OLeH : Ummi Yulianti, S.Pd.
💘M a T e R i💘
بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
ام بعد
Segalanya milik Alloh ﷻ apa yang ada di langit dan bumi, kenikmatan dan kesusahan asalnya dari Alloh ﷻ sudah selayaknya kita panjatkan puji dan syukur hanya kepada Alloh ﷻ.
🌷BERANI MENOLAK GODAAN
Agama Islam adalah agama yang mengangkat dan membebaskan manusia dari zaman jahiliah zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa menghaturkan sholawat dan salam hanya kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Dalam menyikapi kehidupan duniawi, Rasulullah ﷺ menganjurkan umat Islam tidak larut dan terhanyut. Seperti sabda Nabi Muhammad ﷺ pada salah satu hadits, "Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau pengembara," (HR. Al-Bukhari).
Hidup di dunia seperti naik pesawat terbang. Semua berharap tiba di tujuan, di sebuah resor indah. Saat di pesawat, sebagian duduk di kursi kelas satu dan banyak lainnya berdesakan di belakang. Ada saja dari mereka yang iri pada kursi yang lebih baik atau marah kepada penumpang lain karena dianggap mengganggu.
Sebagian menganggap perjalanan dengan pesawat itu yang paling penting, lantas lupa pada tujuannya. Mereka lupa hanya butuh beberapa jam kesabaran dan ketidaknyamanan sebelum pesawat mendarat dan tiba di tujuan akhir.
Dunia ini hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Waktu akan terbang begitu cepat sehingga saat melihat kembali, Anda akan berpikir itu hanya beberapa jam atau satu hari.
Sejatinya, dunia tidak dimaksudkan untuk memuaskan kerinduan terdalam manusia. Karena itulah, Nabi Muhammad ﷺ meminta umat Islam melewati dunia tanpa menjadi terlalu teralihkan, seperti orang asing.
Selayaknya orang asing atau pengembara, hal apapun tidak akan membuatnya tergoda selama di perjalanan hingga dia mencapai tujuan. Apakah manusia ditakdirkan punya kekayaan dan pengaruh, menjalani hidup lama atau sebentar, tidak menjadi masalah.
Bukan berarti perjalanan itu tidak penting. Justru perjalanan sangat penting, perihal bagaimana seseorang memanfaatkan apa yang telah dipercayakan kepada manusia, serta seberapa sabar manusia menerima apa yang dimilikinya.
Itu semua menentukan bagaimana kondisi tempat seseorang di 'kehidupan selanjutnya'. Bagaimana seseorang memanfaatkan berbagai anugerah yang telah diberikan Alloh ﷻ kepadanya serta banyaknya kesempatan yang datang.
Menjadi terlalu terikat dengan hal-hal duniawi menyimpan bahaya. Salah satunya, membuat seseorang kehilangan kepekaan terhadap berkah yang diberikan Alloh ﷻ. Menumbuhkan akar permanen di bumi akan menyebabkan frustrasi dan rasa tidak puas.
Apabila itu terus menumpuk, bisa mengakibatkan seseorang mengalami kecanduan atas hal-hal yang bersifat materi. Seseorang menjadi buta terhadap apa yang sudah dia miliki, dan akhirnya kehilangan rasa syukur.
Bersikap bagaikan orang asing terhadap hal-hal duniawi adalah jalan menuju kedamaian hati. Itu akan mengarahkan fokus kepada Alloh ﷻ, alih-alih menyibukkan hati dengan berbagai detail tidak penting.
Seseorang dapat menjalani hidup yang bebas dari kecemasan dan rasa persaingan dengan orang lain. Dia akan lebih mudah memaafkan dan membiarkan segalanya berjalan apa adanya, juga menjadi murah hati dan penyabar.
Dia pun bisa memiliki kemampuan yang lebih kuat untuk memelihara hal-hal tidak berwujud dalam hidup. Beberapa aspek penting seperti kasih sayang, kerendahan hati, rasa syukur, dan kesadaran akan kehadiran Alloh ﷻ dalam seluruh kehidupan.
Ketika manusia memahami seluruh dunia ini hanya seperti sayap lalat di hadapan Alloh ﷻ, dia akan melihat tidak ada gunanya menguras energi. Sebuah kesia-siaan merelakan masa muda untuk mengejar banyak hal.
Sebaliknya, dia bisa mengarahkan pandangan pada tujuan dan 'rumah' yang sebenarnya, dimana manusia akan menemukan jawaban atas kerinduan terdalam dan paling berharga.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya." (QS. al-Kahfi : 7).
Mereka merasa cukup mengambil dunia sekedar bekal menghadapi perjalanan panjang. Karena dunia, menurut mereka, adalah terminal mengisi segala perbekalan yang dibutuhkan.
Olehnya, Allah Ta’ala mengingatkan kita akan hal itu:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS. al-Baqarah : 97).
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apa urusanku dengan dunia ini?!, tidaklah aku di dunia melainkan ibarat pejalan kaki yang berlindung di bawah naungan sebatang pohon, istirahat, lalu pergi meninggalkannya." (HR. Imam al-Tirmidzi, shahih).
Artinya, kampung sebenarnya bagi hamba adalah kampung akhirat. keluarga hakiki baginya adalah keluarga di akhirat. Dan Harta kekayaan sebenarnya adalah harta di akhirat. Merugilah orang-orang yang tega menjual akhiratnya demi mengais secuil kesenangan dunia yang fana. Makanya, tanamkan niat takwa dalam seluruh aktifitas hidup. Hal mana agar setiap perbuatan kita di muka bumi bernilai pahala di sisi-Nya. Sebab demikianlah maksud keberadaan kita di dunia. Ibadah, dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya.
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri di antara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak." (QS. al-Hadid: 20).
Saat melewati sebuah pasar, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menemukan bangkai seekor anak kambing yang kecil telinganya. Beliau memegang telinga bangkai itu lalu mengangkatnya. Sambil menoleh beliau bertanya:
“Siapakah diantara kalian yang mau membayar bangkai ini seharga satu dirham?” Dengan wajah heran para sahabat menjawab: “Bagi kami ia tidak ada nilainya sedikitpun. Apa yang dapat kami lakukan terhadap bangkai yang hina itu?” Beliau menambahkan lagi: “Bagaimana kalau bangkai ini diberikan (cuma-cuma) pada kalian?” Serentak mereka menimpali: “Demi Alloh ﷻ, seandainya-pun masih hidup kami tidak bakal tertarik. Ia adalah hewan cacat karena telinganya kecil, apalagi dengan kondisi sekarang yang telah menjadi bangkai?!, sudah tentu kami lebih tidak tertarik lagi”. Sambil tersenyum Rasulullah ﷺ bersabda: “Demi Allah, sungguh dunia di sisi Alloh ﷻ jauh lebih hina ketimbang bangkai anak kambing ini." (HR. Bukhari).
Dalam kesempatan lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Andai dunia ini sepadan dengan sayap seekor nyamuk di sisi Alloh ﷻ, maka orang-orang kafir tidak bakal mendapat minum walau seteguk air." (HR. Imam al-Tirmidzi, shahih).
Inilah hakekat dunia sebenarnya. Sebuah kenyataan yang mengajak kita sadar. Jangan sampai gemerlap dan tipu dayanya menjadikan kita budak. Atau bahkan hamba baginya. Sebab, penghambaan terhadap dunia merupakan sumber segala kerusakan. Lihatlah kefajiran yang banyak dibuat anak Adam, dahulu hingga kini, hampir seluruhnya disebabkan cinta dunia. Nah, dalam menyikapi kehidupan dunia serta tujuan akhirat yang dituju anak adam terbagi menjadi dua, yaitu:
★ Golongan Pertama:
Mereka yang mengingkari kehidupan akhirat setelah alam dunia ini berakhir. Tentang mereka, Alloh ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan." (QS. Yunus : 7).
★ Golongan Kedua:
Mereka yang meyakini adanya hari pembalasan pasca kehidupan dunia. Golongan ini mengakui para Rasul serta membenarkan risalahnya. Kendati kondisi mereka bertingkat, seperti disinggung dalam firman-Nya:
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Alloh ﷻ. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir : 32).
Penjabarannya adalah sebagai berikut:
🔹Pertama: Zalimun linafsihi
Yakni, orang yang menzalimi diri sendiri. Dalam kehidupan ini mereka banyak terjebak dalam perkara-perkara haram. Sebab bagi mereka, dunia adalah segalanya. Wala’-nya pun sepenuhnya diserahkan pada dunia. Makanya, mereka dikatakan menzalimi diri sendiri. Karena sikap mereka itu sedikitpun tidak memberi mudharat bagi Alloh ﷻ. Akan tetapi, akibat dari perbuatan mereka itu kembali pada diri sendiri. Mereka itulah ahli ahwa’ dan ahlu syahwat. Gerak hidup mereka kebanyakan didominasi kepentingan hawa nafsu dan pemuasan syahwat hewani.
🔹Kedua: Muqtashid
Yaitu golongan pertengahan. Mereka menikmati kehidupan dunia dari arah yang dibolehkan, disamping melaksanakan seluruh kewajiban yang dibebankan syari’at. Golongan ini tidak tercela. Hanya saja derajat mereka di sisi Allah Ta’ala tidaklah istimewa. Diriwayatkan, Umar bin al-Khattab ra berkata:
“Seandainya bukan karena takut derajatku di surga akan berkurang, sudah pasti aku akan mendahului kalian dalam hal kehidupan dunia. Saya mendengar Alloh ﷻ mencela suatu kaum melalui firman-Nya: “Kamu telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya." (QS. al-Ahqaf : 20).
🔹Ketiga: Sabiqun Bi al-Khairaat
Yaitu, orang-orang yang bersegera mengerjakan amal-amal kebajikan. Mereka paham hakikat kehidupan dunia ini. Mengerti maksud dan tujuan mengapa mereka diciptakan. Hingga akhirnya mengarahkan mereka mengubah segala gerak dalam hidup sebagai amal dan ibadah kepada Alloh ﷻ. Disamping itu, mereka sadar, bahwa Alloh ﷻ menempatkan segenap hamba-Nya di bumi untuk menjalani ujian. Hal ini, agar kelihatan siapa yang paling baik amalnya. Paling zuhud terhadap dunia. Dan paling cinta pada negeri akhirat.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya." (QS. al-Kahfi : 7).
Mereka merasa cukup mengambil dunia sekedar bekal menghadapi perjalanan panjang. Karena dunia, menurut mereka, adalah terminal mengisi segala perbekalan yang dibutuhkan. Olehnya, Alloh ﷻ mengingatkan kita akan hal itu:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa." (QS. al-Baqarah: 97).
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apa urusanku dengan dunia ini?!, tidaklah aku di dunia melainkan ibarat pejalan kaki yang berlindung di bawah naungan sebatang pohon, istirahat, lalu pergi meninggalkannya." (HR. Imam al-Tirmidzi, shahih).
Artinya, kampung sebenarnya bagi hamba adalah kampung akhirat. keluarga hakiki baginya adalah keluarga di akhirat. Dan harta kekayaan sebenarnya adalah harta di akhirat. Merugilah orang-orang yang tega menjual akhiratnya demi mengais secuil kesenangan dunia yang fana. Makanya, tanamkan niat taqwa dalam seluruh aktifitas hidup. Hal mana agar setiap perbuatan kita di muka bumi bernilai pahala di sisi-Nya.
Sebab demikianlah maksud keberadaan kita di dunia. Ibadah, dan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya. Mu’adz bin Jabal ra berkata:
“Aku mengharapkan pahala dari tidurku, sebagaimana mengharapkan pada waktu terjagaku (shalat malam)."
Walllahu a’lam.
Demikian paparan kali ini.
Yang benar datangnya dari Alloh ﷻ. Yang salah dari ketidatahuan ana yang masih fakir ilmu agama.
Mohon maaf jika ada salah-salah kata dalam penulisan.
العلم بلاعمل كا لشجر بلا ثمر
Ilmu itu apabila tidak diamalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah.
جزاكم الله خير جزاء شكرا وعفوا منكم
فا استبقوا الخيرات
والسلام عليكم ورحمة الله و بر كاته
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0️⃣1️⃣ Fitri ~ Gresik
Atas keterbatasan saya, ini berdasarkan pengalaman seseorang. Tema malam ini berani menolak godaan, bagaimana jika ada seseorang yang terkena sihir sehingga dia menerima godaan laki-laki?
Apa yang harus dilakukan? Sedangkan yang bersangkutan sendiri tidak bisa melepas pikirannya dari laki-laki itu.
🔷Jawab:
Kalau terkena sihir sebaiknya diruqyah, baik oleh ahlinya ataupun ruqyah pribadi, sehingga bisa terbebas dari sihir tersebut.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Safitri ~ Banten
Bun, kalau kita berusaha keras menolak godaan, tapi bisikan setan lebih kuat lagi apalagi dengan iman ku ini bagaimana, bun?
🔷Jawab:
Iman itu kadang naik kadang turun, ketika iman turun godain setan terasa kuat, untuk itu ketika iman kita turun kita harus memaksakan diri untuk berbuat kebaikan. Selain itu bergaul dengan orang sholih, sehingga ketika kita malas berbuat baik ada yang mengajak mengingatkan bahkan memaksa kita.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Phity ~ Yogja
Assalamu'alaykum bun,
Tidak semua orang cepat sadar bahwa kenikmatan dunia ini hanya secuil, bahkan muncul prinsip "your only life ones" dalam dirinya. Jadi, karena hidup hanya sekali, maka dipuas-puasin. Bagaimana menyadarkan orang seperti itu?
Jazzakillah.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Kita ajak diskusi mengenai seputar kehidupan dunia kehidupan akhirat, kalau memungkinkan diajak ikut kajian offline ataupun online, sehingga ada pencerahan dari dirinya.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Erni ~ Yogya
Assalamualaikum Ustadzah,
Bagaimana caranya agar tidak tergoda dengan manyunnya bibir seseorang, karena selalu sadar tersenyum dengan orang manyun pahalanya lebih besar daripada senyum dengan orang yang cerah berseri dengan senyuman yang ikhlas?
Mohon pencerahannya.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Hee...he...he...
Maksudnya orang bermuka lempeng yaa, kita senyumin lempeng saja tidak balas senyum. Memang sih kita jadi merasa bagaimana gitu ketika kita senyum tidak dibalas. Biar tidak kecewa luruskan niat senyum karena Alloh ﷻ. Ingat dibalas atau tidak kalau diniatkan ibadah senyum kita tetap mendapatkan pahala. Dan bonusnya kita sehat dan awet muda.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Yulia ~ Bekasi
Assalamualaikum,
Bagaimana sikap kita dengan orang yang jelas-jelas menginfakan sebagai hartanya di jalan Alloh ﷻ, namun cara mendapatkan dengan tidak halal? Apakah termasuk golongan muqtashid?
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Masuknya ke dalam zalimun linafsihi, menzalimi diri sendiri.
Karena sebenarnya dia paham bahwa cara mendapatkan harta tersebut tidak halal. Apakah maksudnya untuk pencucian uang.
Alloh ﷻ hanya menerima harta terbaik dan bersih. Maka untuk hewan qurban diatur secara detail bagaimana hewan yang boleh untuk qurban.
Jangankan yang jelas-jelas haram, untuk dana-dana yang diragukan antara halal dan haramnya saja, maka penyaluran sumbangannya diperuntukkan keperluan bersifat umum seperti pembangunan jalan, pembangunan wc umum.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ Hesti ~ Surabaya
Saya ini seorang yang baru belajar tentang Islam sehingga ilmunya masih minim. Mohon dijelaskan arti dari akibat tindakan zalim yang akan kembali pada diri sendri. Mereka itu ahli ahwa dan ahlu syahwat.
Mohon dijabarkan.
🔷Jawab:
Tindakan zalim terhadap diri sendiri contohnya tidak makan yang halal dan thoyyiban berakibat sakit maag.
Menzalimi orang lain dengan tidak bayar hutang misalnya akibatnya banyak orang yang tidak mempercayai lagi dan masih banyak lagi contoh kezaliman yang berakibat tidak baik kepada kita.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Hidup ini hanyalah sebuah perjalanan, dan hidup dengan pengetahuan dan keimanan akan membawa pada kedamaian.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar