OLeH: Bunda Sukmadiarti P., M.Psi
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸THE POWER OF SELF HEALING
"Kita bertanggung jawab 100% atas kehidupan yang kita jalani saat ini."
-Jack Canfield-
Maknanya apa,
bertanggung jawab 100% ?
Bahwa kondisi yang kita peroleh saat ini adalah hasil dari RESPON yang kita berikan sebelumnya.
Misal:
Bila saat ini kita merasa tidak bahagia itu adalah buah dari respon kita yang keliru terhadap suatu kejadian.
★ Kejadian + Respon = Hasil
Bila kita ingin ubah hasilnya, ingin jadi pribadi yang lebih bahagia, maka kita harus ubah cara kita merespon masalah.
Kalau kejadian atau masalah atau sikap orang lain, itu adalah sesuatu yang berada di luar kendali kita.
Sehingga sekuat apapun kita berusaha menghindar, mengubah, kita tidak bisa maksimal.
Contoh:
Kita ingin mengubah suami kita dari yang cuek jadi perhatian, atau anak yang malas jadi rajin, atau corona cepat pergi, atau jangan hujan dong, ain belum kering.
Kita akan letih, capek, bahkan putus asa, bila kita berfokus pada upaya mengubah sesuatu yang di luar kendali kita.
Kita akan kehabisan energi, jadi menyalahkan orang lain, jadi berkeluh kesah, dan memiliki emosi yang negatif karenanya.
Maka yang harus kita ubah adalah sesuatu yang dalam kendali kita, yaitu diri kita sendiri.
★ Apanya yang diubah dari diri kita?
Pikiran (Mindset) ➡️ Perasaan (Emosi) ➡️ Perilaku ➡️ Hasil
Mindset atau pikiran kita akan mempengaruhi perasaan, perasaan kita akan mempengaruhi perilaku atau respon, dan perilaku kita akan mempengaruhi hasil yang kita peroleh.
Jadi saat kita ingin mengubah orang lain atau hasil yang kita dapatkan, maka ubah terlebih dahulu diri kita.
QS. Ar-Rad : 11
"Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum ia mengubah apa yang ada pada dirinya sendiri terlebih dahulu."
Persoalannya, kita tidak akan mudah untuk berpikir positif, saat perasaan kita masih didominasi emosi negatif.
Sebab, pikiran berperan 12% saja terhadap perilaku.
Sedangkan perasaan, berperan 88% terhadap perilaku atau refleks kita.
Jadi kalau kita berpikir ingin bahagia, sukses, hubungan dengan anak dan suami serta teman baik harmonis, tapi perasaan kita pada mereka selama ini dominan kesal, marah, sakit hati, cemburu, tidak ridho, maka tentu saja perilaku kita tidak mencerminkan hal-hal yang membuat mereka merasakan cinta kita.
Sebab emosi sifatnya menular. Kalau di hati kita ada perasaan marah, maka orang lain pun bisa merasakannya. Dan dia bisa ikutan marah juga. Jadi deh semakin tidak berubah. Hasilnya sama.
Itulah pentingnya kita melakukan SELF HEALING untuk membersihkan dan mendetox penyakit di hati, seperti kecewa, marah, cemburu, takut, sakit hati.
Sehingga tidak lagi mengganggu produktifitas maupun hubungan kita dengan sesama.
Kita tidak akan maksimal mengasuh anak, bila di hati kita ada rasa jengkel, marah, kesal, karena sikap mereka yang selama ini sering buat tidak nyaman. Akhirnya yang terlihat adalah perilaku anak yang nyebelin.
Kita tidak akan maksimal melayani suami, saat perasaan kita ada cemburu, kesal, kecewa, marah.
Orang lain merasakan getaran yang kita pancarkan.
Jadi ubah dulu perasaan kita, dari negatif ke positif. Dari marah, kesal, kecewa, jadi ridho.
🔸CARANYA SELF HEALING?
√ ️Terima
√ ️Maafkan
√ ️Pasrahkan
Ya Allah, meskipun saya kecewa dengan sikap anak saya yang malas belajar, saya ikhlas menerima dan tetap menyayanginya. Saya maafkan kekurangannya dan saya pasrahkan pada-Mu jalan keluar yang terbaik.
Ya Allah, meskipun saya merasa sakit hati atas perkataan suami saya, atas sikapnya yang pernah membuat saya tersinggung, saya ikhlas, saya terima perasaan ini. Saya maafkan suami saya. Saya pasrahkan pada-Mu ketenangan hati saya dan membaiknya hubungan saya dengan suami.
Ijinkan diri kita merasakan emosi yang hadir. Misal lagi sedih, ya gapapa menangis. Di terima emosinya, diayomi. Lalu, dilepaskan dengan Self healing, agar emosi itu tidak berlama-lama merajai dan kita bisa segera tenang kembali.
Saat hati tenang, solusi pun datang.
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Dewi ~ Bekasi
Disaat kita disakiti, kita terapkan cara Self healing tersebut. Mohon diuraikan hal-hal yang terjadi dalam kenyataan kejadian dari mulai Self healing dilakukan sampai ke titik semua membaik. Ada pergolakan apa saja antara 2 kubu yang bermasalah tersebut?
🌸Jawab:
Masalah = adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan.
Saat ada kejadian yang tidak sesuai harapan kita kecewa. Misal, ada teman yang kritik kita di depan umum, maksudnya sih baik dan yang dikatakannya bisa jadi benar. Tapi karena menurut kita caranya kurang tepat yakni menyampaikannya depan umum, sehingga kita jadi malu dan tersinggung karenanya, kita kecewa.
Rasa kecewa ini kalau tidak segera kita kelola, akan menggangu, ya. Kita bisa kepikiran kejadian itu sampai-sampai tidak bisa tidur. Sampai-sampai kalau misal berlarut-larut sampai akan menyerang fisik kita.
Tubuh kita merespon emosi kita. Jadi kalau tubuh sakit, itu buah dari emosi kita yang terendam dan minta dikelola untuk dilepaskan. Jadi Alloh ﷻ kasih tanda pada kita lewat reaksi tubuh bila ada emosi kita yang negatif.
Melepas emosi itu perlu. Dengan cara memaafkan. Kalau masih dipendam emosi negatifnya, itu ibarat kita minum racun, tapi berharap, orang lain yang mati. Jadi perlu dimaafkan. Perlu memaafkan, demi kebaikan kita sendiri.
Memaafkan dengan sadar. Ya Allah saya maafkan dia.
Ciri kalau kita sudah lepas dan memaafkan?
Saat kita ingat lagi kejadiannya, emosi kita sudah netral. Tidak kecewa lagi. Sudah bisa senyum dan hubungan sudah makin baik.
Karena sesungguhnya emosi kita saling menggetarkan. Jadi kalau kita sudah maafin dia, dia pun begitu ke kita. Koneksinya nyambung lagi deh.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ iiN ~ Boyolali
Assalamu'alaikum bunda,
Begini bunda, masih tentang memaafkan. Bila kita merasa "aku sebenarnya sudah ridho, sudah maafkan," tapi tetiba rasa kecewa muncul lagi, kemudian ada perasaan, "tapi kok dia tega, dia orang baik, tapi kok di giniin saya"
Pertanyaannya bunda, kenapa perasaan seperti itu masih ada terus bunda, adakah yang salah dengan pemikiran kita atau terlalu perasakah kita?
Syukron bunda
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Iya bu, itu wajar terjadi, dan menjadi penanda bahwa kita belum benar-benar memaafkan, belum benar-benar sudah melepaskan emosi yang menyertai kejadian itu.
Dan kuncinya, kita belum benar-benar menerima kejadian itu sebagai bagian dari takdir Alloh ﷻ. Sehingga masih ada rasa kecewanya, kok dia tega sih, saya tidak nyangka, suami saya baik, tapi kok selingkuh. Dia orang baik tapi kok hutangnya tidak dibayar. Dia baik, odoj, tapi kok kata-katanya tajam.
Itulah manusia. Manusia tidak sempurna. Mereka bisa berbuat baik dan disisi lain berbuat kurang baik. Tidak sempurna. Maka karena mereka manusia, bukan malaikat, yang pasti ada kalanya buat khilaf, maka mudahlah kita memaafkannya.
Kejadian apapun yang terjadi, pasti sudah atas seijin Alloh ﷻ. Kalau Alloh ﷻ ijinkan itu terjadi, pasti ada pembelajaran yang perlu kita petik di sana.
Salah satu pembelajarannya adalah bahwa rasa kecewa pada akhirnya menyadarkan kita bahwa hanya pada Alloh ﷻ tempat untuk berharap.
Jadi sebelum berharap ke manusia, sampaikan dulu, langitkan dulu harapan itu ke Alloh ﷻ, sehingga Alloh ﷻ terlibat membantu kita mewujudkan harapan itu.
Kalau ternyata tidak terwujud, kita tidak kecewa-kecewa amat, karena kita tahu berarti saat ini belum waktunya Alloh ﷻ mengabulkannya.
Jadi kalau mau memaafkan, ibu. Hadirkan dulu perasaannya, kejadiannya, bangkitkan emosinya sampai dada terasa hangat, lalu sambil pejamkan mata, ucapkan, Ya Allah, saya ikhlas, saya maafkan. Rasakan ketenangan di hati. Kalau hati tenang, lega, itu artinya emosi yang menyertai kejadian itu sudah lepas.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadzah,
Apa ketika kita memendam semuanya sendiri dan bersikap baik-baik saja dan tidak memperlihatkan kesedihan betapa banyak beban yang dipikirkan apa itu baik untuk diri kita, baik kah untuk kesehatan mental dan pikiran kita?
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Jelas tidak baik. Jujurlah pada diri kita.
Its oke to not be oke
Memendam bisa nanti ke penyakit larinya, apalagi sampai bertahun-tahun.
Perlu dilepas, bun, emosinya.
Melepasnya,
~ Bisa dengan curhat ke psikolog. Cari bantuan profesional kalau dirasa sudah sangat mengganggu.
~ Bisa dengan MENULIS. Tulis di kertas tentang perasaan kita biar rasa itu keluar dan tidak mendam di dalam diri. Setelah di tulis kan emosinya dah keluar, lalu kertasnya boleh dibuang atau dibakar sebagai tanda kita sudah melepas emosi itu pergi.
Cintai diri kita. Ijinkan yang baik saja yang bertahan. Kalau ada rasa yang gak baik, ijinkan rasa itu pergi dan dilepas.
Orang lain kadang menyakiti kita 5 menit. Tapi kita jika memendam rasa itu terus bertahun-tahun, ternyata kita nih yang lebih zalim ya ada diri kita. Maka lepaskan karena kita sayang pada diri kita.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Nurbaiti ~ Turki
Bismillah...
Ustadzah, jika sudah melakukan Self Healing, misalnya ada luka atau trauma dengan langkah seperti ini, kemudian berhasil di suatu waktu.
Apakah nanti di suatu masa, bisa terjadi luka atau trauma datang lagi?
Jazakumullah khayran
🌸Jawab:
Kemungkinan itu selalu ada, benar. Sama besarnya 50 : 50.
Bisa terjadi, bisa juga tidak. Nah, kita mau pilih mana.
Tentu kita memilih hal buruk tidak terjadi. Maka berpikirlah ke arah itu.
Berpikirlah ke arah hal yang kita harapkan. Bukan ke arah yang tidak diinginkan.
Sehingga perasaan jadi tenang dan nyaman.
Dan untuk sesuatu yang belum terjadi, sikap kita adalah PASRAHKAN pada Alloh ﷻ. Mohon yang terbaik dan perlindungan-Nya
Terus kalau terjadi lagi? Berati perlu lakukan hal sama lagi, detoks lagi
Namanya kita makhluk sosial, hidup dengan banyak manusia, gesekan pasti ada aja. Itu kan cara Alloh ﷻ mau angkat derajat kita ya, dikasih ujian. Juga untuk penggugur dosa.
Jadi terima, nikmati, dan syukuri, saat rasa kecewa hadir, marah datang, takut menjelma, itu sebenarnya detoks dosa kita juga.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Siti Mardliyatush Sholihah ~ Klaten Jawa tengah
Assalamualaikum bunda.
Jadi beegini Bun, saat kita kecil dan di beda-beda in dengan saudara sepupu yang orangnya sangat berada (bisa disebut lebih kaya dari kita ) pasti ada rasa sakit hati, dan masih teringat hingga sekarang, tapi itu mendorong semangat saya buat terus belajar dan berusaha agar bisa menjadi orang sukses, dengan tujuan agar tidak ada yang meremehkan lagi, atau merendahkan lagi.
Pertanyaannya, apakah baik jika kita masih menyimpan rasa sakit hati itu, atau apa harus di lepaskan saja. Tapi jujur dalem hati masih kecewa sekali.
Mohon pencerahannya bunda.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Mau sukses dan kaya, harus pula diawali dengan mindset dan mental kaya.
Bagaimana itu caranya?
Senang lihat orang sukses. Bahagia liat orang kaya dan ikut mendoakan kesuksesan dan kebahagiaan bagi mereka.
Kalau pernah terluka karena diremehkan, bagus, alhamdulillah bunda bisa jadikan itu sebagai lecutan dan motivasi untuk tumbuh.
Justru bersyukurkan. Jadi punya pelecut alami. Justru kita perlu datangi mereka dan say thanks. Makasi ya...
Berkat sikap kamu dulu, saya jadi punya semangat berubah.
Maafkan salah mereka yang lalu. Doakan hal-hal baik untuk mereka. Dan buktikan hidup kita akan jauh berbeda.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
One of the best lessons you can learn in life is to master how to remain calm. Calm is a super power.
~ Bruce Lee
Setiap hewan saat menghadapi ancaman di luar dirinya, maka biasanya melakukan tiga perilaku.
Jika merasa kuat, dirinya akan fight (menghadapinya atau melawan), kalau merasa lemah dirinya akan flight (menghindarinya atau lari), atau jika terkejut akan mengalami freeze (beku atau trauma).
Inilah aktivitas dari otak reptil, yaitu fight, flight, atau freeze saat ancaman dirasakan. Otak reptil pada manusia bekerja saat menghadapi masalah, bisa dengan marah lalu menjerit atau memukul, kecewa lalu mulai menghindari, atau berhenti melakukan sesuatu (malas).
Sebagai hamba Alloh ﷻ yang memiliki nilai, hendaknya tidak terpancing untuk menyelesaikan masalah dengan cara-cara hewani.
Disebabkan karena manusia dilengkapi Alloh ﷻ kekuatan super yang letaknya di hati, maka ancaman apapun tetap saja dapat dihadapi dengan rasa tenang.
Skill inilah yang mesti kita miliki.
Belajar, menemukan rasa tenang di setiap peristiwa, di setiap kondisi, dan di setiap takdir kehidupan sangatlah penting.
Begitu banyak tekniknya untuk mendidik otot-otot Kita tetap tenang di saat bencana rasa itu datang.
Rasulullaah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبَيْ هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ». قَالُوا فَالشَّدِيدُ أَيُّمَ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ ». (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat.” Para sahabat pun bertanya, “Lalu orang yang paling kuat itu yang seperti apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Orang yang mampu menguasai dirinya ketika marah.” (HR. Muslim)
Wallaahu A'lam
Al Faaqiir,
Semoga bermanfaat.
Be Happy semuanya.
Mohon doakan saya ya.
Sehat bahagia murah rezeki sukses kita semua.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar