Selasa, 28 Mei 2019

TAZKIYATUN NAFS, Part 8 (Tazkiyatun Nafs & Ramadhan)



OLeH: Ustadz Endang Mulyana

           💎M a T e R i💎

Bunda fillah semuanya, hubungan antara Ramadhan dengan Tazkiyyatunnafs amat sangat erat.

Berhasil atau tidaknya seorang hamba dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan amat sangat ditentukan oleh keadaan hati atau jiwanya.

Betapa banyak orang-orang yang gagal dengan Ramadhannya di sebabkan ketidak siapan hatinya saat memasuki Ramadhan.

Bunda fillah...
Lihatlah bagaimana Tazkiyyatunnafs memiliki peran utama dalam hidup kita.

"Sungguh, Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah dan mentazkiyah (mensucikan) mereka dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Hikmah.” (QS.2.151))

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

Tazkiyatun nufus adalah proses pembersihan jiwa dari segala bentuk kotoran hati dan jiwa, sehingga menjadi pribadi yang mempunyai akhlak yang mulia.

Abul Qasim Husain bin Muhammad, beliau lebih populer dikenal dengan Ragib Al-isfahani (wafat 502 H), mengatakan bahwa Tazkiyatun Nafs adalah upaya manusia untuk mensucikan jiwa dan dirinya, sehingga ia mempunyai sifat terpuji pada dirinya di dunia tentunya dan kelak di akhirat mendapatkan pahala dan balasan yang besar.
Bunda fillah semuanya mari kita lihat pentingnya  Tazkiyatun nafs atau dalam kehidupan manusia.

1. Perilaku dan perbuatan manusia sangat tergantung pada kondisi hati yang ada di dalam dirinya.

Apabila hatinya bersih dan baik, prilakunya baik dan sebaliknya apabila hatinya kotor dan buruk prilakunya juga akan buruk.

Rasulullah bersabda.

أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ

“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung).” (HR. Bukhari)

Jadi perbaikan diri dan perilaku kita harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, dari hati kita.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu Nasib suatu kaum sehngga mereka apa yang ada dalam diri. Dan organ itu adalah hati.”(QS.13:11)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan berkatalah dengan kata yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki perbuatan-perbuatanmu dan mengampuni dosa-dosamu.” (QS.33:70)

Perhatikanlah ayat tersebut diatas, dimulai dengan iman, kedua dengan perintah bertakwa baru kemudian perintah yang ketiga berkata benar, keempat perbuatan-perbuatan akan membaik dan kelima dosa-dosa akan diampuni Allah. Iman dan takwa yang tempatnya di dalam hati merupakan faktor utama yang menentukan perilaku manusia sehingga mendorongnya untuk berkata benar dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Manakala semua ini dilakukan, Allah akan mentazkiah orang tersebut dengan mengampuni dosa-dosanya.

2. "Hati yang bersih dan sehat akan menampilkan perilaku dan akhlak yang bersih terpuji.”

Allah SWTberfirman:

 إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. 2:222)

Ayat ini mendahulukan hati dengan bertaubat ketimbang kebersihan badan dari najis atau hadast. Ini sekaligus berarti kebersihan hati lebih urgen bila dibandingkan kebersihan badan.

3. Dengan hati yang bersih, hidup manusia akan tenang, damai dan bahagia.

Allah berfirman :

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9)
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)

"Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan diri, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”

Kebahagian dan ketentraman ini bukan saja terletak pada kehidupan duniawi yang fana, tetapi hati yang bersih juga jaminan kebahagian ukrowi yang kekal dan abadi.

Pada hari kiamat nanti, anak-anak dan harta tidak bermanfaat lagi, kecuali yang datang menhadap ke Allah dengan hati yang bersih.

Allah berfirman :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ﴿٢٧﴾ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً﴿٢٨﴾فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku."

4. Ketika Allah SWT mengutus Rasulullah SAW, di jelaskan bahwa salah satu risalah utama beliau adalah tazkiyah

”Dialah yang mengutus kepadakamu yang buta hruf seorang Rasul, diantara mereka yang membacakan ayat-ayat kepada mereka, mentazkiyah (mensucikan) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah.” (QS. 62:2)

Dalam do’a yang sering beliau panjatkan ke hadirat Allah SWT juga berisi permintaan agar Allah membersihkan hatinya. “Ya Allah, berikanlah ketakwaan ke dalam hatiku dan bersihkanlah hati ini. Engkaulah sebaik-baik yang membersihkannya, Engkaulah pemeliharanya.” (HR. Muslim)

Empat kedudukan tazkiyyatunnafs diatas tadi, jika kita tarik dalam konteks Ramadhan, maka semuanya itu akan menentukan dan mempengaruhi perilaku kita selama membersami bulan Ramadhan. Apakah kita akan memaksimalkan atau kita akan menyia-nyiakan Ramadhan.

Dibawah ini ada beberapa akibat dari keadaan tidaksiapnya hati atau jiwa saat memasuki Ramadhan.

◼1. Menganggap Biasa Bulan Ramadhan

Orang yang imannya tidak siap akan menganggap biasa bulan Ramadhan.
Tidak ada yang berbeda seperti bulan-bulan lainnya, hingga Ramadhan berlalu, tentu sebuah kerugian yang besar. Ia sama sekali tidak menganggap istimewa puasa dan merasakan manfaat bulan suci Ramadhan.

Juga tidak bersegera melakukan kebaikan, padahal di bulan suci inilah segala pahala dilipat gandakan. Orang yang menganggap biasa bulan Ramadhan, ibarat orang melewatkan ghanimah (harta rampasan perang) yang tidak ternilai harganya.

◼2. Nampak Sholih, Namun Hanya Pada Bulan Ramadhan Saja

Imam Ahmad mengatakan, “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang hanya mengenal Allah di bulan Ramadhan saja.”

Tentu sangat terpuji, dari semua berperilaku tidak baik menjadi baik, dari tidak berjilbab kemudian berhijab, dari yang tidak pernah shalat kemudian rajin shalat, baik yang wajib maupun sunnah. Namun, sangat disayangkan, ketika Ramadhan usai, golongan manusia seperti itu kembali berbuat maksiat kepada Allah, melepas hijabnya, tidak lagi ke masjid, bahkan meninggalkan shalat. Karena itu, berusahalah untuk tetap istiqamah dalam beramal dan kebaikan.

◼3. Puasanya Sebatas Menahan Lapar Dan Dahaga

Tidak merasa bersalah dan berdosa ketika melakukan kemunkaran, menggunjing, menyebar fitnah, menghina, sebuah perilaku yang biasa dilakukan di luar Ramadhan.
Akhirnya, saat Ramadhan tiba, kebiasaan buruk itu tidak juga berubah, sehingga Ramadhan tidak membawa pengaruh bagi kehidupannya sehari-hari.

Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan amalan dusta, maka Allah tidak butuh dengan makanan dan minuman yang ditinggalkannya (puasa).” (HR. Bukhari).

Juga Rasulullah Saw bersabda:

“Puasa itu bukan hanya meninggalkan makanan dan minuman. Akan tetapi, puasa itu ialah meninggalkan perkataan sia-sia dan kotor.” (HR. Ibnu Hiban).

◼4. Tidak Punya Motivasi Memanfaatkan Waktu Di Bulan Ramadhan

Umumnya aktivitas mereka tidur pada siang hari di bulan Ramadhan serta begadang dan melakukan hal yang sia-sia pada malam harinya.

Seharusnya, Ramadhah disibukkan dengan amal ibadah, seperti shalat berjamaah, tadarus dan tadabur Al Qur’an, berdzikir, berinfaq dan sedekah, dan kebaikan lainnya.

◼5. Tetap Maksiat Di Bulan Ramadhan

Ini adalah akibat terburuk yang dilakukan oleh seseorang yang masuk di bulan Ramadhan tanpa persiapan iman, tanpa tazkiyyatunnafs.

Mereka tidak mengenal Allah, baik di bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya. Golongan ini tetap tidak menjalankan shalat dan puasa tanpa uzur syar’i.


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Atin ~ Pekalongan
Kalimat yang menyentuh.

1. Jika selama ramadhan dimudahkan untuk ibadah maksimal tetapi pasca ramadhan menjadi biasa-biasa saja apakah termasuk golongan no 2 ini?

2. Tadi disampaikan kebersihan hati tampak pada sikap. Bagaimana dengan orang yang tampak baik tapi menelikung di belakang?

Maturnuwun

🌷Jawab:
Bismillah...

1. Ramadhan adalah kesempatan besar untuk menambah dan memperbanyak amal kebaikan. Baik dari sisi kwantitas maupun dari kwalitasnya.
Maka yang terbaik saat Ramadhan adalah tidak menyia-nyiakan kesempatannya yang terbatas.
Saat Ramadhan usai, ciri Ramadhannya berhasil ialah mempertahankan kebiasaan Ramadhan diluar Ramadhan.
Baik ibadah vertikalnya maupun ibadah horisontalnya.

Tentu tidak juga dikatakan gagal bagi siapapun yang turun intensitas ibadahnya diluar Ramadhan, kecuali mereka yang berubah saat tidak di Ramadhan lagi,  umpamanya melepas hijabnya lagi, meninggalkan sholat lagi, bermaksiyat seperti biasa lagi.

2. Islam sangat membenci sikap Pura-pura. Karena salah satu dari ciri kemunafikan.

Secara khusus orang-orang Syiah menjadikan pura-pura atau Taqiyah sebagai bagian dari ketaqwaan golongan mereka.

Taqiyah adalah sikap menyembunyikan kebenaran dihadapan manusia dengan menampilkan hal lain.
Dihadapan manusia mereka nampak baik namun dibelakang, mereka punya niat jahat.

Semoga Allah melindungi kita dari sifat buruk pura-pura.

Wallahu a'lam


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
 💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎

Alhamdulillah Bunda fillah semuanya...
Kita sudah berada di penghujung acara.

Kita semua berdoa, semoga Allah Azzawajalla mempertemukan kita kembali dengan bulan kemuliaan. 

Memberi kita taufik dan hidayah bisa mengambil kebaikan-kebaikan yang banyak yang Allah siapkan di bulan Ramadhan.

Allahumma balighnaa Ramadhan...

Aamiiin

Demikian kajian kita petang ini saya akhiri.

Semoga membawa manfaat.

Mohon maaf atas segala kekurangannya.

Baarakallahu aqulu qouli hadzaa

Fastaghfiruhu innahu huwal ghofuururrohiim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuhu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar