Minggu, 29 Desember 2019
(KITA) YANG LALAI
OLeH: Ustadz Syahrawi Munthe
💘M a T e R i💘
Assalamu'alaykum wr.wb
Segala puji bagi Alloh ﷻ atas segala karunia-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah pada baginda Rasulullah ﷺ.
InsyaAllah tema kajian kita sore ini tentang kelalaian.
🌷(KITA) YANG LALAI
Rasanya lebih nyaman jika introspeksi (muhasabah) ditujukan pada diri sendiri. Sebab sesungguhnya muhasabah diri adalah bagian dari hisab tentang amal yang dikerjakan dan amal yang dilalaikan. Itu sebabnya judul tulisan ini '(Kita) yang Lalai'. Ya, sebagian besar dari kita termasuk golongan orang-orang yang lalai atau ghaafilun.
Jika dibandingkan dengan para orang-orang terdahulu, maka rasanya kualitas dan kuantitas ibadah kita tidaklah seberapa. Pun, mungkin hanya sedikit saja yang mengikuti sunnah nabi sesuai standar yang di contohkan. Belum lagi urusan-urusan dunia yang tak kunjung usai, yang seringkali membuat abai dengan amalan shakih. Jadi, justifikasi kita bagian dari ghaafiluun mungkin benar adanya.
Allah 'Azza wa Jalla mengingatkan agar orang-orang beriman menjaga diri supaya tidak termasuk bagian dari orang-orang yang lalai. Firman Alloh ﷻ :
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai."
Versi Alloh ﷻ tentang orang yang lalai adalah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya dikunci. Hati tertutup dari hidayah, pendengaran tak bisa mendengar nasehat, sedang penglihatan tak berguna karena tidak bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Alloh ﷻ.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Alloh ﷻ, dan mereka itulah orang-orang yang lalai."
(QS. 16 : 108)
Jiwa yang lalai karena tenaga, pikiran, usia tersibukkan oleh dunia. Tak pernah cukup dengan segala kemewahan dan kesenangan di dalamnya. Dunia memang begitu menggoda, sehingga kita sering kali abai dengan firman Alloh ﷻ.
فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. 31 : 33)
Ada nasehat baik dari Umar bin Khattab ra agar setiap diri menghisab amalnya. Sudah sejauh mana memupuk amal-amalnya sebagai bekal perjalanan di akhirat atau sebaliknya dosa-dosa apa yang telah diperbuat.
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal.”
Lalai adalah kerugian sebab usia tidaklah lama. Hanya sebentar saja. Misal seseorang mukallaf sejak usia 15 tahun (bagi laki-laki) dan diprediksi meninggal usia 60 tahun. Maka ia memupuk amal hanya 45 tahun saja. Jika diurai lagi, sepertiganya untuk tidur (15 tahun), berarti tersisa 30 tahun. 30 tahun beramal (asumsi jika semuanya digunakan untuk ibadah) rasanya tidak cukup untuk memupuk bekal perjalanan ke akhirat. Tidak cukup untuk ditimbang agar bisa kekal di surga. Sebab faktanya banyak sekali amalan-amalan yang melahirkan kesia-siaan.
Maka bisa jadi betul, bahwa kita masuk surganya Alloh ﷻ kelak, bukanlah semata mata karena amal kita, tapi karena kasih sayang Alloh ﷻ pada hamba-Nya yang sudah berjuang keras dan berkorban untuk mengabdi pada-Nya.
Orang-orang yang lalai adalah orang yang lupa pada Alloh ﷻ, tidak bersyukur, tidak beramal shalih, tidak peduli dengan kewajiban dan larangan Alloh ﷻ, abai dengan sunnah Rasulullah ﷺ. Hanya penyesalan yang akan di dapat saat usia tinggal menghitung hari. Baginya hidup di dunia hanyalah untuk kesenangan semata, sedang akhirat terabaikan.
Semoga Alloh ﷻ melindungi kita dari golongan yang termasuk orang-orang lalai.
Amiin.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Phity ~ Yogja
Benar sekali ustadz, usia manusia singkat saja. Rasanya waktu cepat berlalu, tapi masih sedikit amal yang dilakukan.
Disibukkan oleh aktifitas duniawi, bagaimana caranya biar kita semangat beramal dan tidak lalai tadz?
🔷Jawab:
Perbanyak introspeksi (muhasabah) diri, hakikat diri sebagai makhluk fana. Sering ziarah kubur dan mendatangi rumah sakit, insyaAllah bisa mendatangkan semangat beramal.
Wallahu'alam
0⃣2⃣ Nenock ~ Surabaya
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Kok mak jleb banget ustadz.
Bagaimana agar terhindar dari lalai, mengingat kondisi iman yang mudah naik dan turun? Kalau pas naiiikkkk maasyaa Allah seneng bangettttttttttt, kalau pas turunnnnn kok yaaa.
Apalagi kalau sudah niatttt, bismillaah nanti a b c d, ehhhh pas sampai lokasi Subhanallah ujian langsung terpampang nyata.
Jadiiiiiii mudah goyah.
🔷Jawab :
Yaa memang menstabilkan iman (istiqomah) memang sulit. Harus berazzam yang kuat kita. Juga banyak-banyak belajar, dan bergaul dengan orang-orang yang shalih.
Biasanya nuansa semangat beramal itu, dipengaruhi oleh lingkungan, terutama orang-orang sekitar. Jika lingkungannya baik, biasanya akan ikut termotivasi, sehingga imannya dapat terpelihara.
Wallahu'alam
0⃣3⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum,
Ustadz, bagaimana caranya menata kembali semuanya bila selama ini lalai, dan sadar ketika umur sudah kepala empat?
Mohon pencerahannya.
🔷Jawab:
Wa'alaykumussalam,
Perbanyak istighfar. Mulai saat ini dan jangan menunggu lagi. Tidak ada istilah terlambat untuk meraih ampunan Alloh ﷻ. Sebelum nyawa sampai di kerongkongan maka Alloh ﷻ akan menerima hamba-Nya yang kembali kepada-Nya.
Wallahuhu'alam
0⃣4⃣ Wandira ~ Depok
Assalamualaikum ustadz.
Ustadz benar, banyak sekali godaan dunia yang bisa menelantarkan urusan akhirat dan saya merasakannya.
Jadi ustadz, bagaimanakah seharusnya seorang hamba agar bisa istiqomah dalam beribadah, menjalankan perintah Alloh ﷻ?
Mohon penjelasannya ustadz.
🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Sama dengan jawaban nomor 02 yaa...
0⃣5⃣ Phity ~ Yogja
Dalam materi disampaikan bahwa: Orang yang lalai adalah orang-orang yang hatinya, pendengarannya dan penglihatannya dikunci. Hati tertutup dari hidayah, karena tidak bisa melihat tanda-tanda kekuasaan Alloh ﷻ.
Nah, apakah lalai ini langsung mengarah pada tidak menjalankan syariat sama sekali atau cukup sekedar telat sholat, jarang shaum, dan lain-lain itu sudah masuk kategori lalai?
🔷Jawab:
Jika kita merujuk pada surah 7 ayat 179, ayat itu ditujukan kepada orang-orang kafir sebab mereka dilalaikan oleh dunia sehingga mereka tidak mau mencari kebenaran.
Sehingga hati, mata dan telinga tidak bisa digunakan mengenali tanda-tanda kekuasaan Alloh ﷻ. Sedang muslim yang terlambat sholat, tidak shaum atau mungkin tidak sholat mereka dikategorikan orang-orang fasik. Disatu sisi mereka beriman, tetapi disisi lainnya mereka bermaksiat kepada Alloh ﷻ. Sebabnya mereka meninggalkan perintah Alloh ﷻ.
Tetapi bisa juga dalam pandangan ulama bahwa mereka termasuk orang-orang yang lalai dengan pengabaiannya terhadap perintah Alloh ﷻ.
Wallahu'alam
0⃣6⃣ Mala Hasan ~ Lampung
Ustadz, apakah lalai yang menyebab seseorang menjadi futur dalam beribadah.
Atau sebaliknya saat futur melanda kita jadi lalai dalam mengingat Alloh ﷻ?
🔷Jawab:
Bisa ke dua-duanya, karena lalai bisa menyebabkan futur, dan futur juga membuat orang lalai.
Karena pada intinya lemahnya Iman yang membuat kita lalai didalam beramal sholeh.
Karena lalai jadi futur, tidak lagi semangat menjalankan ibadah. Dalam kondisi futur itu, kita bisa bertambah lalai dalam mengingat Alloh ﷻ jika tidak berusaha melawan sifat lalai dengan memperbaiki diri (ishlahul fardhi).
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Lalai merupakan penyakit berbahaya bila seseorang telah terjangkit dan penyakit tersebut bercokol pada dirinya.
Maka ia tidak akan menyibukkan diri dengan ketaatan kepada Alloh ﷻ, berdzikir mengingat-Nya, dan beribadah kepada-Nya, akan tetapi menyibukkan diri dengan berbagai perkara yang sia-sia dan jauh dari dzikir mengingat Alloh ﷻ.
Jika ia melakukan salah satu amal shaleh, maka amalan tersebut tidak dibalut dengan sifat khusyu', tunduk, kembali (taubat), rasa takut, dan tidak terburu-buru, benar, dan ikhlas.
Demikianlah pengaruh kelalaian yang buruk terhadap keimanan.
Semoga kita semua sehat, dijauhkan dari kelalaian mengingat Alloh ﷻ. Kita mendekat, Alloh ﷻ mendekat. Kita jauh dari Alloh ﷻ, Alloh ﷻ pun enggan mendekat pada kita. Maka teruslah berusahan istiqomah dalam menjalankan ibadah agar bisa meraih ketaqwaan.
Amiin
Maaf lahir dan batin
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar