Selasa, 29 September 2020
ANAK GOOD LOOKING
OLeH : Bunda Rizki Ika Sahana
💎M a T e R i💎
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
🌸ANAK GOOD LOOKING
Nyaris semua emak di dunia yang cerdas sekaligus beriman, pasti menginginkan anak Good Looking.
Nyaris semua muslimah shalihah, juga pasti mendamba laki-laki Good Looking sebagai qawwam (pemimpin) dalam rumah tangganya nanti.
Berarti kita satu persepsi ya soal Good Looking ini.
Tentu, Good Looking nya tidak hanya dalam soalan fisik ya, tapi juga dalam perkara pemikiran dan perilaku.
Dan fisik GOOD yang saya maksud bukan yang ganteng kebangetan dengan kulit putih, hidung mancung, perawakan tinggi rupawan.
Karena Allah ﷻ sendiri dalam Al Qur'an menyatakan bahwa Dia menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk, artinya semua manusia sesungguhnya Good Looking dari sisi fisik pemberian Allah ﷻ.
Kitanya saja yang suka insecure (khawatir) sendiri. Karena di alam yang serba materialistik hari ini memang sengaja ditanamkan dalam benak bahwa yang Good Looking itu kriterianya begini dan begitu..
Dalam rangka apa? Untuk kepentingan industri kosmetik, alat peninggi badan, dan seterusnya.
Balik lagi ya, Bunda dan muslimah shalihah semua, ke pembahasan Good Looking yang lagi trending.
Nah, yang menjadi tanda tanya besar, Good Looking dalam konteks di atas yakni mereka yang hafidz Al Qur'an, menguasai bahasa Arab dengan baik, mampu menjadi imam dan pengurus masjid, senang mengajak teman-temannya kepada kebaikan (Islam), juga mengundang simpatik masyarakat karena akhlaknya yang mulia, ternyata diujar oleh Menteri Agama sebagai benih-benih radikalisme.
Wajar jika pernyataan Menteri Agama ini kemudian menjadi polemik besar di tengah masyarakat. Kaum Muslim tentu saja menolak tudingan yang tidak-tidak bahkan tanpa dasar tersebut.
Pasalnya istilah radikal dan isu radikalisme sendiri bukan berasal dari Islam, namun berasal dari Barat.
Barat menyematkan istilah tersebut kepada orang-orang atau kelompok-kelompok tertentu yang dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Barat. Barat merasa perlu menggunakan isu radikalisme untuk menghadang laju kebangkitan Islam melalui orang-orang atau kelompok-kelompok atau jamaah-jamaah dakwah yang dianggap menentang kebijakan Barat yang kapitalistik lagi zalim.
Seperti menentang penjajahan Israel atas Palestina, menentang penindasan terhadap Muslim Uighur, menentang kebijakan liberalisasi atas aset-aset kekayaan alam negeri-negeri Muslim dan seterusnya.
Jika kemudian ada yang menggunakan istilah yang sama (radikal) untuk menuding seorang Muslim (yang bahkan memiliki pemahaman agama di atas rata-rata), maka publik layak curiga, statemen tersebut ditunggangi kepentingan Barat.
Terlebih, hari ini, ada banyak sekali persoalan yang jauh lebih membutuhkan perhatian : narkoba, seks bebas, hutang luar negeri berbasis riba yang terus meroket, korupsi, kemiskinan, PHK, perceraian, pendidikan. Ketimbang mempersoalkan anak-anak Good Looking yang sama sekali tidak merugikan negara sepeser pun, bahkan membantu negara ini membina generasi mudanya agar bertakwa.
🌸🌷🌸
Jadi pernyataan anak good looking dikaitkan dengan radikalisme sungguh irrelevant, tidak relevan, tidak ada hubungannya dengan problem yang dihadapi bangsa ini.
Mengkait-kaitkan atau menghubung-hubungkan antara generasi Good Looking dengan radikalisme sesungguhnya adalah upaya kampanye Islamphobia, yakni menakut-nakuti umat dengan agamanya sendiri, menjauhkan umat dari Islam sebagai agama yang membawa rahmat.
Dan lihatlah, para pemuda Good Looking hasil binaan Rasulullah ﷺ. Pemuda-pemuda yang sangat mencintai Allah ﷻ dan Rasul-Nya melebihi kecintaanya pada diri, harta, juga seluruh dunia.
Mush'ab Bin Umair, Bilal Bin Rabah, Amar bin Yasir, Ali bin Abi Thalib adalah sosok-sosok pemuda yang cerdas, agung, tangguh, lagi berakhlaq mulia. Sosok pemuda pembela Islam yang dengan pembelaan dan perjuangan mereka, hari ini Islam tersebar hampir di seluruh penjuru dunia. Sementara apa yang dibawa oleh Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Sebagaimana yang di sebutkan langsung oleh Allah ﷻ dalam Al Qur'an Surat Al Anbiya' 107. Hakikatnya Islam membawa kemashlahatan.
Justru ketika Islam dicampakkan dari kehidupan, krisis multidimensi tidak terhindarkan lagi.
Inilah sebenarnya yang ditakutkan oleh orang-orang kafir Barat. Ketika para pemuda menjadi pecinta dan pembela agamanya, yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya Islam sebagai sistem kehidupan.
So, menjadi Good Looking sebagaimana yang dikehendaki Allah ﷻ dan Rasul-Nya sesungguhnya akan mengantarkan kepada kemuliaan di dunia dan jannah-Nya kelak di akhirat..
Pilihan ada di tangan kita, menempa diri menjadi pribadi shalihah yang Good Looking agar layak mendapatkan anak-anak yang Good Looking dan suami shalih yang Good Looking pula (bagi yang belum menikah). Atau, kita mengiyakan narasi yang sedang diopinikan oleh Barat dan para supporternya.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0️⃣1️⃣ Erni ~ Jogja
Assalamualaikum Ustadzah.
1. Bagaimana caranya menyelami kedalaman hati anak yang nampak tenang di luar, namun penuh gejolak dalam hatinya agar tidak salah dalam menentukan arah pembicaraan dengan anak-anak?
2. Bagaimana caranya membedakan esensi ilmu parenting yang hanya artifisial (serasa parenting tapi bukan parenting) dengan parenting yang benar-benar mendidik orang tua yang layak menjadi tauladan bagi anak-anak Good Looking?
Mohon pencerahan.
🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh..
Baik Bunda Erni shalihah, saya coba menjawab yaa..
1. Sebagaimana orang dewasa, Allah ﷻ juga mengkaruniai anak-anak naluri, yang dengannya anak-anak memiliki emosi. Naluri tersebut adalah:
▪️ Gharizah baqa (naluri mempertahankan diri) yang penampakannya adalah sikap egosentris, ingin diakui eksistensinya, ingin dihargai, ingin dihormati.
▪️ Gharizah nau' (naluri melestarikan jenis, yakni melestarikan jenis manusia), penampakannya adalah rasa sayang juga cinta pada Ayah-Bunda, ingin juga disayang-sayang, ingin dicintai, juga perasaan suka kepada lawan jenisnya.
▪️ Gharizah tadayyun (naluri pengagungan atau pentaqdisan kepada sesuatu, yakni kepada penciptanya), penampakannya merasa kecil dibanding pencipta alam semesta, merasa lemah saat dilanda masalah dan seterusnya.
Nah, naluri-naluri tersebut butuh dipenuhi, agar anak merasa dianggap, merasa special. Pemenuhannya tentu harus sesuai dengan syariat, bukan demgan suka-suka orang tua.
Orang tua harus banyak mendengarkan anak, agar paham apa yang sedang anak rasakan, apa yang sedang diresahkan, apa yang sedang dialami dan seterusnya. Sehingga orang tua paham naluri apa yang sedang bekerja pada diri anak, apakah naluri baqa', naluri nau', atau naluri tadayyun. Sehingga orang tua bisa mengarahkan anak atau bahkan langsung memenuhi kebutuhan naluri anak dengan tepat. Inilah kenapa komunikasi yang efektif antara orang tua-anak harus berjalan baik.
2. Tentang ilmu parenting, ilmu ini tidak bisa dipelajari sepotong-sepotong hanya ilmu parentingnya saja, tapi harus tergambar dalam pemahaman orang tua The Big Picture Visi Islam yang utuh itu seperti apa. Parenting hanya bagian kecilnya. Ketika kita pahami gambaran utuh Islam, maka kita akan bisa melangkah mempraktikkan parenting (pengasuhan dan pendidikan) yang sejalan dengan visi Islam sebagai sebuah agama yang rahmatan lil 'alamiin.
Mungkin nanti bisa diusulkan kita bahas khusus parenting dalam Islam ya.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Poppy ~ Solok
Ustadzah, untuk menjadikan anak Good Looking sepertinya sejak kita memilih pasangan ya? Bagaimana dong kalau kita baru menyadari setelah anak beranjak remaja, ternyata yang seperti pemaparan di atas anak yang menyejukkan hati.
Mohon masukannya, Ustadzah.
Terima kasih.
🌷Jawab:
Ukhti Poppy shalihah, idealnya memang sejak memilih pasangan kita sudah punya visi jauh ke depan tentang rumah tangga seperti apa yang hendak dibangun, juga anak-anak akan dididik bagaimana kita sudah punya planning besarnya.
Namun, seringkali kita baru menyadarinya saat belajar Islam dan sudah memiliki anak remaja.
Saya bilang, tidak ada kata terlambat, Ukhti. Selama kita punya azzam (keinginan) yang kuat, dan mengupayakannya dengan serius, diiringi do'a yang terus melangit, insyaAllah anak remaja kita juga bisa banget menjadi Good Looking. Hanya memang, upayanya mungkin akan jauh lebih keras dibanding jika kita mempersiapkannya sejak awal.
Upayanya bagaimana?
Ya banyak. Bisa dengan memulai membicarakan ilmu yang baru kita dapat, harapan-harapan kita kepada ananda, dan menyamakan persepsi dengan anak terkait dengan harapan kita. Ini butuh waktu dan proses ya. Mungkin di awal anak akan menganggap aneh dengan perubahan orang tuanya, menganggap harapanya orang tuanya tidak keren dan seterusnya. Di sinilah upaya kita sedang diuji, apakah kita akan terus istiqomah atau menyerah.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum Bun,
Jaman sekarang ada tidak sih laki-laki yang Good Looking sama seperti pada jaman Rasulullah ﷺ? Good Looking bukan karena fisik tapi karena iman, ketakwaannya kepada agama tapi sekarang laki-laki Good Looking seperti itu apa mungkin ketutup yah dengan laki-laki Good Looking yang abal-abal lah.
🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh..
Ukhti sayang, untuk tahu mana yang palsu dan mana yang tidak asli, maka kita juga harus memahami kriteria Good Looking yang sejati (yakni kriteria yang ditetapkan oleh Allah ﷻ) ya.
Laki-laki Good Looking sejati tentu mereka yang bertaqwa. Kata Allah ﷻ, Allah ﷻ tidak melihat rupa atau harta atau status manusia, yang paling mulia (yang paling good looking) dihadapan Allah ﷻ adalah yang paling takwa.
Maka, bisa dilihat ya, kalau akhlaknya baik (sesuai perintah dan larangan Alloh ﷻ), lisannya berkata-kata yang bermanfaat dan menyeru kepada kebaikan, orangnya senantiasa menjaga kebersihan (pakaiannya, badannya, tampak bersih), berbakti kepada oran tua, santun terhadap tetangga, menjaga pandangan juga pergaulan, membela Islam dan para pejuangnya (termasuk para ulama), maka dia insyaAllah termasuk kriteria Good Looking yang sejati.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Fatma ~ Pondok Kelapa
Jika Barat bisa bekerja sama dengan baik untuk mengganggu Umat Islam apakah di kalangan Ustadz dan Ustadzah tiap negara atau antar negara kerjasama untuk melawan Opini Barat. Gemes kalau masih ada ribut-ribut masalah fikih sementara banyak masalah yang lebih krusial. Apa sudah saatnya ada Khilafah lagi?
🌷Jawab:
Barat memiliki institusi politik yang adidaya untuk menghentikan umat ini memperjuangkan penerapan Islam bahkan untuk memahami agamanya dengan benar. Setiap isu yang beredar di kancah global (internasional), senantiasa disetir (dikendalikan) oleh institusi politik Barat (baca : Amerika Serikat). Mereka punya instrumennya (alat-alat) untuk melakukan itu berupa: Uang, propaganda media, militer dan seterusnya.
Sementara kaum Muslim berada di posisi ya gak lemah, tidak punya institusi politik (negara) yang membela kepentingan mereka. Makanya kita tidak melihat ada negeri Muslim yang mengusir Yahudi dari Palestina, kita tidak pernah menyaksikan negeri Muslim (bahkan Arab Saudi yang kaya raya dan kuat) mengerahkan tentaranya untuk membebaskan Suriah misalnya. Karena negeri-negeri Muslim yang ada hari ini sesungguhnya bukan institusi politik yang asli membela kepentingan Islam dan umatnya.
Para asaatidz dan asaatidzah di banyak negara sering melakukan konsolidasi, pertemuan, hadir dalam satu forum, membahas isu-isu keumatan, problem-problem umat Islam di dunia, tapi tanpa institusi politik, kerjasama dan upaya mereka tidak banyak membawa perubahan. Bukankah menolong Palestina, membebaskan Suriah, membantu Muslim Uighur, menghentikan keserakahan Barat dalam mengeksploitasi SDA (Sumber Daya Alam) negeri-negeri Muslim, butuh kekuatan politik, butuh militer? Sementara mereka tidak punya itu semua. Maka upaya mereka saat ini masih di tataran menyatukan umat dalam visi yang sama, yakni kembali kepada Islam secara sempurna (kaffah) sebagaimana dulu Rasulullah ﷺ, para sahabat, juga generasi setelahnya menerapkan Islam secara utuh sehingga menjadi umat terbaik (khairu ummah).
Khilafah adalah janji Allah ﷻ dan bisyarah (kabar gembira) dari Rasulullah ﷺ. Kedatangannya niscaya, tidak bisa dihalangi, tidak bisa dihentikan.
Tapi kita tidak pernah tahu, kapan tepatnya Khilafah tegak. Yang jelas hari ini umat semakin menyadari pentingnya institusi Khilafah yang menyatukan Muslim di seluruh dunia, untuk menyelesaikan seluruh persoalan mereka, dan yang utama sebagai bentuk ketaatan kepada Pencipta.
Maka, fokus kita adalah ikut ambil bagian dalam memperjuangkannya. Sebab memperjuangkannya adalah bentuk menyambut seruan Allah ﷻ untuk berIslam secara kaffah. Besar atau kecil kontribusi kita, semuanya menjadi catatan amal shalih di sisi Allah ﷻ, insyaAllah. Hatta sekadar menyampaikan bahwa Khilafah itu ajaran Islam, tidak boleh dinista apalagi dikriminalkan.
Begitu Ukhti shalihah.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Dias ~ Bandung
Ustadzah, kondisi ummat Islam dari dulu dan sekarang selalu dalam ujian, dan itu sesuai dengan ajaran dalam di dalam Islam dimana semakin tinggi iman seseorang akan semakin tinggi pula ujiannya bagaimana tidak semakin kita mau belajar mengenal Islam dan mengamalkan semakin sulit karena banyak tantangannya.
Bagaimana menyikapi kondisi seperti ini, Ustadzah?
Agar generasi muda dan anak cucu tidak tidak mudah terpengaruh hal yang negatif dan bingung menentukan sikap karena tidak ada figur yang dapat diteladilani, contoh kasus di atas, jazakillah khair.
🌷Jawab:
Ukhti Dias dan sahabat muslimah yang disayang Allah ﷻ.
Memang kondisi hari ini adalah bala' (bencana) yang Allah ﷻ timpakan sebab kita berpaling dari ajaran-Nya. Kata Allah ﷻ, telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan-tangan manusia. Artinya kondisi hari ini adalah akibat perbuatan kita, manusia. Sehingga solusinya adalah dengan kita BERUBAH, yang awalnya menentang dan menolak Islam, kemudian menerima, mengadopsi Islam, serta memperjuangkan penerapannya secara kaffah. Karena demikianlah yang diperintahkan Allah ﷻ : Masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah (total, tidak setengah-setengah).
Maka yang harus kita lakukan dalam situasi bala' (bencana kerusakan dimana-mana), adalah dengan berpegang teguh ke perintah dan larangan-Nya, berpegang kepada syariat-Nya, termasuk dalam mendidik diri juga anak-anak kita. Kemudian bersama-sama dengan umat Islam yang lainnya, melakukan pembelaan terhadap ajaran Islam, memperjuangkan agar bisa ditegakkan, membongkar kezaliman, membela para ulama yang lurus yang menjadi target kriminalisasi bahkan yang terbaru menjadi target kejahatan hingga pembunuhan (kasus Syaikh Ali Jaber).
Begitu ya, Ukhti.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ AnnaKiky ~ Solo
Assalamualaikum Ustadzah,
Saya ibu dengan 2 anak, anak pertama lelaki, alhamdulillah sudah lulus SMA dan sedang mengikuti seleksi nasional masuk AAU, alhamdulillah dia tumbuh menjadi anak yang sholeh dan good looking menurut saya.
Anak kedua perempuan, usia 10 tahun 9 bulan, dengan tubuh bongsor, jujur dari kecil saya sangat protectif bahkan cenderung over terhadap anak perempuan saya, pertanyaan saya apakah tepat jika nanti saat masuk jenjang SMP saya memasukkannya ke Pondok Pesantren, untuk membentenginya dari pengaruh luar?
Mohon masukannya.
Terimakasih sebelumnya.
Wassalamualaikum.
🌷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh.
Bunda Anna yang disayang Allah ﷻ.
MasyaAllah, mudah-mudahan niat baik Bunda dicatat sebagai amal shalih ya.
Soal niat, insyaAllah niatnya baik. Tapi soal cara atau jalan untuk mewujudkan niat, maka perlu diteliti lagi.
Semata-mata masuk Pondok Pesantren tidak lantas menjamin keshalihan anak. Sebab ada banyak faktor yang mengantarkan anak pada keshalihan: Kesiapan anak untuk mandiri, kesadaran anak untuk menuntut ilmu, kurikulum Pondok Pesantren, metode belajar mengajarnya, lingkungan Pondok Pesantren, kapasitas guru-guru pengajarnya dari sisi keilmuan dan ketauladanan, mekanisme KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang berjalan, fasilitas yang mendukung dan seterusnya. Termasuk juga support orang tua dari sisi motivasi dan pemahaman, doa-doa orang tua dan seterusnya.
Maka, saya tidak bisa menjawab tepat atau tidak tepat, karena melibatkan banyak hal yang semuanya harus secara serius diupayakan dan dipastikan oleh orang tua sebelum memasukkan anak ke Pondok Pesantren.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Teruslah meng-upgrade kualitas diri, agar layak mendapat predikat Good Looking, yang kelak dijanjikan jannah oleh Allah ﷻ sebagai tempat kembali yang abadi. Keep istiqomah.
Wallahu a'lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar