Selasa, 28 Mei 2019

TAZKIYATUN NAFS, Part 9 (Ramadhan Bulan Amal Sholih)



OLeH: Ustadz Endang Mulyana

           💎M a T e R i💎

Bunda fillah semua yang berbahagia...

Alhamdulillah kita sekarang sudah berada di dalam bulan Ramadhan, bulan yang kita nantikan kedatangannya.

Bunda fillah semuanya...
Ibaratnya sekarang kita ada di sebuah kebun atau taman buah, didalamnya tersedia pohon-pohon yang banyak,  dan setiap pohon ranum dengan buah-buahnya.
Kita dipersilakan untuk memanen buah-buah itu sesuka kita, sebanyak yang kita mau.
Bunda fillah...
Mari kita panen buah-buah kebaikan di bulan ini.

Dibawah ini kita perdalam lagi pengetahuan kita tentang amaliah ramadhan,  yang ketika kita mengamalkannya maka kita sedang memanen kebaikan-kebaikannya.

🔸1. Al-Shaum

Amaliah terpenting pada bulan Ramadhan adalah shiyam (puasa), sebagaimana termaktub dalam firman Allah yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS. al-Baqarah: 183)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

“Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla  berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 1802) dan Muslim No. 760).

Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu) ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.

Jabir bin Abdillah berkata:

إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ، وبَصَرُكَ، وَلِسَانُكَ، عَنِ الْكَذِبِ، وَالْمَحَارِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ، وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَصَوْمِكَ سَوَاء

"Jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, dan lisanmu dari dusta dan hal-hal lain yang dilarang. Tinggalkan perbuatan yang dapat menyakiti pelayan, dan bersikaplah yang lembut dan tenang pada hari puasamu. Jangan samakan antara hari saat berpuasa dan saat tidak berpuasa." (HR. al-Baihaqi No. 3374; dan Ibn Aby Syaibah No.8880).

🔸2. Qiyam Ramadhan (Shalat al-Lail, Shalat tarawih)

Para ulama sepakat bahwa Qiyamu Ramadalan (Shalat Tarwih) itu disyariatkan. Nabi Muhammad ﷺ menganjurkan agar kita menghidupkan malam ramadhan dengan memperbanyak shalat tersebut di sepanjang malam Ramadhan. Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad ﷺ:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُرَغِّبُ فِى قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah r.a., berkata: "Rasulullah ﷺ menganjurkan (shalat) qiyami Ramadhan kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa mengerjakan (shalat) qiyami Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Muslim No.1816).

Dalam melaksanakan Shalat Qiyamu Ramadhan, hendaklah dicontoh tata cara shalat Nabi Muhammad ﷺ, baik mengenai jumlah rakaatnya maupun kualitasnya. Nabi melaksanakan shalat Qiyamu Ramadhan sebanyak 11 rakaat dengan cara-cara yang bervariasi: dengan cara jumlah rakaat 4+4+3. Dasarnya adalah hadis berikut ini:

Begitu juga terdapat riwayat dari  Aisyah radhiallahu ’anha, beliau berkata:

عَنْ أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى رَمَضَانَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّى ثَلاَثًا

“Dari Abu Salamah bahwasanya Aisyah ra. ketika ditanya tentang shalat Nabi di bulan Ramadhan, Aisyah berkata: pada bulan Ramadhan maupun yang lainnya, Nabi tidak pernah melakukan shalat lebih dari sebelas rakaat. Nabi ﷺ kerjakan empat rakaat, jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya, kemudian Nabi kerjakan lagi empat rakaat dan jangan engkau tanyakan tentang elok dan lamanya. Lalu Nabi kerjakan shalat tiga rakaat.” (HR. Bukhari No. 2013; dan Muslim No1757).

Boleh juga dengan cara 2+2+2+2+2+1. Dasarnya adalah hadis berikut ini:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ – وَهِىَ الَّتِى يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ – إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلاَةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلإِقَامَةِ.

Dari ‘Aisyah isteri Nabi ﷺ, dia berkata; "Rasulullah ﷺ pernah shalat antara habis shalat isya’ yang biasa disebut ‘atamah hingga waktu fajar. Beliau melakukan sebelas rakaat, setiap dua rakaat beliau salam, dan beliau juga melakukan witir satu rakaat. Jika muadzin shalat fajar telah diam, dan fajar telah jelas, sementara muadzin telah menemui beliau, maka beliau melakukan dua kali raka’at ringan, kemudian beliau berbaring diatas lambung sebelah kanan hingga datang muadzin untuk iqamat.” (HR. Muslim No.1752).

🔸3. Tadarus Al-Qur’an

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)

Dalam sebuah Hadits dijelaskan bahwa setiap bulan Ramadhan Rasulullah ﷺ melakukan tadarus al-Qur’an bersama Malaikat Jibril:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Malaikat Jibril pada setiap malam pada bulan Ramadhan, dan mengajaknya membaca dan mempelajari Al-Qur’an. Ketika ditemui Jibril, Rasulullah adalah lebih dermawan daripada angin yang ditiupkan.” (HR. al-Bukhari No.4711 dan Muslim No.2307).

Oleh karenanya pada bulan ini umat Islam harus benar-benar berinteraksi dengan Al-Qur’an untuk meraih keberkahan hidup dan meniti jenjang menuju umat yang terbaik dengan petunjuk Al-Qur’an. Berinteraksi dalam arti hidup dalam naungan Al-Qur’an dengan cara tilawah (membaca), tadabbur (memahami), hifdz (menghafalkan), tanfidz (mengamalkan), dan ta’lim (mengajarkan).

🔸4. Shadaqah

Dalam hadis shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas ra diberitakan bahwa:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ

"Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan beliau semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan." (HR. al-Bukhari No.4711 dan Muslim No.2307).

Karenanya kita mesti mencontoh beliau di bulan yang penuh barakah ini dengan perbanyak sadaqah, baik untuk kepentingan fi sabilillah maupun kaum dhu’afa dan fakir miskin.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟: الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ  كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلَاةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ

“Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai dan sedekah akan memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seorang laki-laki pada pertengahan malam.” (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, dan lain-lain) Al-Albani: hadis ini sanadnya hasan (Irwa al-Ghalil, II/139).

Dan salah satu bentuk shadaqah yang dianjurkan selama Ramadhan adalah memberikan ifthar (santapan berbuka puasa) kepada orang-orang yang berpuasa. Dari Zaid bin Khalid al-Juhani, bahwasanya Nabi  ﷺ bersabda:

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ أَوْ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

“Barangsiapa yang memberi ifthar kepada orang-orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala senilai pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah). Al-Albani: hadis ini shahih (Shahih al-Jami’al-Shaghir, II/1095).

🔸5. I’tikaf

Salah satu amaliah yang dicontohkan oleh nabi Muhammad ﷺ di bulan Ramadhan adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‘tikaf di masjid, Dalam sebuah hadist disebutkan:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَان.

“Dari Ibnu Umar RA (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah ﷺ selalu beri‘tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan di bulan Ramadhan.” (HR. al-Bukhari No. 2025 dan Muslim No.2838).

‘Aisyah ra juga meriwayatkan:

عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِه.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian istri-istri beliau pun beri’tikaf setelah kepergian beliau.” (HR. al-Bukhari No.2016 dan Muslim No.1172).

🔸6. Umrah

Keutamaan umrah di bulan Ramadhan ini besar sekali. Rasulullah ﷺ pernah menganjurkan kepada seorang wanita Anshar (Ummu Sinan) yang tidak sempat berhaji bersama beliau sebagaimana diterangkan dalam hadis berikut ini:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ : : لَمَّا رَجَعَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم مِنْ حَجَّتِهِ قَالَ لأُمِّ سِنَانٍ الأَنْصَارِيَّةِ مَا مَنَعَكِ مِنَ الْحَجِّ قَالَتْ أَبُو فُلاَنٍ – تَعْنِي زَوْجَهَا – كَانَ لَهُ نَاضِحَانِ حَجَّ عَلَى أَحَدِهِمَا وَالآخَرُ يَسْقِي أَرْضًا لَنَا قَالَ فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً مَعِي.

Dari Ibnu Abbas RA, dikatakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ pulang dari hajinya, beliau bersabda kepada seorang wanita Anshar (Ummi Sinan): “Apa yang menghalangimu untuk ikut berhaji bersama kami?” Ia menjawab, “Kami tidak memiliki kendaraan kecuali dua ekor unta yang dipakai untuk mengairi tanaman. Bapak dan anaknya berangkat haji dengan satu ekor unta dan meninggalkan satu ekor lagi untuk kami yang digunakan untuk mengairi tanaman.” Nabi bersabda,”Maka apabila datang Ramadhan, berumrahlah. Karena sesungguhnya umrah di dalamnya menyamai ibadah haji  bersamaku.” (HR. al-Bukhari No. 1863).

🔸7. Memperbanyak Dzikir, Doa Dan Istighfar

Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka sebaiknya digunakan untuk memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:

√ Pertama, Saat berpuasa hingga berbuka; Nabi ﷺ  bersabda:

ﺛَﻼَﺛَﺔٌ ﻻَ ﺗُﺮَﺩُّ ﺩَﻋْﻮَﺗُﻬُﻢُ ﺍﻹِﻣَﺎﻡُ ﺍﻟْﻌَﺎﺩِﻝُ ﻭَﺍﻟﺼَّﺎﺋِﻢُ ﺣَﺘَّﻰ ﻳُﻔْﻄِﺮَ ﻭَﺩَﻋْﻮَﺓُ ﺍﻟْﻤَﻈْﻠُﻮﻡِ

"Ada tiga do’a yang tidak tertolak: (1) doa pemimpin yang adil, (2) doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka, (3) doa orang yang terzhalimi.” [HR.Tirmidzi, Ibn Hibban mensahihkannya]

√ Kedua, Saat malam terutama pada sepertiga malam terakhir:

إِنَّ فِى اللَّيْلِ لَسَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

"Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)

√ Ketiga,  Saat waktu sahur, untuk banyak istighfar seperti yang Alloh ﷻ firmankan:

وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Dan di waktu sahur (akhir-akhir malam) mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18).

🔸8. Menyambut (memburu) Lailatul Qadar

Alloh ﷻ berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar: 1-3)

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar atas dasar iman dan mengharap pahala, maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari No. 1802) dan Muslim No. 760).

Nabi ﷺ menyuruh sahabatnya agar memburu Lailatul qadar dengan sabdanya:

إِنِّى أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ وَإِنِّى نَسِيتُهَا – أَوْ أُنْسِيتُهَا – فَالْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ كُلِّ وِتْرٍ

"Sesungguhnya aku telah melihat lailatul qadar, saya lupa (kapan kajadiannya) atau aku sengaja dibuat lupa (oleh Allah). Karena itu maka carilah (burulah) lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir pada tanggal yang ganjil."  (HR. Muslim No.2829).

أَنَّ عَائِشَةَ، قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، فَبِمَ أَدْعُو ؟ قَالَ: ” قُولِي: اللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ، فَاعْفُ عَنِّي ”

Dari ‘Aisyah, ia berkata: "Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” (HR. Ahmad No.25384, dan al-Tirmidzi No.3513, dishahihkan Al-Albani)

Bunda fillah semuanya...
Inilah amalan-amalan penting yang harus kita lakukan dengan penuh kegembiraan.
Ini yang akan mengantarkan kita pada kesuksesan Ramadhan in syaa Allah.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
       💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ iNdika ~ Kartasura
Bagaimana mendapatkan keberkahan bulan Ramadhan apabila kita sedang tidak bisa berpuasa?

🌸 Jawab:
Bismillah...

Tidak berpuasa di bulan Ramadhan, sangat mungkin terjadi bagi beberapa keadaan.
1. Sakit
2. Safar
3. Hamil atau menyusui atau nifas
4. Pekerja berat.

Bagi kelompok ini, tentu bisa mendapatkan keberkahan Ramadhan, sebab tidak berpuasanya bukan merupakan maksiyat dan dosa, tapi merupakan uzur syar'i.

Amalkanlah amalan-amalan yang masih mungkin dikerjakan dan disesuaikan dengan keadaannya masing-masing.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Mimi ~ Malang
Untuk sholat tarawih 4+4+3... Itu pakai atakhiyat awal kah?

🌸 Jawab:
Bismillah...

Tidak bunda, sholat sunnah tidak ada tahiyyat awal walaupun 4 rokaat.
Setelah sujud kedua di roka'at kedua langsung berdiri tanpa tahiyyat awal.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Jika berniat bersedekah di bulan ramadhan ataupun di luar bulan ramadhan dan pahalanya di tujukan khusus untuk orang tua yang sudah wafat, apakah akan sampai tadz?

🌸 Jawab:
Bismillah...

In syaa Allah sampai bunda.

Shodaqohlah atas nama Orang tua kita yang sudah wafat.

Dari Sa’ad bin ‘Ubadah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

قلت يا رسول الله إن أمي ماتت أفأتصدق عنها قال نعم قلت فأي الصدقة أفضل قال سقي الماء .

“Aku berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku wafat, apakah aku bersedekah untuknya? Beliau menjawab: Ya. Aku berkata: “Sedekah apa yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Mengalirkan air.” (HR. An Nasa’i No. 3664, Ibnu Majah No. 3684)

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Safitri ~ Banten
Assalamuaikum ustadz,

Kalau misalkan dibulan ramadhan ini kan setiap waktunya berpahala yaa...  Nah kalau misalkan didalam satu keluarga jadi cuma 1 anak ini yang rajin dalam mengisi waktunya itu dengan sholat sunnah malam dan dhuha  terus baca qur'an tapi yang lain mereka tidak melakuka, jadi yang lain hanya melaksanakan sholat wajib saja. Nah itu bagaimana ustadz si anak ini dosa tidak tidak menyuruh yang lain buat melaksanakan sholat-sholat sunnah bukan bermaksud tidak mengingatkan ustadz si anak ini bagaimana caranya mengajak yang lainya begitu ustadz , sia-sia tidak semua ibadah dia ini?

Makasih ustadz, Mohon penjelasanya.

 🌸Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Kalau pertanyaannya dosa atau tidak, maka anak tersebut tidak menanggung dosa dari kesalahan yang dilakukan orang lain.

Namun dalam kondisi yang khusus,  yaitu ada pembiaran saat melihat orang lain melakukan dosa,  atau bahkan mengajak orang lain melakukan dosa maka orang itupun ikut menanggung dosa orang yang ia ajak melakukan dosa tersebut.

وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًا مَعَ أَثْقَالِهِمْ ۖ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ

"Dan mereka benar-benar akan memikul dosa-dosa mereka sendiri, dan dosa-dosa yang lain bersama dosa mereka, dan pada hari Kiamat mereka pasti akan ditanya tentang kebohongan yang selalu mereka ada-adakan." (QS. Al-Ankabut: 13).

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Ustadz,.....bersambungan dengan pertanyaan no 02, maaf keluar dari tema. Jika kita mengetahui atau mendengar ada sebuah dosa besar yang dilakukan, apakah kita ikut menanggung dosanya juga? Misalnya perzinahan, bagaimana cara kita menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan jika orang tuanya lebih percaya pada anaknya?

Afwan ustadz

🌸Jawab:
Yang harus kita lakukan adalah:

1) Menutup aib perzinahan yang kita ketahui tersebut dari orang lain yang belum tau. Tutuplah rapat-rapat.

2) Jika kita mengetahui pelakunya, serulah ia untuk bertaubat kepada Allah dengan cara yang baik.

3) Perzinahan ini dosa yang luar biasa kompleks akibatnya. Jika terjadi kehamilan akibat zina,  itu akan mengakibatkan hukum baru soal nasab.
Maka hal ini harus dilibatkan keluarga pelaku untuk mengetahui masalah tersebut, agar tidak menjadi dosa baru dari akibat keadaan tersebut.

Wallahu a'lam

0⃣6⃣ Shinta ~ Bandung
Assalamualaikum ustadz,

Saya ibu yang punya balita, untuk sholat terawih jarang di masjid, kebanyakan di rumah dan itu pun di waktu-waktu sepertiga malam. Bolehkan sholat tarawihnya digabung dengan tahajud atau tarawih saja?
Syukron ustadz

🌸 Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Sholat tarawih bisa dikerjakan sendiri di rumah.
Silakan digabung dengan qiyamullail dengan tetap berwitir satu kali.
Waktunya sampai dengan menjelang Sholat shubuh.

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Mumuy ~ Jakarta
Assalamu'alaikum ustadz,

Ibu hamil jika tidak puasa harus mengqadha atau boleh dengan fidyah saja?
Jazakalllah khoir

🌸 Jawab:
Waalaykumusalaam warahmatullahi wabarakaatuhu

Ibu hamil yang tidak berpuasa, cukup mengqodho puasa yang ditinggalkan sesuai dengan banyaknya hari yang tidak berpuasa, tanpa membayar fidyah.

Wallahu a'lam

🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Alhamdulillah bunda fillah semuanya...
Kita sudah berada diakhir waktu kajian kita petang ini.

Selamat memperbanyak amal kebaikan di bulan kemuliaan ini.

Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita semuanya untuk terus menerus mengerjakan kebaikan-kebaikan dengan ikhlas dan penuh semangat.

Dan selamat berbuka puasa.
Saya akhiri kajian ini, dan mohon maaf atas kekurangannya.

Baarakallahu aquulu qouli hadzaa fastaghfiruhu innahu huwal ghofuururrohiim

Wassalamu'alaykum warahmatullahi wabarakaatuhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar