, biasanya ia akan sangat aktif di agama barunya, dan fanatik. Justru ia jadi aktivis agama barunya tersebut.

0⃣3⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Bagaimana kriteria memilih pemimpin dalam islam jika dihadapkan kedua atau ketiga calonnya muslim ustadz?

Jazakallah ustadz atas pencerahannya.

🌷Jawab :
Pilih yang membela kepentingan islam dan dekat dengan ulama yang tidak disenangi penguasa.

Idealnya, seperti ulama hasan basri, ulama tidak boleh dekat-dekat dengan penguasa karena akan menurunkan kritisnya dan keilmuannya juga keulamaannya untuk mengkritik penguasa.

🔹Ustadz bagaimana caranya memberi pemahaman kepada keluarga atau kenalan kita yang masih awam tentang keislaman bahwa kita harus memilih paslon tersebut ya ustadz?

🌷Jawab :
Caranya, bilang saja, bahwa pemimpin itu sebaiknya orang yang membela kepentingan umat Islam dan dikelilingi orang-orang yang shalih. Minimal dekat dengan ulama-ulama yang membela kepentingan umat Islam.

0⃣4⃣ iNdika ~ Kartasura
Ustadz kalau sekarang kan kebanyakan pas pemilihan pemimpin, pasti selalu bilang dekat dengan ulama.
Nah... kalau seumpama kita memilih pemimpin pas promosinya dekat dengan ulama tapi pas dipilih ternyata sebaliknya (tidak sesuai yang dengan apa yang dipromosikan) apa yang harus kita lakukan?

🌷Jawab :
Dunia ini semua misteri, karena tidak ada yang bisa menebak masa depan. Tapi setidaknya ia komitmen dengan perlindungannya dengan para ulama, dan menghormati ulama, jika perlu dibuat kontrak tertulis, semacam perjanjian bahwa pemimpin tersebut tidak akan menjauhi ulama, dan memusuhinya. Tapi selalu mendengar kritik dan masukan ulama dalam mengambil kebijakan.

Wallahu'alam

0⃣5⃣ Evi ~ Jakarta
Assalamualaikum,

1. Kita sudah tahu bahwa memilih pemimpin yang tidak seiman (berbeda keyakinan) adalah haram. Bagaimana jika dari pemaparan visi misi dia ada yang membantu masyarakat ekonomi lemah?

2. Saya punya teman berbeda keyakinan tapi saya berusaha menjaga silaturahim tapi tidak saling mengganggu, yang saya mau tanyakan bagaimana sikap kita apabila ada teman kita maupun dia yang berkata "sudah tidak usah temanan kan kita beda, kamu tidak bakal ditolong dia kalau kamu masuk neraka-neraka"?

Terimakasih banyak atas jawabannya.

🌷Jawab :
Wa'alaikumsalam,

1. Kalau persoalan pemimpin umat, maka hakikatnya harus seorang muslim, harus yang seagama apalagi kita mayoritas. Ayatnya juga jelas, bahwa Allah melarang menjadikan pemimpin orang-orang kafir. Kenapa? Karena pemimpin adalah pengambil kebijakan, yang bertanggung jawab dengan semua urusan umatnya, dan  harus adil. Urusannya sangat berat, termasuk harus menegakkan hukum-hukum Allah.

Bayangkan jika pemimpin adalah orang  kafir, pasti mereka saling menolong untuk melemahkan orang-orang beriman. Jangan terlalu silau dengan seolah mereka peduli pada orang lemah, karena itu hanya tipuan supaya orang beriman percaya pada mereka. Coba lihat saat ini saja, pemimpin-pemimpin orang-orang barat yang kafir, siapa kira-kira yang peduli dengan Islam?

2. Silaturahim dengan tetangga tidak apa-apa, dan menjalin hubungan dalam muamalah juga hukumnya boleh. Kita bertransaksi dengan orang kafir, juga tidak apa-apa.  Yang harus tegas, adalah terkait dengan akidah, agar tidak tercantum akidah orang kafir dan orang beriman.

Wallahu'alam.

0⃣6⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Ustadz, apakah jika ada anak yang murtad karena menikah, lalu qodarullah si ibu meninggal, di saat selesai dikafankan, si anak yang murtad tadi dan menantunya yang kafir turut mencium almarhumah ibu,  apakah itu diperbolehkan ya ustadz?

🌷Jawab :
Harusnya tidak boleh, sebab mereka sudahh jadi najis.

Tidak ada lagi hubungan darah dan nasab mereka, semua sudah terputus. Dulu ada kisah orang tua, anaknya murtad, lalu orang tua itu berpesan, jika ia masih murtad, dan saya meninggal, maka jangan perkenankan ia menyentuh mayatku. Jadi keluarganya tidak membolehkan anak yang murtad tersebut melihat mayat ayahnya saat meninggal.

🔹Walaupun anaknya yang murtad itu perempuan ya ustadz, tetap najis juga ya?

🌷Najisnya karena kemurtadannya, bukan karena fisik. Sebab orang murtadpun, tidak hanya najis tapi juga musuh Allah dan RasulNya.

0⃣7⃣ Lisa ~ Malang
Ustadz, akhir-akhir ini sepertinya banyak yang menjelek-jelekin ulama-ulama Kita.

Ada juga tokoh terpandang Islam yang dari kecil dididik secara Islam, nasab Islam tapi nyata-nyata menjelek-jelekkan Islam. Apalagi terkait dengan suhu politik yang makin memanas.
Apakah semua itu karena yang menjelek-jelekkan Islam, oknum-oknum itu tergiur dengan duniawi? Ataukah ada hubungan dengan pendidikan mereka sehingga kecuci otak begitu, terus kembali ke Indonesia diterapkan ilmunya, ya Ustadz?

Maksudnya, biar jika ada orang-orang yang menjelek-jelekkan ulama apa Kita harus lihat asal latar belakang pendidikan mereka bagaimana, supaya Kita paham tidak perlu mengikuti atau sekedar membenarkan kata-kata mereka begitu!

🌷Jawab :
Ya begitulah.
Kan biasanya sejarah akan berulang, dan kumpulan orang baik tidak banyak. Apalagi yang peduli dengan dakwah, lebih sedikit lagi.

Jadi, yang benci dakwah juga banyak, dan yang tidak suka ulama juga sangat banyak. Jikalau orang-orang senang pada ulama, maka mereka akan menyambut seruan kebaikan. Tapikan Allah belum memberikan hidayah pada mereka, karena mungkin mereka tidak mencarinya juga. Semua urusan bagi mereka adalah urusan dunia, yang dicari adalah kebahagiaan dunia saja. Akhirat adalah urusan privat. Seolah dakwah para ulama tidak penting. Sebab itu, berbahagilah jadi orang yang sedikit, dan selalu menyeru pada kebaikan, juga dekat dengan para ulama. Karena itulah jalan menuju surga, yang banyak orang tidak suka

0⃣8⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Ustad, apakah kita harus menjauhi orang yang telah murtad, meski awalnya mempunyai hubungan yang baik-baik saja. Hanya sejak berpindah keyakinan serasa ada jarak yang memisahkan!

🌷Jawab :
Jika merujuk kepada hadist shahih, orang-orang yang murtad harusnya diperangi. Tapi kita bukan negara Islam. Sebatasnya yang kita bisa, jauhi saja, karena mereka telah menjual agamanya. Semua hubungan nasab juga sudah terputus. Jadi sebaiknya dijauhi saja, karena mereka sudah jadi musuh Allah dan RasulNya.

Wallahu'alam

0⃣9⃣ Nuni ~ Bogor
Bagaimana ya pak ustadz cara membedakan orang yang benar-benar sholih karena Allah atau memang dia hanya ingin kelihatan sholih, agar kita tidak terbawa atau tertipu?

Makasih pak ustadz.

🌷Jawab :
Salah satunya lihat dengan siapa dia bergaul. Jika ia dekat dengan orang-orang shalih, maka insyaAllah dia juga orang hanif dan shalih juga. Tapi jika disekelilingnya banyak orang-orang kafir, dan orang-orang yang memusuhi Islam, maka jiwa dia bisa jadi demikian. Islam hanya sekadar identitas dan jiwa dan hatinya membenci Islam.

Wallahu'alam

1⃣0⃣ iKa ~ Jogja
Pertanyaan sama hampir sama dengan mala hasan, sahabat saya ada yang murtad karena pernikahan, apakah masih boleh menjaga silaturahim ataukah saya harus menjaga jarak?

🌷Jawab :
Sebaiknya menjaga jarak, karena ia telah menjual agamanya, dan memutuskan jalinan akidah. Mereka sudah berubah jadi najis, dan musuh Allah dan RasulNya. Hubungannya sebatas tahu saja, jika perlu saja.

 Wallahu'alam.

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
    💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Semoga kita istiqomah semua, dan jangan lupa pilih pemimpin sesuai jumlah tangannya...eh, maksudnya pilih pemimpin yang peduli dengan Islam dan dekat dengan para ulama yang membela agama ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar