OLeH : Ustadz H. Farid Nu'man Hasan
๐M a T e R i๐
๐ธSUJUD SAHWI
๐ทDEFINISI (Ta’rif)
Secara bahasa (etimologi), sahwi diambil dari kata sahaa – yashuu – sahwan – suhuwwan artinya lupa, lalai. Sahaa fil amri artinya lupa terhadap sesuatu.
Secara istilah (terminologi), sujud sahwi adalah dua kali sujud yang dikerjakan karena lupa terhadap suatu hal penting dalam shalat.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
ุณุฌูุฏ ุงูุณูู ุณุฌุฏุชุงู ูุณุฌุฏูู
ุง ุงูู
ุตูู ูุจู ุงูุชุณููู
ุฃู ุจุนุฏู
Sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali sujud dilakukan oleh orang yang shalat, sebelum salam atau sesudahnya.
(Fiqhus Sunnah, 1/225)
๐ทAPA BACAAN SUJUD SAHWI?
Sebagian fuqaha menyebutkan dalam kitab-kitab mereka bahwa disunahkan bacaan dalam sujud sahwi adalah:
ุณُุจْุญَุงَู ู
َْู َูุง َูุณُْูู ََููุง ََููุงู
ُ
Subhana man laa yashuu wa laa yanaam – Maha Suci Yang tidak pernah lupa dan tidak pernah tidur.
Doa ini ada dalam kitab-kitab fiqih induk madzhab Hanafi dan syafi’i. Maka, silahkan dipakai bagi yang menginginkannya.
Namun bacaan ini tidak shahih dari Nabi ๏ทบ, tidak ada keterangan yang sah tentang ucapan yang khusus mesti dibaca dalam sujud sahwi.
Al Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah telah menjelaskan:
َُُْูููู ุณَู
ِุนْุช ุจَุนْุถَ ุงْูุฃَุฆِู
َّุฉِ َูุญِْูู ุฃََُّูู َูุณْุชَุญِุจُّ ุฃَْู ََُูููู ِِูููู
َุง ุณُุจْุญَุงَู ู
َْู َูุง ََููุงู
ُ ََููุง َูุณُْูู ุฃَْู ِูู ุณَุฌْุฏَุชَْู ุงูุณَِّْูู ُْููุช َูู
ْ ุฃَุฌِุฏْ َُูู ุฃَุตًْูุง
Ucapannya (Ar Rafi’i): aku mendengar sebagian imam menceritakan bahwa disunahkan membaca pada dua sujud itu: Subhana man laa yanaam wa laa yashuu, yaitu pada dua sujud sahwi. Aku (Imam Ibnu Hajar) berkata: “Saya tidak temukan asal usul ucapan ini.”
(Al Hafizh Ibnu Hajar, At Talkhish Al Habir, 2/14. Cet. 1, 1989M-1419H. Darul Kutub Al ‘Ilmiyah).
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah mengomentari bacaan di atas:
ูุง ูุตุญ ุชูููุฏ ูุฐุง ุงูุชุณุจูุญ ูู ุณุฌูุฏ ุงูุณูู.
"Tidak shahih mengkaitkan tasbih ini pada sujud sahwi."
(Muhadzdzab Mu’jam Al Manahi Al Lafzhiyah, Hal. 89).
Oleh karenanya sebagian ulama –seperti Imam Ibnu Qudamah- menyebutkan bahwa bacaan sujud sahwi adalah sama dengan sujud biasa.
Berkata Syaikh Abu Thayyib Ali Hasan faraaj:
ูุงูุตูุงุจ: ุฃู ูููู ูู ุณุฌูุฏ ุงูุณูู ู
ุซู ู
ุง ูููู ูู ุณุฌูุฏ ุงูุตูุงุฉ
"Yang benar adalah membaca pada sujud sahwi seperti membaca pada sujud shalat." (Tanbih As Saajid, Hal. 10).
Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:
ูุจุนุถ ุงููููุงุก ูุณุชุญุจ ุฃู ูููู ูู ุณุฌูุฏ ุงูุณูู ( ุณุจุญุงู ู
ู ูุง ูุณูู ููุง ููุงู
) ، ูููู ูุง ุฏููู ุนููู ، ูุงูู
ุดุฑูุน ูู ุงูุงูุชุตุงุฑ ุนูู ู
ุง ูุฐูุฑ ูู ุณุฌูุฏ ุงูุตูุงุฉ، ููุง ูุนุชุงุฏ ุฐูุฑุง ุบูุฑู .
"Sebagian fuqaha menganjurkan membaca pada sujud sahwi (subhana man laa yashuu wa laa yanaam), tetapi ini tidak ada dalilnya, maka yang disyariatkan adalah bacaan sebagaimana dibaca dalam sujud shalat, dan tidak ada pembiasaan dzikir selain itu." (Fatawa Islamiyah Su’al wa Jawab, No. 77430).
Bacaan duduk di antara dua sujudnya juga sama:
ููุฐูู ูู ุงูุฌูุณุฉ ุจูู ุงูุณุฌุฏุชูู ูููู ูููุง ูู
ุง ูููู ูู ุงูุฌูุณุฉ ุจูู ุงูุณุฌุฏุชูู ูู ุตูุจ ุงูุตูุงุฉ
"Begitu juga ketika duduk di antara dua sujud, bacaannya adalah sama dengan bacaan duduk di antara dua sujud dalam shalat."
(Fatawa Nur ‘Alad Darb, Bab Shalat No. 1531).
๐ทSEBAB APA TERJADI SUJUD SAHWI?
Sujud Sahwi terjadi dalam beberapa keadaan berikut:
√ Memberi Salam Padahal Shalat Belum Sempurna.
Dalilnya adalah, Dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
ุตََّูู ุจَِูุง ุฑَุณُُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุฅِุญْุฏَู ุตََูุงุชَْู ุงْูุนَุดِِّู َูุงَู ุงุจُْู ุณِูุฑَِูู ุณَู
َّุงَูุง ุฃَุจُู ُูุฑَْูุฑَุฉَ ََِْูููู َูุณِูุชُ ุฃََูุง َูุงَู َูุตََّูู ุจَِูุง ุฑَْูุนَุชَِْูู ุซُู
َّ ุณََّูู
َ ََููุงู
َ ุฅَِูู ุฎَุดَุจَุฉٍ ู
َุนْุฑُูุถَุฉٍ ِูู ุงْูู
َุณْุฌِุฏِ َูุงุชََّูุฃَ ุนَََْูููุง َูุฃََّูู ุบَุถْุจَุงُู ََููุถَุนَ َูุฏَُู ุงُْููู
َْูู ุนََูู ุงُْููุณْุฑَู َูุดَุจََّู ุจََْูู ุฃَุตَุงุจِุนِِู ََููุถَุนَ ุฎَุฏَُّู ุงْูุฃَْูู
ََู ุนََูู ุธَْูุฑِ َِِّููู ุงُْููุณْุฑَู َูุฎَุฑَุฌَุชْ ุงูุณَّุฑَุนَุงُู ู
ِْู ุฃَุจَْูุงุจِ ุงْูู
َุณْุฌِุฏِ ََููุงُููุง َูุตُุฑَุชْ ุงูุตََّูุงุฉُ َِููู ุงَْْูููู
ِ ุฃَุจُู ุจَْูุฑٍ َูุนُู
َุฑُ ََููุงุจَุง ุฃَْู َُِّูููู
َุงُู َِููู ุงَْْูููู
ِ ุฑَุฌٌُู ِูู َูุฏَِْูู ุทٌُูู َُููุงُู َُูู ุฐُู ุงَْููุฏَِْูู َูุงَู َูุง ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุฃََูุณِูุชَ ุฃَู
ْ َูุตُุฑَุชْ ุงูุตََّูุงุฉُ َูุงَู َูู
ْ ุฃَْูุณَ ََููู
ْ ุชُْูุตَุฑْ ََููุงَู ุฃََูู
َุง َُُูููู ุฐُู ุงَْููุฏَِْูู ََููุงُููุง َูุนَู
ْ َูุชََูุฏَّู
َ َูุตََّูู ู
َุง ุชَุฑََู ุซُู
َّ ุณََّูู
َ ุซُู
َّ َูุจَّุฑَ َูุณَุฌَุฏَ ู
ِุซَْู ุณُุฌُูุฏِِู ุฃَْู ุฃَุทََْูู ุซُู
َّ ุฑََูุนَ ุฑَุฃْุณَُู ََููุจَّุฑَ ุซُู
َّ َูุจَّุฑَ َูุณَุฌَุฏَ ู
ِุซَْู ุณُุฌُูุฏِِู ุฃَْู ุฃَุทََْูู ุซُู
َّ ุฑََูุนَ ุฑَุฃْุณَُู ููุจุฑ. ูุฑุจู
ุง ุณุฃููู: ุซู
ุณูู
؟ ููููู: ูุจุฆุช ุฃู ุนู
ุฑุงู ุจู ุญุตูู ูุงู: ุซู
ุณูู
.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat bersama kami pada suatu shalat siang.” Demikianlah Abu Hurairah menamakannya tetapi saya telah lupa. Dan Abu Hurairah berkata: “Lalu beliau shalat bersama kami dua rakaat lalu salam. Kemudian Beliau bangun menuju sebuah kayu yang terbentang di masjid dan bersandar padanya seakan dia sedang marah. Lalu Beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya dan merekatkan jari-jarinya, dan meletakan pipi kanannya pada punggung telapak tangan kirinya. Manusia bergegas keluar melalui pintu masjid dan mengatakan: “Shalat diqashar!” Pada mereka terdapat Abu Bakar dan Umar. Keduanya segan untuk menanyakan hal itu. Pada mereka ada seseorang bertangan panjang yang dinamakan Dzulyadain, dia bertanya: “Wahai Rasulullah ๏ทบ, apakah kau lupa atau kau mengqashar shalat?” Beliau menjawab: “Aku tidak lupa dan tidak juga qashar.” Maka Nabi bertanya: “Apakah benar apa yang dikatakan Dzulyadain?” Mereka menjawab” “Benar.” Maka beliau maju dan shalat melanjutkan yang tertinggal, lalu dia takbir dan sujud sebagaimana sujudnya atau lebih panjang, kemudian mengangkat kepalanya dan takbir, kemudian takbir dan sujud sebagaimana sujudnya atau lebih panjang, kemudian dia mengangkat kepalanya lagi dan bertakbir. Barangkali mereka bertanya: “Kemudian salam?” Dikabarkan kepadaku bahwa ‘Imran bin Hushain berkata: “Kemudian salam.”” (HR. Bukhari No. 468 dan Muslim No. 573).
Imam Muslim memasukkan hadits ini dalam Bab As Sahwi fis Shalah was Sujud Lahu (Bab Lupa Dalam Shalat dan Sujud Karenanya).
Ini menunjukkan, jika kekurangan jumlah rakaat. Maka shalat lagi sejumlah rakaat yang kurang, lalu tutup dengan sujud sahwi sebelum salam.
√ Kelebihan Jumlah Rakaat Shalat.
Ini juga menyebabkan seseorang mesti menjalankan sujud sahwi.
Dalilnya adalah:
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
ุฃََّู ุฑَุณَُูู ุงَِّููู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุตََّูู ุงูุธُّْูุฑَ ุฎَู
ْุณًุง ََِูููู َُูู ุฃَุฒِูุฏَ ِูู ุงูุตََّูุงุฉِ ََููุงَู َูู
َุง ุฐَุงَู َูุงَู ุตََّْููุชَ ุฎَู
ْุณًุง َูุณَุฌَุฏَ ุณَุฌْุฏَุชَِْูู ุจَุนْุฏَ ู
َุง ุณََّูู
َ
“Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat zhuhur lima rakaat. Lalu ada orang yang berkata kepadanya: “Apakah memang rakaat shalat ditambah?” Beliau bersabda: “Memang kenapa?” orang itu menjawab: “Engkau shalat lima rakaat.” Maka Nabi pun sujud dua kali setelah salam.”
(HR. Bukhari No. 1168 dan Muslim No. 572).
√ Lupa Melakukan Tasyahhud Awal Atau Meninggalkan Sunah-sunah Dalam Shalat.
Dalilnya adalah, dari Ibnu Buhainah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
ุฃََّู ุงَّููุจَِّู ุตََّูู ุงَُّููู ุนََِْููู َูุณََّูู
َ ุตََّูู ََููุงู
َ ِูู ุงูุฑَّْูุนَุชَِْูู َูุณَุจَّุญُูุง َูู
َุถَู ََููู
َّุง َูุฑَุบَ ู
ِْู ุตََูุงุชِِู ุณَุฌَุฏَ ุณَุฌْุฏَุชَِْูู ุซُู
َّ ุณََّูู
َ
“Bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam shalat, beliau bangun pada rakaat kedua, maka jamaah mengucapkan ‘subhanallah’ maka beliau tetap melanjutkannya, lalu ketika selesai shalat, Belia sujud dua kali lalu salam.”
(HR. An Nasa’i No. 1177, 1178, Ibnu Majah No. 1206, 1207. Shahih).
Menurut hadits ini juga sudah terlanjur tegak berdiri, maka imam tidak usah duduk lagi, dia lanjutkan saja tetapi setelah shalat dia sujud dua kali (sahwi) lalu salam. Tetapi, juga berdirinya belum sempurna tegaknya, maka boleh baginya untuk duduk lagi untuk tasyahhud awal.
Hal ini ditegaskan dalam riwayat dari Mughirah bin Syu’bah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ุฅِุฐَุง َูุงู
َ ุฃَุญَุฏُُูู
ْ ู
ِْู ุงูุฑَّْูุนَุชَِْูู ََููู
ْ َูุณْุชَุชِู
َّ َูุงุฆِู
ًุง ََْูููุฌِْูุณْ َูุฅِุฐَุง ุงุณْุชَุชَู
َّ َูุงุฆِู
ًุง ََููุง َูุฌِْูุณْ ََููุณْุฌُุฏْ ุณَุฌْุฏَุชَْู ุงูุณَِّْูู
“Jika salah seorang kalian berdiri ketika rakaat kedua tetapi belum sempurna, maka hendaknya duduk, jika sudah sempurna maka janganlah duduk. Lalu sujudlah dua kali sebagai sahwi.”
(HR. Abu Daud No. 949, 950, Ibnu Majah No. 1208. Hadits ini shahih).
Hadits-hadits juga menunjukkan bahwa meninggalkan sunah-sunah shalat mengharskan pelakunya untuk sujud sahwi. Bagaimana meninggalkan qunut shubuh?
Bagi yang meyakini qunut shubuh adalah sunah, tentu mereka meyakini jika meninggalkannya atau salah dalam menempatkannya, maka hendaknya sujud sahwi. Inilah keyakinan masyhur ulama madzhab Asy Syafi’i.
Berkata Imam Asy Syafi’i Radhiallahu ‘Anhu:
ููุฐูู ูู ุฃุทุงู ุงูููุงู
ูููู ุจู ุงููููุช ูุงู ุนููู ุณุฌูุฏ ุงูุณูู ูุงู ุงููููุช ุนู
ู ู
ุนุฏูุฏ ู
ู ุนู
ู ุงูุตูุงุฉ ูุฅุฐุง ุนู
ูู ูู ุบูุฑ ู
ูุถุนู ุฃูุฌุจ ุนููู ุงูุณูู.
“Oleh karena itu, jika seseorang melamakan berdiri, dengan itu dia meniatkan sebagai qunut, maka wajib baginya sujud sahwi, sebab qunut adalah amalan tertentu di antara amalan shalat lainnya, jika dia melakukannya bukan pada tempatnya, maka wajib baginya sahwi.”
(Imam Asy Syafi’i, Al Umm, 1/136, Darul Fikr).
Maka, bagi yang berkeyakinan sebagaimana madzhab Asy Syafi’i bahwa qunut itu adalah sunah, sedangkan meninggalkan sunah adalah termasuk sebab terjadinya sujud sahwi, maka sangat wajar dia melakukan sujud sahwi itu. Tetapi, bagi seseorang yang tidak meyakini adanya qunut shubuh, bahkan membid’ahkannya, karena dia mengikuti pendapat Imam Ahmad bin Hambal, Imam Abu Hanifah dan lainnya, maka tidak mungkin dia sujud sahwi karena meninggalkannya, sebab menurutnya qunut shubuh adalah bid’ah dan keliru, tidak mungkin sujud sahwi gara-gara meninggalkan bid’ah dan kekeliruan.
Maka, hal yang menjadi aneh jika ada orang yang tidak meyakini adanya qunut, tetapi dia sujud sahwi gara-gara meninggalkan sesuatu yang dianggapnya bid’ah itu. Begitu pula jika dia menjadi makmum bagi imam yang berqunut, ketika imam sujud sahwi karena meninggalkan qunut, maka makmum seperti itu tidak perlu ikut sahwi, sebab dia tidak meyakini syariat qunut. Imam meyakini sunah, maka wajar dia sahwi jika meninggalkannya, sedangkan makmum meyakininya bid’ah, maka menjadi tidak wajar jika dia sahwi karena meninggalkannya.
Tetapi, kami menganjurkan, apalagi di daerah yang rawan dan sensitif, hendaknya makmum bersikap bijak untuk mengikuti dan mengaminkan imam yang qunut, untuk menjaga kesatuan hati dan rapatnya shaf kaum muslimin. Inilah sikap yang diambil oleh Imam Ahmad bin Hambal, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin, para ulama di Lajnah Daimah, dan lainnya. (Lihat Tulisan saya: Sikap Bijak Para Imam Ahlus Sunnah Menghadapi Persoalan Qunut).
√ Ragu-Ragu Dalam Shalat.
Hal ini juga membuat seseorang untuk sujud sahwi. Dalilnya:
Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah ๏ทบ bersabda:
ุฅِุฐَุง ุดََّู ุฃَุญَุฏُُูู
ْ ِูู ุงَْููุงุญِุฏَุฉِ َูุงูุซِّْูุชَِْูู ََْูููุฌْุนَُْููู
َุง َูุงุญِุฏَุฉً َูุฅِุฐَุง ุดََّู ِูู ุงูุซِّْูุชَِْูู َูุงูุซََّูุงุซِ ََْูููุฌْุนَُْููู
َุง ุซِْูุชَِْูู ََููุณْุฌُุฏْ ِูู ุฐََِูู ุณَุฌْุฏَุชَِْูู َูุจَْู ุฃَْู ُูุณَِّูู
َ
“Jika di antara kalian ragu, apakah rakaat pertama dan kedua, maka jadikanlah itu sebagai rakaat pertama saja. Jika kalian ragu pada rakaat kedua dan ketiga, maka jadikanlah itu sebagai rakaat kedua. Oleh karena itu, sujudlah dua kali sebelum salam.”
(HR. At Tirmidzi No. 396, Ibnu Majah No. 1204. Hadits ini shahih).
Dari hadits ini dan hadits lain yang serupa. Jumhur ulama mengatakan bila seseorang ragu-ragu terhadap jumlah rakaat shalat, maka hendaknya dia meyakinikan rakaat yang lebih sedikit, kemudian dia melakukan sahwi.
Tetapi ada juga ulama yang mengatakan bahwa ragu-ragu dalam shalat, seseorang yang tidak tahu sudah berapa rakaat shalatnya, bukan diselesaikan dengan sahwi, tetapi harus diulang shalatnya. Hal ini diinformasikan oleh Imam At Tirmidzi berikut ini:
ู ูุงู ุจุนุถ ุฃูู ุงูุนูู
ุฅุฐุง ุดู ูู ุตูุงุชู ููู
ูุฏุฑ ูู
ุตูู ูููุนุฏ .
“Berkata sebagian ulama: jika seseorang ragu di dalam shalatnya, dia tidak tahu sudah berapa rakaat shalatnya, maka hendaknya dia mengulangi shalatnya.”
(Sunan At Tirmidzi No. 396).
Dan, pendapat jumhur ulama yang menyatakan sahwi adalah pendapat yang lebih kuat dan telah diterangkan dalam berbagai hadits shahih.
Demikian. Wallahu A’lam
๐ธ๐ธ๐ธ๐๐๐๐ธ๐ธ๐ธ
๐TaNYa JaWaB๐
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, berarti setiap hal-hal yang disunnahkan di dalam shalat yang tidak dikerjakan, kita harus menggantinya dengan sujud sahwi ya ustadz?
๐ดJawab:
Ya, itu sebagian ulama ya.
Berdasarkan perbuatan Rasulullah ๏ทบ yang sujud sahwi karena tidak tasyahud awal. Tasyahud awal itu sunnah. Dari situlah alasannya.
Sementara sebagian ulama lain menegaskan bahwa sujud sahwi hanya berlaku berdasarkan perilaku Rasulullah ๏ทบ saja seperti yang saya uraikan di atas.
Wallahu A’lam.
0️⃣2️⃣ iRna ~ Bukittinggi
Ustadz, jika yang terlupa itu rukun rukun sholat, apa yang dilakukan? Apa sujud sahwi juga?
Terima kasih Ustadz.
๐ดJawab:
Jika sengaja meninggalkan rukun, itu batal.
Jika lupa, dan dia langsung teringat, maka segara dia lakukan, lalu sahwi sebelum salam. Tapi, jika ingatnya sudah agak lama, maka ulang shalatnya.
Ada pertanyaan mirip di grup lain tentang orang yang sujudnya hanya sekali:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Sujud itu rukun shalat. Tidak melakukannya, atau melakukannya hanya sekali, batal shalatnya.
Bagi yang lupa melakukannya, wajib baginya melakukan sujud itu saat dia ingat, atau saat dia diingatkan. Tidak cukup hanya sujud sahwi.
Jika dia baru tahu setelah shalat, maka lalukan ulangi 1 rakaat, lalu tutup dengan sujud sahwi. Rakaat terakhir yang sebelumnya itu dianggap tidak ada.
Dalam Majma' Al Buhuts Al 'Ilmiyah:
ุฃูู ุฅุฐุง ูุณู ุงูู
ุตูู ุณุฌุฏุฉ ู
ู ุงูุณุฌุฏุชูู ุงููุงุฌุจุชูู ููู
ูุฑุฌุน ูุฅู ูุงู ูุฑูุจ ุนูุฏ ุจุงูุตูุงุฉ ุฃุชู ุจุฑูุนุฉ ูุณูู
، ูุฅู ุทุงู ุงูุฃู
ุฏ ูุฅู ุงููุงุฌุจ ุนููู ุฅุนุงุฏุฉ ุงูุตูุงุฉ ูููุง
"Jika seorang yang shalat lupa 1 sujud dari 2 sujudnya yang wajib dan dia tidak kembali untuk melalukannya, maka jika kejadiannya masih berdekatan dengan shalat maka DIA MESTI MELAKUKAN 1 RAKAAT. Tapi, jika kejadiannya sudah berlalu lama, maka wajib MENGULANG SHALATNYA secara utuh."
Wallahu A’lam.
๐ธ๐ธ๐ธ๐๐๐๐ธ๐ธ๐ธ
๐CLoSSiNG STaTeMeNT๐
Belajar agama, khususnya fiqih, bukan untuk semata kekayaan khazanah semata. Tapi, untuk diamalkan agar ibadah kita semakin baik dan Allah Ta'ala terima.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar