Minggu, 26 November 2017
Menjadikan Ramadhan Setiap Hari
OLeh : Ustadz Ruly W. El Hamasyi
Assalamu'alaikum wr.wb.
“Allahu Rabbi. Hilal kian beranjak. Sabit berganti Separuh bulan. Lalu bergeser menjadi Purnama. Dan sampai pada Ijtima’. Allah… Ramadhan-Mu berlalu pergi. Ampuni hamba, tetapkan pahala dan ridho untuk hamba. Allahumma innaka ‘afuwun, tuhibbul ‘afwa fa’fuanna”.
Tiba-tiba keharuan menyentak di kalbu.
Ada gurat kesedihan yang begitu kental dirasakan para sahabat tepat di saat berlalunya bulan mulia Ramadhan.
Ayyuhal Akhwati Fillah adakah Kesedihan yang serupa kita Rasakan....???
DariJabir radhiallahu‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Jika malam Ramadhan berakhir, seluruh makhluk-makhluk besar, di segenap langit dan bumi, beserta malaikat ikut menangis. Mereka bersedih karena bencana yang menimpa umat Muhammad saw. Para sahabat bertanya, ‘bencana apakah ya Rasul?’ Jawab Nabi, ‘Kepergian bulan Ramadhan.’ Sebab di dalam bulan Ramadhan segala doa terkabulkan. Semua sedekah diterima. Dan amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, penyiksaan sementara di hapuskan.”
Ada nilai penting yang bisa kita petik dari hadist diatas sebagai bahan muhassabah;
Adakah kita pernah berhenti sejenak untuk merenungkan betapa bulan kemuliaan itu telah berlalu pergi?
Apakah kita merasakan kehilangan yang teramat dalam atas berlalunya karunia Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan ampunan?
Atau pernahkah kita menelisik ke dalam diri akan sabda Rasul, tentang celakanya orang yang melalui Ramadhan namun masih belum memperoleh ampunan?
“Ba’udaman adraka ramadhaana fa lam yughfarlahu. Celakalah seorang yang memasuki bulan Ramadhan namun dia tidak diampuni” (HR. Hakim dan Thabrani)
Wahai Akhwati fillah Hafizahullah
Hal inilah kemudian mengundang rasa Khauf dan Roja’ para sahabat dan orang-orang shalih di tengah kepergian Ramadhan.
Rasa Khauf itu muncul, karena mereka takut sekiranya menjadi orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan, padahal Ramadhan telah pergi.
Sedang jenak kesedihan melalui Roja’ muncul dari kerinduan yang amat sangat dengan Ramadhan yang akan datang.
Maka mereka, para generasi terbaik umat ini menangis, meluapkan ketakutan sekaligus harapan kepada Allah seraya bermunajat agar amal-amalnya diterima.
“Wahai Rabb kami, terimalah puasa kami, shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Inilah Do'a para Salafus Sholeh yang selalu mereka kumandangkan.
Tidak sampai disitu. Para sahabat dan orang-orang shalih tidak hanya berdoa di akhir Ramadhan.
🌿🌷🌿
Mereka meratapi kepergian Ramadhan dengan keimanan di dada.
Bahkan, konon, rasa Khauf dan Roja’ membuat mereka berdoa selama enam bulan agar amal-amal mereka di bulan Ramadhan diterima Allah SWT.
Lalu enam bulan setelahnya mereka berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya.
Ayyuhal Akhwati Fillah
Pertanyaannya kepada kita,, Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita seperti mereka-mereka yang terdahulu, yang meratapi kepergian ramadhan dengan keimanan di dada?
Atau adakah kita seperti sahabat nabi yang menangis siang dan malam karena kuatir Ramadhan yang telah dilalui tidak memberi makna pada diri?
Atau pernakah terlintas bagaimana jika seandainya Ramadhan kemarin adalah Ramadhan yang terakhir buat kita?
Allahu Rabbi. Hilal kian beranjak. Sabit berganti Separuh bulan. Lalu bergeser menjadi Purnama. Dan sampai pada Ijtima’. Allah… Ramadhan-Mu berlalu pergi. Ampuni hamba, tetapkan pahala dan ridho untuk hamba. Allahumma innaka ‘afuwun, tuhibbul ‘afwa fa’fuanna.
Terima kasih ya Allah atas nikmat Ramadhan yang telah Engkau beri pada kami.
Selepas Ramadhan ini, perkenankan kiranya Kau jadikan kami bagian dari hamba-Mu, yang menyelesaikan buku kehidupannya dengan baik.
Yang senantiasa menjaga sikap Khauf dan Roja pada-Mu.
Yang senantiasa menjadi hamba Rabbaniyun, yang Istiqamah beramal shalih.
Bukan hamba Ramadhaniyun— yang baik amalnya hanya pada bulan Ramadhan.
🌿🌷🌿
Ciri orang yang Istiqimah adalah :
أن معاودة الصيام بعد صيام رمضان علامة على قبول صوم رمضان فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم : ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة و عدم قبولها
“Kembali lagi melakukan puasa setelah puasa Ramadhan, itu tanda diterimanya amalan puasa Ramadhan. Karena Allah jika menerima amalan seorang hamba, Allah akan memberi taufik untuk melakukan amalan shalih setelah itu. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama, ‘Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.’ Oleh karena itu, siapa yang melakukan kebaikan lantas diikuti dengan kebaikan selanjutnya, maka itu tanda amalan kebaikan yang pertama diterima.
Sedangkan yang melakukan kebaikan lantas setelahnya malah ada kejelekan, maka itu tanda tertolaknya kebaikan tersebut dan tanda tidak diterimanya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 388)
Adakah kita seperti ini...?
Salah satu pelajaran yang bisa kita petik adalah dari perkataan,
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
Atau perkataan yang lainnya yang diutarakan oleh Ibnu Katsir ketika membahas tafsir surat Al-Lail,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 7: 583).
Na'udzubillahimindzalik
Berarti tanda amalan Ramadhan kita diterima adalah menjadi lebih baik selepas Ramadhan atau minimal menjaga kebaikan yang telah ada.
Contoh kebaikan yang dilakukan setelah Ramadhan adalah puasa Syawal. Tanda amalan kita di bulan Ramadhan tidak diterima adalah setelah Ramadhan tidak lagi ada kebaikan, bahkan sampai meninggalkan kewajiban seperti kewajiban shalat lima waktu
Na'udzubillahimindzalik
Terima kasih ya Allah atas nikmat Ramadhan yang telah Engkau beri pada kami.
🌿🌷🌿
Selepas Ramadhan ini, perkenankan kiranya Kau jadikan kami bagian dari hamba-Mu, yang menyelesaikan buku kehidupannya dengan baik.
Allah, kepada-Mu kutitipkan setangkup khauf dan roja’ ini bersama air mata yang menitik perlahan. Dengan segala kerendahan hati pertemukan kami kembali dengan Ramadhan-Mu yang akan datang.
Aamiin
Demikianlah kajian kita pada malam ini....
Semoga menjadi penyebab penambah kebaikan kita...
الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
“Kebenaran itu datang dari Rabb mu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu.” (Q.S Al-Baqarah : 147)
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Nitnit
Bagaimana cara atau tips dan trik kita supaya tetap menjaga keistiqomahan kita dibulan-bulan kedepan.... Karenakan iman seseorang itu kadang naik kadang turun..
🔷 Jawab:
"Al Imaanu Yaziid wa Yankusuu"
Iman itu naik ketika sedang beribadah dan Taat pada ALLAH
Sebaliknya Turun ketika bermaksiat pada ALLAH..
Lakukan Amalan sedikit asal Rutin.
0⃣2⃣ Arni
Assalamu'alaikum ustadz
Sebagaimana telah dipaparkan ustadz tentang Atau pernahkah kita menelisik ke dalam diri akan sabda Rasul, tentang celakanya orang yang melalui Ramadhan namun masih belum memperoleh ampunan?
Bagaimana dan apa yang harusnya menjadi sulutan semangat istiqomah untuk menyambut Ramadhan selanjutnya agar tidak salah langkah lagi didalamnya ustadz?
Afwan agak bingung pertanyaanya.
🔷 Jawab:
Membaca lagi sejarah para Salafus Shalih yang menghadapi situasi setelah Ramadhan dan tetap istiqomah dengan ibadah dan amalan sedikit asal Rutin.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘
Fashbir Shobrun Jamila
Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang baik.
(Al Ma'arij : 5)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar