Selasa, 15 September 2020
HIDUP DIBAWAH NAUNGAN IMAN
OLeH : Ustadz Farid Nu'man Hasan
💎M a T e R i💎
Assalamualaikum wa Rahmatullah wa Barakatuh
🌷Fi Zhilalil Iman
(Di bawah Naungan Iman)
◼️1. Makna Iman
Secara bahasa, Iman diambil dari kata Al Amnu yg berarti AMAN, lawan kata dari KHAUF (TAKUT).
(Fairuzzabadi, Al Qamus Al Muhith, Mufradat, Hal.1518)
Dalam Al Quran, Allah Ta'ala berfirman:
ٱلَّذِيٓ أَطۡعَمَهُم مِّن جُوعٖ وَءَامَنَهُم مِّنۡ خَوۡفِۭ
(Dia) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.
(QS. Quraisy, Ayat 4)
Adapun secara istilah, maknanya:
الإيمان اصطلاحًا فقد اختلف فيه العلماء على قولين؛ فمنهم من قال أنّ الإيمان تصديق بالقلب، وإقرار باللسان، وعمل بالجوارح، فتدخل فيه الأعمال الظاهرة كالصّلاة والصوم والزكاة وغيرها، وقال غيرهم أنّ الإيمان تصديق بالقلب، وإقرار باللسان، فلا يدخل فيه العمل بالجوارح، ولكنّ أصحاب هذا القول قالوا بأن كلّ ما صح عن الرسول -صلّى الله عليه وسلّم- من الأوامر والنواهي والبيان، حقٌ وواجب على المؤمنين، الذين اكتسبوا هذا الاسم بالتصديق والإقرار
Secara istilah, para ulama berbeda pendapat menjadi dua bagian: Pertama. Pihak yang mengatakan iman itu pembenaran dihati, pengakuan di lisan, dan perbuatan anggota badan. Maka termasuk di dalamnya amal zhahir seperti shalat, shaum, zakat, dan lainnya. Kedua. Pihak lain mengatakan bahwa iman itu pembenaran di hati, pengakuan di lisan, tapi amal badan tidak masuk di dalamnya, tapi pihak ini mengatakan bahwa semua perintah dan larangan yang shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah wajib bagi orang-orang beriman untuk mentaatinya, mereka melaksanakan nama ini dengan pembenaran dan pengakuan.
(Syaikh Muhammad Nu’aim Yasin, Al Iman, Hal. 85-86)
Pemahaman pertama itulah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Imam itu keyakinan dihati, pengakuan di lisan, dan dibuktikan dalam perbuatan. Tidak dibenarkan menghilangkan salah satunya.
◼️2. Iman Itu Memuliakan
Kemuliaan manusia bukanlah dari kecantikan, warna kulit, jabatan, kekayaan, pangkat,... Tapi karena imannya.
Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُوْلَٰٓئِكَ هُمۡ خَيۡرُ ٱلۡبَرِيَّةِ
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
(QS. Al-Bayyinah, Ayat 7)
Jadi, bukan sekedar sebaik-baiknya manusia. Tapi sebaik-baiknya makhluk.
Imam Ibnu Katsir mengatakan:
وقد استدل بهذه الاَية أبو هريرة وطائفة من العلماء على تفضيل المؤمنين من البرية على الملائكة لقوله: { أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ }
Abu Hurairah dan segolongan ulama berdalil dengan ayat ini bahwa manusia yang beriman Lebih utama dibanding malaikat, karena Allah Ta'ala berfirman : mereka adalah sebaik-baiknya makhluk.
(Tafsir Ibnu Katsir, 8/458)
◼️3. Iman Itu Menyelamatkan
Imanlah yang menyelamatkan manusia dari api neraka.
Allah Ta'ala berfirman:
جَزَآؤُهُمۡ عِندَ رَبِّهِمۡ جَنَّٰتُ عَدۡنٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ لِمَنۡ خَشِيَ رَبَّهُۥ
Balasan mereka (orang beriman dan beramal shalih) di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
(QS. Al-Bayyinah, Ayat 8)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini yang mendengarku, baik seorang Yahudi atau Nashrani, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman terhadap risalahku ini; melainkan ia menjadi penghuni neraka.”
(HR. Muslim no. 153)
◼️4. Iman Itu Bukan Hanya Hura-hura Spiritualitas
Banyak orang sudah merasa "beriman" karena bagus shalat wajibnya, tilawah, dhuha, tahajud, dan ibadah ritual lainnya. Ini benar. Tapi, refleksi iman bukan hanya itu.
Iman juga berdampak pada:
√ Berkata yang benar atau diam.
√ Memuliakan tetangga.
√ Memuliakan tamu.
√ Menepati janji.
√ Menjaga amanah.
√ Menjaga kesucian, dan lain-lain.
◼️5. Merasakan Manisnya Iman
Manisnya iman bisa dirasakan oleh hal-hal berikut:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Ada 3 hal yang jika memilikinya maka seseorang dapat merasakan manisnya iman:
1) Mencintai Alloh ﷻ dan Rasul-Nya di atas segalanya.
2) Mencintai saudaranya (sesama muslim) karena Alloh ﷻ.
3) Benci kembali menjadi kafir sebagaimana dia benci dilempar ke neraka.
(HR. Bukhari no. 16)
◼️6. Menjaga Atmosfir Iman
Iman itu naik turun. Naik karena amal shalih, turun karena maksiat. Maka ada beberapa cara supaya iman kita tetap stabil.
Di antaranya:
1) Berkumpul dengan orang atau lingkungan shalih. Agar ada pengaruh dalam diri kita, sebab manusia akan diwarnai oleh lingkungannya.
2) Memiliki guru, agar kita memiliki orang yang senantiasa mengontrol, menasihati, dan mengingatkan.
3) Manhaj Tarbiyah Dzatiyah (tilawah, istighfar, dzikir harian, hadir kajian pekanan, membaca buku keislaman, muhasabah).
4) Minta kepada Alloh ﷻ, berdoa untuk istiqamah.
Demikian. Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0️⃣1️⃣ Ruri ~ Lumajang
Ustadz saya punya tetangga bergelar haji dan hajah tetapi maaf ustadz beliau kepada tetangga kurang baik (kalau menurut saya). Tidak pernah mau bertegur sapa, awalnya saya kira hanya kepada yang bukan mahram saja tetapi kemudian saya rasa istrinya pun tidak pernah menyapa kepada ibu-ibu yang lain meskipun berpapasan di jalan, kalau kita tetangga ada perlu dan datang ke rumahnya bahkan sudah mencet bel, sudah salam 3x tidak mau keluar padahal pintu rumah terbuka. Jadi apakah dari hal yang nampak seperti ini kita manusia bisa mengukur kadar keimanan seseorang?
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahi,
Hablumminallah bagus tapi buruk habluminanaas. Ini tidak sempurna, bahkan Rasulullah ﷺ menyebut neraka kepada orang yang bagus ibadah ritualnya tapi akhlaknya buruk kepada tetangganya.
Wallahu A’lam
🔹Lalu kita sebagai tetangga menghadapi tetangga seperti ini bagaimana ustadz?
🌸Kita tetap berbuat baik dengan siapapun termasuk tetangga yang cuek, tidak membalas keburukan dengan keburukan.
Wallahu A’lam
0️⃣2️⃣ Yuli ~ Jombang
Assalamualaikum ustadz.
Iman adalah amalan hati, lisan dan perbuatan.
Bagaimana jika kita sudah berbuat (sholat, zakat, puasa dan lain-lain) mengucapkan dengan lisan bahwa kita beriman, tetapi hati kadang belum mantap, mempertanyakan ketentuan Alloh ﷻ terutama saat menghadapi masalah, apakah berarti iman kita belum sempurna?
Terimakasih ustadz
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh,
Kesempurnaan iman tentu dilihat dari banyak sisi. Bukan hanya sisi ibadah badaniyah seperti shalat, haji, dan lain-lain. Tapi, harus dibarengi oleh keyakinan hati, diantaranya iman kepada qadha dan qadar.
Kita ikhlas, berbaik sangka, dengan ketentuan Alloh ﷻ terhadap kita baik senang, susah. Sebab, pada hakikatnya hikmah dari semua peristiwa itu baik, walau dibalik musibah. Baik menurut kita, ternyata buruk diujungnya. Buruk menurut kita, ternyata baik diujungnya. Maka, poleslah dengan kesabaran agar bisa merasakan manisnya iman kepada qadha dan qadar.
Wallahu A’lam
0️⃣3️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Assalamualaikum...
Kalau ada tetangga kita yang usil dan selalu buat masalah dan kita kadang-kadang ikut-ikut sebel karena terganggu dengan tetangga tersebut. Apakah itu termasuk kurang iman ustadz?
Syukron
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Sebel dengan tetangga yang memang buruk, itu wajar, apalagi jika keburukan itu berupa pelanggaran dia terhadap syariat, mengganggu tetangga lain, dan sebagainya.
Tetangga yang buruk itulah yang ada masalah dengan keimanannya, karena Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengatakan:
والله لا يؤمن، والله لا يؤمن، والله لا يؤمن، قيل: من يا رسول الله؟ قال: الذي لا يأمن جاره بوائقه. متفق عليه.
"Demi Allah, TIDAK BERIMAN, Demi Allah TIDAK BERIMAN," lalu ditanya: "Siapa wahai Rasulullah?" Beliau bersabda: "Orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud "tidak beriman," adalah tidak sempurna imannya.
Wallahu A’lam
0️⃣4️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz,
Kalau kita sudah memaafkan orang dan kita berdoa sama Alloh ﷻ semoga Alloh ﷻ juga memaafkan, tapi rasa kecewa itu masih ada dan belum lupain, jika seperti ini harus bagaimana ustadz kenapa dengan iman fitri ustadz?
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh,
Jika kita sudah memaafkan, lapang dada, ikhlaskan. Maka disisi Alloh ﷻ sudah selesai. Adapun jika masih ada sisa atau bekas-bekasnya, maka itu biasanya akan hilang seiring berjalannya waktu.
Wallahu A’lam
0️⃣5️⃣ Dina ~ Masohi
Assalamualaikum Ustadz,
Kan ciri iman salah satunya memuliakan tamu. Kalau ada orang yang bertamu di jam yang dilarang untuk bertamu (diatas jam 9 malam), bagaimana kita menyikapinya Ustadz? Kadang jadi bingung.
🌸Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Kita tetap memuliakannya, dia tetap bersalah atas hal itu. Kecuali ada hal mendesak yang memang dia harus bertamu jam segitu.
Wallahu A’lam
0️⃣6️⃣ Yeni ~ Semarang
Untuk menjaga atmosfir Iman, diantaranya kita memiliki guru dan berkumpul dengan teman yang baik atau dengan kata lain kita ikut kajian rutin. Apakah jika kita belum mengikuti kajian-kajian rutin berarti belum sempurna Iman kita?
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim
Itu sarana saja, untuk menjaga keimanan. Kesempurnaan iman bukan ditentukan oleh itu, tapi pembuktian atas tiga unsur penting: pembenaran dihati, pernyataan dilisan, dan bukti dalam perbuatan.
Wallahu A’lam
0️⃣7️⃣ Emi ~ Bekasi
Apakah keimanan yang sedang turun ada kaitannya dengan makanan yang masuk ke tubuh kita. Misalnya makanan itu dari rejeki yang samar kehalalannya?
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim
Ya, khususnya jika itu disengaja padahal dia tahu itu haram. Para salafush shalih, jika mereka habis bermaksiat meraka bisa merasakan dampaknya dalam banyak hal, seperti dari sikap istri yang berubah, hewan ternak mereka yang tidak lancar susunya, dan lain-lain.
Wallahu A’lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar