Jumat, 27 Juli 2018

PENGHAPUS AMAL-AMAL SHALIH


OLeh  : Ustadz Farid Nu'man H.


           💎M a T e R i💎

Ahlan Bikum jami'a ..

Silahkan dibaca .. cukup panjang materinya...


 🌸PENGHAPUS AMAL-AMAL SHALIH

Biasanya kita begitu perhatian dengan membangun amal Shalih, tapi kita lupa dengan bagaimana merawatnya. Merawat agar anak itu tetap ada dan abadi. Di antaranya adalah dengan cara menjauhi hal-hal yang merusaknya dan menghapuskannya.

Berikut ini hal-hal yang dapat menghapuskan amal Shalih manusia.

🔹1. Murtad

Terhapusnya amal Shalih karena murtad, tertera dalam ayat berikut:

 وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

"Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu terhapus amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-Baqarah, Ayat 217)

Maka, shalat, puasa, zakat, haji, dan amal Shalih lainnya yang pernah dilakukan oleh orang yang murtad terhapus baik di dunia dan akhirat.  Jika dia mati dalam keadaan itu, belum bertobat, maka dia akan menjadi penduduk neraka dan abadi. Hal ini dikarenakan murtad adalah terlepasnya seseorang dari ikatan asasinya terhadap Islam.

Imam Ibnu Jarir Ath Thabariy Rahimahullah menjelaskan:

وَقَوْلِهِ: {فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ} [البقرة: ٢١٧] يَقُولُ:مِنْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ دَيْنِ الْإِسْلَامِ، فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ، فَيَمُتْ قَبْلَ أَنْ يَتُوبَ مِنْ كُفْرِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ يَعْنِي بِقَوْلِهِ: {حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ} [البقرة: ٢١٧] بَطَلَتْ وَذَهَبَتْ، وَبِطُولِهَا: ذَهَابُ ثَوَابِهَا، وَبِطُولِ الْأَجْرِ عَلَيْهَا وَالْجَزَاءُ فِي دَارِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَقَوْلُهُ: {وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ} [البقرة: ٢١٧] يَعْنِي الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَنْ دِينَهُمْ فَمَاتُوا عَلَى كُفْرِهِمْ، هُمْ أَهْلُ النَّارِ الْمُخَلَّدُونَ فِيهَا.

FirmanNya: "lalu dia mati dalam kekafiran", yaitu dia keluar dari agamanya yaitu agama Islam, lalu dia mati dalam keadaan kafir, dan dia belum bertobat dari kekafirannya, maka mereka inilah orang-orang yang terhapus amal-amalnya, yaitu sebagaimana firmanNya: "maka mereka itu terhapus amalnya", yaitu sia-sia dan lenyap, yaitu sia-sia pahalanya, lenyap ganjarannya, dan balasannya di dunia dan akhirat.

FirmanNya: "dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya," yaitu orang-orang yang murtad dari agamanya, dan mereka mati dalam keadaan kekafiran, maka mereka menjadi penduduk neraka dan  kekal abadi.

(Tafsir Ath Thabariy, 2/1154)

Uraian ini sekaligus mengoreksi kalangan liberal dan yang semisalnya, bahwa semua agama sama baik dan benarnya.  Sama-sama menuju surga tapi berbeda jalan. Ini adalah kebohongan mereka dalam memanipulasi hakikat agama yang diridhai Allah, yaitu Islam, dan menyamakannya dengan agama lain.


🔹2. Syirik

Syirik adalah dosa terbesar di antara dosa-dosa besar, yaitu menyekutukan Allah Ta'ala dalam peribadatan, keyakinan,  dan penyembahan.

Maksud "menyekutukan" yaitu seorang yang menyembah, mengabdi, beribadah kepada Allah Ta'ala, namun dia menyembah, mengabdi, beribadah kepada yang lain juga. Maka, apa jadinya bagi  orang yang sama sekali tidak menyembah Allah Ta'ala dan hanya menyembah yang lainnya saja, sebagaimana yang dilakukan sebagian manusia?

Dari sekian banyak bahaya kesyirikan, di antaranya adalah terhapusnya amal Shalih.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Telah diwahyukan kepadamu dan orang-orang sebelum kamu, jika kamu melakukan kesyirikan niscaya benar-benar terhapus amalmu dan kamu benar-benar termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az Zumar: 65)

Duh, sayang 'kan sudah beramal tapi tidak ada hasilnya.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di Rahimahullah mengatakan:

 يعم كل عمل، ففي نبوة جميع الأنبياء، أن الشرك محبط لجميع الأعمال، كما قال تعالى في سورة الأنعام - لما عدد كثيرا من أنبيائه ورسله قال عنهم: {ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

“Ini berlaku bagi semua amal, maka terdapat pada nubuwwah  seluruh nabi bahwa syirik menghapuskan seluruh amal, sebagaimana firman Allah ﷻ dalam surat Al An’am –yang membicarakan banyak para Nabi dan Rasul: “Itulah petunjuk dari Allah, Dialah yang memberikan petunjuk bagi yang Dia kehendaki, dan barang siapa di antara mereka menyekutukan Allah maka terhapus amal-amal yang telah mereka lakukan.”

( Taysir Al Karim Ar Rahman fi Tafsir Al Kalam Al Manan, Hal. 729. Cet. 1, 1420H-2000M. Muasasah Ar Risalah)

Tentang "Macam-macam syirik dan  bahayanya", sudah pernah dibahas di channel ini. Silahkan di-search.

🔹3. Riya'

Yaitu beramal dengan tujuan dilihat orang lain, yang dengan itu dia mendapat pujian baik langsung atau tidak langsung.

Riya' termasuk syirik (kecil), ditegaskan dalam ayat berikut:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS. Al Kahfi: 110)

Para ulama mengatakan tentang makna ayat ini: لا يرائي – janganlah menjadi orang yang riya. (Sunan At Tirmidzi No. 1535)

Dari Mu’adz bin Jabal Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ يَسِيرَ الرِّيَاءِ شِرْكٌ

Sesungguhnya riya tersembunyi itu syirik. (HR. Ibnu Majah No. 3989, Al Qudha’i No. 1298, Al Baihaqi dalam Al Kubra No. 6393, dan lainnya. Didhaifkan oleh Syaikh Al Albani. Dhaiful Jami’ No. 2029)

Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah berkata:

الإشراك في العبادة وهو الرياء: وهو أن يفعل العبد شيئا من العبادات التي أمر اللّه بفعلها له لغيره

Syirik dalam ibadah adalah riya’, yaitu seorang hamba yang melaksanakan peribadatan yang Allah ﷻ perintahkan kepadanya tapi dia tujukan untuk selainNya. (At Tafsir Al Munir, 5/72)

Maka, masuknya riya' dalam  lingkup syirik, membuat amal yang didalamnya ada unsur riya' akan terhapus. Bahkan, menjadi SYIRIK AKBAR jika memang sama sekali tidak ada lagi tujuan akhirat, semuanya adalah murni ingin dilihat, didengar (sum'ah), dan dipuji manusia, alias caper (cari perhatian).

Nabi ﷺ bersabda:

 مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

"Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama, atau untuk mendebat  orang bodoh atau untuk MENGALIHKAN PERHATIAN MANUSIA kepadanya, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka".  (HR. At Tirmidzi no. 2654, Hasan)

🔹4. Melakukan Amal akhirat Tapi Dengan Niat Duniawi

Ini lebih umum dari riya', kalau riya' hanya karena ingin dilihat orang, tapi ini keinginan dunia lainnya, seperti kedudukan, kekayaan, dan lainnya.

Seperti menghadiri majelis ilmu hanya untuk modal debat di medsos, atau supaya dianggap faqih (paham) agama.

Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhuma, bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ لِيُبَاهِيَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيَصْرِفَ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَهُوَ فِي النَّارِ

Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk mendebat orang bodoh, atau berbangga di depan ulama, atau mencari perhatian manusia kepadanya, maka dia di neraka.

(HR. Ibnu Majah No. 253. At Tirmidzi No. 2654. Hasan)

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda:

لَا تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلَا لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلَا تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

Janganlah kalian menuntut ilmu dengan maksud berbangga di depan ulama, mendebat orang bodoh, dan memilih-milih majelis. Barangsiapa yang melakukan itu maka dia di neraka, di neraka.

(HR. Ibnu Majah No. 254, Al Baihaqi, Syu'abul Iman, No. 1725, Ibnu Hibban No. 77, Al Hakim, Al Mustadrak 'alash Shahihain, No. 290. Shahih)

Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ  bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا

Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dengannya dia menginginkan wajah Allah, (tetapi) dia tidak mempelajarinya melainkan karena kekayaan dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.

(HR. Abu Daud No. 3664, Ibnu Majah No. 252, Ibnu Hibban No. 78, Al Hakim, Al Mustadrak 'Alash Shahihain, No. 288, katanya: SHAHIH sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Dari Ubai bin Ka'ab Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam:

Barangsiapa diantara mereka beramal amalan akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian apa-apa di akhirat.

(HR. Ahmad No. 20275. Ibnu Hibban No. 405, Al Hakim, Al Mustadrak 'Alash Shahihain No. 7862, katanya: sanadnya SHAHIH. Imam Al Haitsami mengatakan: diriwayatkan oleh Ahmad dan anaknya dari berbagai jalur dan perawi dari Ahmad adalah shahih, Majma' Az Zawaid 10/220. Darul Kutub Al Ilmiyah)

Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا لِغَيْرِ اللَّهِ أَوْ أَرَادَ بِهِ غَيْرَ اللَّهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk selain Allah atau dia maksudkan dengannya selain Allah, maka disediakan baginya kursi di neraka.

(HR. At Tirmidzi No. 2655, katanya: hasan)

🔹5. Mengungkit Sedekah dan Menyakiti Penerimanya

Mengungkit Sedekah kepada seseorang atau lembaga, masjid, yayasan, untuk menunjukkan jasa kepada penerimanya, ada salah satu penghapus amal Shalih. Apalagi, jika dilakukan sambil menyakiti penerimanya; baik dengan menghina, memposisikan ketinggian diri dan kerendahan mereka, maka ini lebih buruk lagi.

Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima).
(QS. Al-Baqarah: 264)

Imam Abul Faraj bin Al Jauzi Rahimahullah berkata:

قوله تعالى: لا تُبْطِلُوا صَدَقاتِكُمْ، أي: لا تبطلوا ثوابها، كما تبطل ثواب صدقة المرائي

Firman Allah Ta'ala (Janganlah kamu merusak sedekahmu) yaitu jangan batalkan pahalanya, seperti batalnya  pahala orang-orang yang riya'.

(Zaadul Masiir, 1/239)

Ada pun yang dimaksud "dengan menyebut-nyebut atau mengungkit" adalah:

أراد بالمن الإنعام. وأما الوجه المذموم، فهو أن يقال: منّ فلان على فلان، إذا استعظم ما أعطاه، وافتخر بذلك

Maksud "dengan menyebut-nyebut"  yaitu mengungkit pemberian. Ada pun dengan cara yang buruk, yaitu dikatakan:  Si Fulan telah memberikan kepada si Fulan, jika dibesar-besarkan dan membanggakan pemberian itu.

(Ibid, 1/239)

Ada pun makna "menyakiti" :

وفي الأذى قولان: أحدهما: أنه مواجهة الفقير بما يؤذيه، مثل أن يقول له: أنت أبداً فقير، وقد بليت بك، وأراحني الله منك. والثاني: أنه يخبر بإحسانه إلى الفقير، من يكره الفقير إطلاعه على ذلك، وكلا القولين يؤذي الفقير وليس من صفة المخلصين في الصدقة

Ada dua makna:

1). Menatap si  fakir dengan cara yang menyakitinya, semisal perkataan: "Ente fakir terus-terusan! Ente telah dikasih bencana, ane Allah lapangkan melalui ente!"

2). Dia menceritakan kebaikannya kepada orang fakir itu, di mana orang fakir itu tidak suka mendengarnya.

Kedua perkataan ini menyakiti orang fakir dan bukan sifat orang yang Mukhlis dalam sedekah. (Ibid)

Ada pun menceritakan amal Shalih, termasuk sedekah, jika diperlukan untuk menceritakan, tanpa maksud berbangga tanpae menyakiti penerimanya tidaklah termasuk pembahasan ini.

Seperti karyawan yang melaporkan pekerjannya kepada atasannya, seorang siswa melaporkan PRnya kepada guru, pelamar kerja menulis CV tentang apa yang pernah dia lakukan, .. semua ini tuntutan profesionalitas, tidak masalah.

🔹6. Menyakiti Manusia Dengan Lisan, Tangan, dan Memakan Harta Saudaranya Tanpa Hak

Yaitu lisan yang menuduh saudaranya tanpa bukti, memaki dan mencela, menyakiti fisiknya tanpa hak, dan memakan harta yang bukan haknya.


Nabi ﷺ menyebut orang seperti ini muflis (bangkrut), karena shalat, puasa, dan zakatnya terhapus dan pindah kepada yang menjadi korbannya.

Nabi ﷺ bertanya:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?”

Para sahabat menjawab,

 "Muflis  itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.”

 Tetapi Nabi ﷺ berkata : “Muflis   dari umatku ialah, orang  yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci ini,  menuduh orang lain (tanpa hak), makan harta si anu, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang  yang menjadi korbannya  akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka (korban) akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.”

(HR. Muslim No. 2581)

Imam Al Maziriy Rahimahullah berkata:

وَزَعَمَ بَعْضُ الْمُبْتَدِعَةِ أَنَّ هَذَا الْحَدِيثَ مُعَارِضٌ لِقَوْلِهِ تعالى ولا تزر وازرة وزر أخرى وَهَذَا الِاعْتِرَاضُ غَلَطٌ مِنْهُ وَجَهَالَةٌ بَيِّنَةٌ لِأَنَّهُ إِنَّمَا عُوقِبَ بِفِعْلِهِ وَوِزْرِهِ وَظُلْمِهِ فَتَوَجَّهَتْ عَلَيْهِ حُقُوقٌ لِغُرَمَائِهِ فَدُفِعَتْ إِلَيْهِمْ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَلَمَّا فَرَغَتْ وَبَقِيَتْ بَقِيَّةٌ قُوبِلَتْ عَلَى حَسَبِ مَا اقْتَضَتْهُ حِكْمَةُ اللَّهِ تَعَالَى فِي خَلْقِهِ وَعَدْلِهِ فِي عِبَادِهِ فَأُخِذَ قَدْرُهَا مِنْ سَيِّئَاتِ خُصُومِهِ فَوُضِعَ عَلَيْهِ فَعُوقِبَ بِهِ فِي النَّارِ

Sebagian pelaku bid'ah menyangka bahwa hadits ini bertentangan dengan ayat: "Seorang yang berdosa tidak menanggung dosa orang lain", ini merupakan persangkaan yang keliru dan kebodohan yang begitu jelas. Sesungguhnya dia dihukum karena perbuatan, dosanya,  dan kezalimannya sendiri, maka dia mempertanggungjawabkannya atas orang yang pernah menjadi korban kejahatannya dengan mengembalikan haknya, maka kebaikan-kebaikan dirinya diperuntukan untuk mereka, jika sudah habis maka keburukan mereka yang akan dipindahkan kepada dia sesuai kadarnya, lalu dia dimasukan ke dalam neraka. Ini merupakan kebijaksanaan Allah atas makhlukNya dan  keadilanNya pada hambaNya.

(Syarh Shahih Muslim, 6/103)

Demikian. Wallahu a'lam


✔Farid Nu'man Hasan


🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
        💎TaNYa JaWaB💎

0⃣1⃣ Serra
Assalamualaikum,

Apakah dengan kehati- hatian bisa membuat terhapus amalannya? Karena terkadang terlalu hati-hati!

 Terima kasih.

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Afwan, ini maksudnya kehati-hatian bagaimana ..?

🌴Ya melakukan yang di jelaskan ustadz dengan hati-hati.
6 point yang ustadz jelaskan maksudnya.

🌸6 hal itu justru jangan dilakukan tapi dihindari ..

🌴Jika Kita sudah menghindari tapi Kita terjebak dengan  situasi orang yang  misal Kita butuh pertolongan sekali pertolongan tapi resikonya akan di ungkit-ungkit . Lalu bagaimana ustadz?

🌸Afwan .. ini maksudnya mengungkit-ungkit sedekah?

🌴Iya

🌸Kalau yang ungkit amal kita adalah orang lain, bukan kita yang ungkit,  maka tidak apa-apa ..

Yang tidak boleh kita ungkit tanpa sebab dan hajat, hanya untuk berbangga.

Mengungkit jika ada sebab boleh, seperti seorang karyawan menceritakan hasil kerjanya ke atasan karena memang dituntut untuk itu.

Siswa menyampaikan hasil pekerjaan rumahnya ke gurunya.

Atau mengungkit untuk mendidik seperti Nabi ﷺ menceritakan tentang istighfarnya sehari 100 kali, dalam hadits Shahih Muslim.

Wallahu a'lam

0⃣2⃣ Eriska
Assalamu'alaikum ustadz

Apakah sikap liberal dalam agama bisa membawa kearah kemusryikan?

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Liberal dalam arti bebas tanpa batas, tidak mau tunduk dengan aturan Islam, menabrak halal haram, mengubah hukum Allah .. jelas itu kekafiran.
Misal menghalalkan zina, khamr, dan keharaman yang telah pasti dalam agama. Ini dinyatakan kekafirannya sebagaimana dikatakan Syaikh Abu Bakar bin Jabir Al Jazairiy dalam Minhajul Muslim.

Wallahu a'lam

0⃣3⃣ Kiki
Assalamualaikum ustadz,

Apakah dosa-dosa kecil bisa menghapus amal shalih?

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Tergantung jenis dosanya yang disebabkan apa dulu, sebab tidak semua  kesalahan lantas terhapusnya shalih.

Kemudian, jika dosa kecil tapi dijadikan kebiasaan atau diremehkan maka menjadi besar. Itu akan mengalahkan berat amal shalih.

Tapi kebalikannya, amal Shalih bisa menghapuskan dosa kecil, yaitu dengan istighfar, shaum, shalat, sedekah.

Nabi Nabi ﷺ bersabda:

واتبع السيئة الحسنة تمحها

Ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya perbuatan buruk itu terhapus.  (HR. At Tirmidzi)

Wallahu a'lam

0⃣4⃣ Ummu umar
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuuh ustadz

Jika beramal kebaikan tapi  masih suka menyebarkan kejelekan orang lain ... Apakah ini termasuk penghapus amal kebaikan ustadz?

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Ya, itu ada di poin 6.

Wallahu a'lam

0⃣5⃣ Saptawati
Ustadz apakah jika kita tidak bertegur sapa juga dapat menghapus amalan kita? Terkadang diamnya kita itu yang terbaik, untuk menghindari masalah.

🌸Jawab:
Tergantung apa latar belakangnya ..

~ Tidak tegur sapa, semata-mata benci tanpa sebab atau sebabnya tidak syar'i, lalu memboikot dia, maka ini tidak diterima shalatnya.

Nabi ﷺ menyebut tentang orang yang tidak diterima shalatnya .. salah satu nya:

Akhawan mutashaarimaan - dua orang bersaudara yang memutuskan silaturahim.

Mutashariman artinya mutaqathi'an dan muhajiran, yaitu putus hubungan dan mendiamkannya.

~ Tidak tegur sapa karena untuk memberikan pelajaran atas kesalahan dia .. ini boleh. Sebagaimana Nabi ﷺ mendiamkan 3 sahabatnya selama 50 hari, yang tidak ikut perang Tabuk.

Wallahu a'lam

🌴Bukan ustadz tapi, saudara hasad dengan saya, selalu saja ada masalah, dan saya selalu mengalah.

Jadi agar tidak konflik, saya diam. Tapi jika ada pertemuan saya yang bersikap wajar dan biasa, tapi saudara saya cuek saja.

Apakah ini di anggap memutuskan tali silaturahmi juga ustadz.
Hati kecil saya membrontak, tapi saudara saya tidak pernah berubah.

🌸Diam untuk menghindari bahaya tidak apa-apa.

0⃣6⃣ Aisyah
Assalamualaikum ustadz

Apakah yang dimaksud dengan memakan harta saudaranya tanpa hak?
Mohon penjelasannya.

🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh ..

Maksudnya tanpa izin dan ridhanya ..

Wallahu a'lam

0⃣7⃣ Wida
Ustadz, kalau kita mengadakan bakti sosial dan dokumentasinya kita share.. apa termasuk riya'?

🌸 Jawab:

Kaidah fiqih:

الامور بمقاصدها

Menilai perbuatan itu tergantung maksudnya

Maka, jika dia niatnya pamer, maka itu riya'.
Jika itu laporan semata, tuntutan profesionalitas kerja di organisasi yang mesti dipertanggungjawabkan, maka tidak apa-apa.

Wallahu a'lam

0⃣8⃣ Vita
Assalamu'alaikum ustadz,

Ketika kita bersedekah lalu dalam hati rasa mempunyai jasa pada si penerima, apakah sedekah kita diterima....?

🌸 Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah ..

Jika masih dihati, belum sampai terungkit secara lisan, maka itu belum termasuk. Tapi, tetap hati-hati sebab itu bisa menjadi pinta awal terbukanya mengungkit secara lisan. Alihkan saja.

Wallahu a'lam

0⃣9⃣ Fitri
Bagaimana hukumnya apabila kita ada di suatu ta'lim tapi beberapa jamaahnya kurang memperhatikan bacaan al qur'annya saat tilawah berlangsung.

Saya mau bantu memperbaiki sebisa saya tapi saya posisinya baru dan usianya paling muda sehingga takutnya ada yang menganggap saya riya atau anggapan-angapan lainnya.

Karena hal itu saya jadi serba salah kalau ikut ta'lim itu lagi saya takut dosa karena sudah tahu hukumnya tapi kalau coba memperbaiki takut anggapannya salah.

Yang saya tanyakan apa yang harus saya lakukan pak ustadz karena saya takut dosa?

Jazakumullah khoiron katsiron.

🌸Jawab:
Kesalahan bacaan Al Qur'an bagi yg masih belajar di majelis-majelis pembelajaran bisa dimaklumi dan dimaafkan. Tugas kita yang berada di situ, yang menyimak bacaannya adalah membetulkannya. Jika kondisinya belum memungkinkan, karena khawatir membuat gaduh dan fitnah, bisa tunda sebentar sampai waktunya pas.

Mungkin, bangun keakraban dulu, agar rasa sungkan itu hilang.

Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar