Selasa, 15 September 2020
ADAB ISTRI KEPADA SUAMI
OLeH : Ummi Yulianti
💎M a T e R i💎
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم
🌷ADAB ISTRI KEPADA SUAMI
Setelah terikat dalam tali pernikahan, suami dan istri mempunyai hak dan kewajiban masing-masing yang harus dipenuhi. Suami berkewajiban menafkahi istri diikuti dengan kewajiban yang lainnya. Pun demikian dengan istri. Istri memiliki kewajiban dalam rumah tangga termasuk yang berkaitan dengan adab terhadap suami.
Pasang surut hubungan suami istri dalam membina hubungan rumah tangga merupakan sesuatu yang wajar. Pertengkaran antara dua pasangan menjadi bumbu penyedap rumah tangga.
Hanya, ada kalanya kaum ibu yang sudah lelah dengan pekerjaan rumah tangga melampiaskan kekesalan kepada suaminya. Tanpa sadar, sang istri pun membentak suami dengan suara yang tinggi. Bagaimana sebenarnya etika istri untuk berbicara kepada suaminya?
Mengumpat suami atau sebaliknya merupakan perbuatan yang tercela. Menurut hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, berkata kasar dan jelek kepada suami adalah bentuk kefasikan. Tindakan itu semestinya dihindari oleh siapapun, tak terkecuali istri kepada suami. Mencela atau memaki, sebagaimana ditegaskan hadis dari Abdullah bin Mas'ud di riwayat yang lain, tidak termasuk karakter seorang mukmin.
Suami yang sudah lelah mencari nafkah sudah selayaknya mendapat perlakuan yang baik dari istri. Sikap lembut istri akan membuat keringat suami setelah bekerja kering seketika. Kelembutan istri pun menjadi perlambang rasa syukur terhadap nafkah yang didapat suami seberapa pun kecilnya.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda tentang neraka yang kebanyakan dipenuhi para perempuan. Dalam hadis riwayat Bukhari Muslim tersebut, Rasulullah ﷺ menjelaskan penyebab populasi perempuan yang banyak di neraka. "Karena mereka tidak mau mengakui kebaikan suaminya dan tidak bersyukur kepada suaminya, tidak berterima kasih dengan apa yang telah suami berikan, dan karena kesalahan sepele suami lalu istri berkata, 'Tidak pernah aku dapat kebaikan apa pun darimu'."
Dalam istilah fikih, pembangkangan seorang istri terhadap suami disebut dengan nusyuz. Bahtul Masail Nahdlatul Ulama menjelaskan, "pembangkangan" merujuk pada ketidaksediaan istri untuk berhubungan suami-istri dan tindakan perlawanan istri terhadap suami.
Bila tampak tanda-tanda pembangkangan dari seorang istri, seperti berakhlak buruk dan merasa lebih tinggi dari suami, suami harus menasihatinya dan mengingatkannya akan sanksi yang Alloh ﷻ siapkan di akhirat. Tak hanya itu, suami pun berkewajiban mengingatkan tentang mudharat di dunia sesuai dalam syariat yang akan menderanya, seperti gugur kewajiban nafkah dari suami. Bila istri masih saja membangkang, suami boleh memilih pisah ranjang.
Meski demikian, suami tidak boleh mendiamkan istrinya. Ingatlah sabda Rasulullah ﷺ yang berbunyi, "Seorang Muslim tidak halal mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari."
Hanya, bila istri terus pada pembangkangannya, suami boleh memukulnya dengan pukulan yang tidak menyakitkan dan melukai. Kalau terpaksa juga memukul, ia tidak boleh memukul wajah karena larangan Rasulullah ﷺ terhadap pemukulan anggota tubuh yang vital sehingga berdampak bahaya yang luar biasa.
Karena itu, istri harus menghormati posisi suami dalam hidup berumah tangga. Sejumlah keutamaan yang dimiliki suami dan istri mestinya menuntun bahtera rumah tangga ke arah ridha Alloh ﷻ. Ketaatan istri kepada suami menjadi sebuah keutamaan yang disabdakan Rasulullah ﷺ. Seandainya, kata Rasulullah ﷺ di sabdanya yang dinukilkan oleh Imam at-Tirmidzi, ada sosok yang lebih pantas untuk bersujud dihadapannya, maka niscaya kepada suamilah seorang istri itu dituntut bersimpuh.
Tiap masalah yang terjadi dan berdampak pada gesekan antarkeduanya harus diselesaikan dengan bijak, bukan dengan umpatan dan kata kasar. Meski demikian, menurut Syekh Shalih Ibn al-Utsaimin, jika suami berlaku kasar dan cenderung jauh dari ketakwaan, istri berhak untuk tidak memenuhi sejumlah kewajibannya sebagai pendamping. Misal, bila suami suka bermaksiat misalnya.
"Barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu." (QS. al-Baqarah: 194). Tetapi, tetap dalam koridor yang diperbolehkan.
Kekerasan fisik ataupun nonfisik berupa ucapan-ucapan tak sedap di telinga atau perasaan bukan cara yang tepat dalam mengurai masalah rumah tangga. Sikap saling terbuka, hormat-menghormati, dan tetap menjaga etika dibutuhkan kala menghadapi persoalan. Membalas keburukan dengan kebaikan adalah keutamaan yang tidak ternilai harganya, sekalipun memang sulit dilakukan.
Maka, sudah selayaknya seorang istri mengingat kembali sebuah hadis Rasulullah ﷺ tentang kriteria perempuan salehah. "Ingatlah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu simpanan yang paling baik bagi seseorang? Yaitu wanita salehah. Jika suami memandangnya, maka dia membuatnya senang, jika suami menyuruhnya maka dia menaatinya, dan jika suami tidak ada di sisinya maka dia menjaganya."
(HR. Abu Dawud).
Sebaliknya, suami pun berkewajiban bersabar saat menjalin hubungan dalam rumah tangga. Alloh ﷻ berpesan kepada para suami lewat surah an-Nisaa' ayat 19,
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak."
🌸🌷🌸
Selain cara berkomunikasi. Ada beberapa adab lagi yang harus kita perhatikan.
Diantaranya sebagai berikut:
🔹1. Istri senantiasa merasa malu terhadap suami.
Meski bukan pengantin baru lagi, hendaknya istri tetap mempertahankan rasa malunya kepada suami. Yang dimaksud dengan malu disini adalah malu dalam arti positif. Misalnya, malu ketika berpenampilan buruk dan bau badan, malu berperilaku buruk dan lain sebagainya.
🔹2. Tidak banyak mendebat.
Dari Abu Umamah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
“Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar.”
Ini juga berlaku bagi istri kepada suami karena perdebatan menimbulkan ketegangan dan konflik. Namun, bukan berarti menghindar ketika menghadapi masalah.
Disarankan kepada suami istri untuk bermusyawarah mencari solusi. Perlu diingat berdebat dan bermusyawarah itu dua hal yang berbeda.
🔹3. Adab istri kepada suami: Taat atas perintah suami.
Adalah kewajiban istri untuk taat pada suami selama tidak bertentangan dengan syariat islam. Jika bertentangan, istri dapat menolaknya dengan sopan atau mengajukan alternatif lain.
🔹4. Diam ketika suami sedang berbicara.
Ketika suami sedang berbicara, istri hendaknya mendengarkan dengan baik dan jangan memotong pembicaraannya. Jika ingin menyela, mintalah persetujuannya terlebih dahulu.
Komunikasi yang baik melibatkan pendengar yang baik. Saling berlomba berbicara justru membuat pesan tidak tersampaikan dan dapat menimbulkan ketegangan.
🔹5. Menjaga kehormatan suami ketika ia sedang pergi.
Ketika suami sedang tak ada dirumah, istri harus tetap berperilaku baik dan menjaga kehormatannya. Jangan memanfaatkan kesempatan untuk bersenang-senang menuruti hawa nafsu, misalnya dengan pergaulan yang sangat longgar. Nanti bisa menimbulkan fitnah.
🔹6. Tidak berkhianat dalam menjaga harta suami.
Adab istri kepada suami yang keenam adalah tidak berkhianat. Sepatutnya pihak yang paling dipercaya suami untuk menjaga hartanya adalah istri.
Oleh sebab itu, istri tidak boleh mengkhianati kepercayaan tersebut dengan menghambur-hamburkan harta suami. Apalagi jika dipakai untuk bermaksiat.
🔹7. Adab istri kepada suami: Menjaga badan tetap wangi.
Buatlah suami selalu merasa nyaman berada di dekat istri. Jangan sampai suami menjauh karena bau badan istri yang tidak sedap.
Tidak harus bermandikan parfum setiap hari. Cukup dengan menjaga kebersihan badan dengan mandi yang teratur dan ganti pakaian setelah beraktivitas supaya tidak bau keringat.
🔹8. Adab istri kepada suami: Mulut berbau segar dan berpakaian bersih.
Selain badan, mulut juga harus dijaga kebersihannya. Mulut yang bau pasti menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang di dekat kita.
Apalagi suami yang tidur bersama. Pakaian yang dikenakan sehari-hari juga harus bersih. Semua ini adalah agar suami istri sama-sama nyaman dalam berinteraksi baik di dalam maupun di luar rumah.
🔹9. Adab istri kepada suami: Menampakkan qana’ah.
QANA’AH adalah menerima atau merasa cukup dengan apa yang didapat. Istri tidak boleh menuntut lebih dari apa yang mampu diberikan suami kepadanya.
Meski begitu, istri diperbolehkan untuk mendorong dan mendoakan suami agar lebih maju lagi dalam bidang ekonomi atau bidang lainnya.
🔹10. Adab istri kepada suami: Menampilkan sikap belas kasih.
Istri hendaknya bersikap belas kasih kepada suami atas semua jerih payahnya. Tidak boleh bersikap kasar, menghina, merendahkan atau bahkan menindas suami yang kondisinya sedang lemah. Misalnya ketika sedang sakit atau tidak bisa bekerja.
🔹11. Adab istri kepada suami: Selalu berhias di depan suami.
Berhias dan tampil menarik di depan suami adalah kewajiban istri. Sayangnya banyak yang keliru, istri hanya berhias ketika keluar rumah.
Padahal, berhias untuk suami itu banyak manfaatnya lho, Bun. Salah satunya, suami menjadi lebih betah di rumah dan tidak terdorong untuk mencari-cari alasan keluar rumah.
🔹12. Memuliakan kerabat dan keluarga suami.
Biasanya suami memiliki hubungan emosional yang kuat dengan para kerabat dan keluarganya. Karenanya, istri harus menghormati keluarga suami dan memperlakukan mereka dengan baik tanpa melihat status sosial mereka.
🔹13. Melihat suami dengan keutamaan.
Sudah seharusnya istri menerima suami apa adanya, bagaimanapun kondisinya. Jika keadaan suami baik, disyukuri sebagai kenikmatan. Begitu juga sebaliknya, istri harus bersabar ketika keadaan suami sedang kurang baik. Syukur dan sabar merupakan keutamaan dari Allah subhanahu wa ta’ala.
🔹14. Menerima hasil kerja suami dengan rasa syukur.
Mensyukuri penghasilan suami, berapapun besarnya. Dengan mensyukuri nikmat-Nya, Allah akan menambahkan dengan berbagai kenikmatan yang lain.
🔹15. Menunjukkan rasa cinta kepada suami saat berada di dekatnya.
Salah satu tujuan dari pembentukan rumah tangga adalah untuk membentuk keluarga yang saling mencintai. Oleh sebab itu tunjukkan rasa cinta pada suami terutama ketika berada di dekatnya. Bisa dengan bahasa verbal seperti mengucapkannya atau dengan perilaku penuh cinta.
🔹16. Menampakkan rasa gembira saat melihat suami.
Jangan menunjukkan wajah yang asam. Selalu pasang wajah yang gembira ketika bertemu dengan suami, kapanpun dan dimanapun. Dengan demikian suami akan merasa gembira karena melihat istrinya bergembira.
Itulah adab istri kepada suami yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Wallahu a'lam
Demikian Paparan kali ini
Yang benar datang nya dari اللّه. Yang salah dari ketidaktahuan ana yang masih fakir ilmu agama.
Mohon maaf jika ada salah salah kata dalam penulisan.
العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر
Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.
جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم...
فا استبقوا الخيرات...
والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0️⃣1️⃣ Ruri ~ Lumajang
Dimasa sekarang kan banyak istri yang bekerja di luar rumah saat sampai di rumah masih mengerjakan tugas rumah tangga terkadang muncul juga rasa iri didalam hati enak suami cuma cari nafkah sampai rumah langsung santai sedangkan istri masih harus mengerjakan urusan rumah tangga hingga terkadang jadi mengabaikan suami.
Bagaimana seharusnya seorang istri yang bekerja di luar rumah bersikap?
🌴Jawab:
Coba dikomunikasikan untuk berbagi tugas. Terkadang seorang lelaki bingung harus membantu apa. Maka tidak apa-apa kita minta tolong agar suami bantu kerjaan rumah. Tapi karena sebagian besar suami tidak bisa multitasking, maka kita minta tolongnya satu persatu, selesaikan dulu kerjaan yang satu baru minta tolong selesaikan kerjaan yang lain.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Ridha ~ Bukittinggi
Ma sya Allah.. Luar biasa materinya ustazah,
Pertanyaan:
Istri punya teman laki-laki (teman sekolah, teman kecil) misalnya bagaimana mengambil sikap agar keluarga tetap terjaga, bertemanpun baik-baik saja.
🌴Jawab:
Maksudnya bersikap kepada teman kecilnya itu ya?
Tetap ada batasan syariah karena bagaimanapun bukan muhrim. Menyapa say hello saja atau seperlunya saja, sudah tidak boleh lagi so care karena bukan muhrim.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Yuli ~ Jombang
Assalamualaikum ustadzah.
Terkait point 5, di era digital saat ini, mungkin kita bisa menjaga diri di kehidupan nyata, tapi sering kali susah saat di dunia maya, apakah juga berlaku dalam pergaulan di dunia maya?
Bagaimana batas aman berinteraksi dengan lawan jenis di dunia maya?
Lagi Dzah, bagaimana kalau misalnya kita suka sama kakek-kakek eh oppa-oppa, terus nyimpan foto-fotonya, memandang, kan tidak bakal ketemu juga, apakah itu boleh?
Terimakasih
🌴Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Sama halnya dengan dunia nyata, di dunia mayapun ada batasan ketika bergaul dengan lawan jenis. Diantaranya tidak waprian dengan lawan jenis karena yang ketiganya syaiton. Kalaupun ada urusan urgent ketika waprian dengan lawan jenis, langsung ke pokok pembicaraan, tidak menggunakan emoticon love-love.
Oppa Korea yaa? Sebaiknya dihindari, khawatir jadi zina mata, karena dari mata terus ke hati lalu menghayal ingin punya suami seperti oppa-oppa.
🌸Astaghfirullah... Terimakasih pencerahannya dzah.
Dzah, kalau seorang istri, berucap (menulis status) sepertinya enak kerja di luar negeri terus nikah sama orang luar juga, hukumnya bagaimana?
🌴Sebaiknya tidak berkata-kata seperti itu, suami bisa tersinggung dan bisa memicu pertengkaran.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Kiki ~ Dumai
Misalkan ada seorang suami yang memberitahu istri nya yang lagi hamil besar (anak ke 4), bahwa dia (suami) sudah punya istri lagi umm, dan sudah dikenalkan dengan orangtua suaminya,
Saat istri pertama bertanya alasan, jawabannya karena pekerjaan suami yang sering keluar kota umm(sedangkan istri pertama stay di 1 kota saja umm), istri sangat terkejut dan merasa dibohongi.
Bagaimana sebaiknya sikap istri pertama kah ummi?
🌴Jawab:
Hal ini pasti menyakitkan bagi istri pertama. Mengingat sudah mempunyai 4 buah hati, bertahan adalah pilihan terbaik, maafkan suami meski dengan susah payah demi tumbuh kembang dan masa depan anak-anak, jadikan madu sebagai kompetitor, tingkatkan pelayanan kepada suami baik lahiriyah maupun batiniahnya.
Kecewa dan sakit hati pasti yang dirasakan istri pertama. Kalau menurutkan rasa sakit hati pasti inginnya bercerai.
Tapi ada 4 anak yang masih membutuhkan figur ayah. Bersabarlah demi anak-anak, karena bagaimanapun ketika perceraian terjadi anak-anak yang jadi korban.
Jadikan ini sebagai ladang ibadah.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Yeni ~ Semarang
Bagaimana sikap kita jika suami tidak berkenan atau tidak suka jika ada saudara atau kerabat atau tetangga yang silaturrahim dirumah kami juga sebaliknya tidak suka atau tidak mau diajak silaturahim atau berkunjung karena sifat introvert suami. Jika ingin memberi masukan yang ahsan, bagaimana caranya?
🌴Jawab:
Karena itu perintah suami dan tidak melanggar syar'i maka kita harus mentaatinya, mungkin maksud suami khawatir ada masalah dikemudian hari.
Ketika kita ingin menasihati suami, sebagaimana juga kita menasihati orang tua dan orang yang lebih tua, menasehati suamipun berbeda caranya dengan bila kita menasihati anak kita atau orang yang lebih muda dengan kita.
Seorang suami, karena merasa pemimpin rumah tangga atau kepala keluarga biasanya mempunyai ego sendiri serta merasa ia lebih dari istri dan anak-anaknya. Apalagi bila dinasehati dengan ucapan atau perbuatan yang "merendahkan" dirinya tentulah kemarahan akan timbul. Maka nasihatilah dengan lembut.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ Sri ~ Sumedang
Ustadzah bagaimana cara yg baik supaya suami tidak tersinggung ketika kita ingin mengingatkan tentang sikap suami yang lebih mendahulukan kemauan orang tuanya daripada kebutuhan istri? Apakah kita sebagai istri termasuk menghalangi bakti beliau terhadap orang tuanya? Sedangkan memberi kepada orang tua diperbolehkan setelah kebutuhan keluarga terpenuhi.
🌴Jawab:
Jawaban nomor 1 bisa dipraktikkan, bicaralah dengan lembut. Komunikasikan yang kita butuhkan kepada suami. Kalau tidak berhasilkah, cobalah minta tolong kepada orang yang disegani suami untuk memberikan nasihat kepada suami.
🌸Si istri berdosa kah? Jika menyampaikan bahwa sebaiknya suami mendahulukan kebutuhan keluarga sebelum mewujudkan kemauan orang tua ?
Karena secara tidak langsung seperti melarang.
🌴Melarang suami untuk memberi kepada orang tua nya, tentu saja tidak boleh.
Yang diperbolehkan, istri meminta agar suami bertindak adil. Adil disini bukan berarti sama, tapi memberi sesuai dengan kebutuhan.
Kalau memang ada kebutuhan yang tidak tercukupi, kemukakan kepada suami.
Dikarenakan anak laki-laki masih berkewajiban terhadap orang tuanya. Jadi bukan masalah siapa yang harus didahulukan. Tetapi bagaimana suami bisa memenuhi kebutuhan istri dan anak-anak sekaligus orang tuanya dengan adil.
Adil disini bukan sama rata, tapi memberi sesuai dengan kebutuhan, kebutuhan ya bukan keinginan. Tetap dukung suami untuk berbakti kepada orang tuanya, insyaaAllah ini akan menjadi kran rezeki untuk keluarga.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Coba tatap wajah suami di saat tidur. Pikirkan, seseorang yang tidak ada hubungan darah dengan kita, tiba-tiba sekarang berjuang untuk kita. Mencari nafkah, membahagiakan kita.
Cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tapi menerima pasangan kita dengan sempurna.
Wallahu a'lam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar