OLeh : Ustadz Cecep H.
💎M a T e R i💎
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذي أنزل القرآن هدى للناس وبيانات من الهدى و الفرقان،
أشهد أن لا إله إلا الله و أشهد أن محمدا رسول الله، اللهم صلي على سيدنا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين أما بعد
Berbicara beruntung, tentu Sahabat Sholihah sudah sangat sering mendengarnya, bahkan sering juga diucapkan,
Kata "Beruntung" dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan:
~ Beruntung atau Ber•un•tung
1. Berlaba; mendapat laba: bagaimana dapat ~ kalau ongkos angkutnya saja sudah mahal sekali;
2. Bernasib baik; mujur; bahagia: yang ~ dapat mengenyam pelajaran di bangku sekolah dengan cuma-cuma;
3. Berhasil (maksudnya, usahanya, dan sebagainya); tidak gagal;
Kita sering mendengar seseorang dikatakan beruntung ketika dia mendapatkan sesuatu yang dia inginkan atau bahkan lebih dari yang dia inginkan.
Misalnya ketika seseorang akan masuk sekolah atau perguruan tinggi yang dia harapkan, dan setelah mengikuti berbagai tahapan seleksi ujian masuk, ternyata namanya tidak termasuk yang terdaftar sebagai siswa atau mahasiswa yang diterima di sekolah atau di kampus tersebut, sementara temannya diterima, padahal prestasi di sekolah sebelumnya bisa dikatakan dia lebih baik dari temannya itu.
Maka dia mengatakan saya kurang beruntung dan kepada temannya ternyata kamu beruntung yaa bisa masuk sekolah atau kampus yang engkau harapkan.
Adakah diantara Sahabat yang memiliki pengalaman di atas?
Atau kasus yang lain, seperti dilahirkan dalam keluarga berada, kemudian dikatakan kamu beruntung yaa dilahirkan dalam keluarga berada sementara saya tidak,
Atau dalam hal pekerjaan, seseorang bekerja di tempat yang bagus dan mendapatkan promosi jabatan yang bagus juga, kemudian dikatakan sebagai orang yang beruntung,
Termasuk dalam dalam hal privasi seperti pasangan hidup dll, dikatakan kamu beruntung ya sudah mendapatkan jodoh, atau pasangannya begini dan begitu….
Adakah diantara Sahabat Sholihah yang merasa beruntung? Hari ini atau merasa sedang tidak beruntung karena ini dan itu???
Sahabat Sholihah, Begitu banyak contoh-contoh yang bisa kita indra dan rasakan bahwa suatu keberuntungan itu disimpulkan bahwa ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang ia inginkan atau bahkan lebih maka ia termasuk orang yang beruntung.
Betul atau tidak ?
Sebagai contoh,
~ Mendapatkan Pasangan dan keturunan,
Setiap orang pasti menginginkan untuk mendapatkan pasangan dan selanjutnya mendapatkan keturunan,
Ketika ada diantara Sahabat Sholihah yang belum mendapatkannya sementara yang lain sudah, maka "biasanya" dia mengatakan sungguh beruntung yaa kamu sudah mendapatkan pasangan,
Begitu juga ketika dia sudah mendapatkan pasangan namun belum dititipkan amanah keturunan bahkan sudah beberapa tahun dia menunggunya, namun Alloh SWT belum memberinya, sementara sahabatnya atau adiknya sudah mendapatkannya, maka "biasanya" dia mengatakan sungguh beruntung kamu sudah diberikan keturunan,
~ Mendapatkan Materi dan Kekayaan yang melimpah,
~ Mendapatkan Jabatan,
~ Dan mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Semuanya merupakan penyebab seseorang menyimpulkan bahwa dia Beruntung karena ini dan itu
Namun pertanyaannya apakah sebaliknya ketika seseorang tidak atau belum mendapatkan yang dia inginkan lantas bisa disimpulkan dia tidak BERUNTUNG?
Apabila Sahabat Sholihah mengukur keberuntungan dari aspek duniawi tentu bisa disimpulkan demikian, namun kalau ukurannya adalah dilihat dari aspek Ukhrowiy, belum tentu seseorang dikatakan beruntung ketika mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
Bisa jadi malah sebaliknya dia termasuk orang-orang yang tidak beruntung.
Lalu sebenarnya bagaimana semestinya kita mengukur atau menjadikan tolak ukur sesuatu dikatakan sebagai suatu keberuntungan?
Di sinilah peran Ad Diin atau Syari'at dalam membatasi dan menjadikan standard baku kapan sesuatu dikatakan baik dan buruk, kapan sesuatu dikatakan terpuji dan tercela kapan Sesuatu dikatakan bertuntung atau merugi.
Alloh SWT telah menurunkan Al Quran dengan sempurna sebagai Hudan (petunjuk) bagi umat manusia dan juga memberikan penjelasan terhadap petunjuk tersebut sehingga manusia mampu membedakan mana yang Haqq dan mana yang bathil sehingga kemashlahatan ummat manusia dapat terwujud dengan sempurna.
Maka sebagai seorang muslim/ah, tolak ukur yang harus kita pegang adalah bagaimana seorang manusia dikatakan beruntung menurut pandangan Alloh SWT Rabb yang telah menciptakannya,
Bagaimana kita mengetahui tolak ukur tersebut? Tentu dengan menjadikan Al Quran sebagai panduan hidup kita dan Rasulullah Saw sebagai teladan kita semua.
Siapakah manusia yang beruntung menurut Al Qur'an?
Banyak ayat dalam Al Quran yang menyebutkan seorang manusia dikatakan sebagai orang yang beruntung,
Siapakah Orang-orang yang Beruntung Menurut Al Quran????
1. Mereka orang yang Bertaqwa,
Yang senantiasa menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangannya, diantaranya beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, meinfaqkan sebagian dari apa yang telah direzekikan Alloh kepadanya, beriman kepada Al Quran dan kepada kitab sebelumnya, yakin kepada hari akhir.
"Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Baqoroh : 5)
(1) الم
(2) ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْب فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
(3) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
(4) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
(5) أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Terjemah:
1. Alif Lām Mīm.
2. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pa-danya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu , serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa yang tidak hanya mendapatkan keberuntungan di dunia, tetapi juga di akhirat.
2. Mereka yang selalu berdakwah,
Berupaya mengajak manusia kepada yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan munkar. Ini harus dilakukan kapan dan di manapun kita berada. Alloh SWT berfirman,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Ali Imran: 104).
Orang yang beruntung dia tidak hanya menjadikan dirinya terpelihara dan senantiasa beramal Sholih, namun juga berusaha bersama-sama dalam berdakwah mengajak kepada Al Khayr (Islam),
Semoga kitapun termasuk di dalamnya, aamiin
3. Mereka yang menjauhkan diri dari kemaksiatan,
Menjauhkan diri dari kegiatan hidup diantaranya dari segala bentuk praktik riba dan yang dilarang agama. Dengan iman yang kokoh, umat Islam akan menjauhkan riba dari kegiatan ekonomi. Mereka menyadari bahwa riba akan merugikan diri sendiri dan menzalimi orang lain yang bermuamalah dengan mereka. Alloh berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. Ali Imran: 130).
4. Mereka yang berupaya untuk selalu dekat kepada Allah.
Ini diwujudkan dengan ketaatan kepada Alloh secara maksimal dan berperilaku sesuai dengan yang diridhai-Nya.
Mereka yang mampu melakukannya akan mencapai kedudukan tinggi di sisi Alloh dengan mendapat balasan surga. Aamiin,
Mereka termasuk golongan yang menang. Demikian penjelasan Ibn Katsir ketika menafsirkan firman Alloh SWT,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. Al Maidah: 35).
5. Mereka yang selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Alloh.
Syukur merupakan ungkapan terima kasih kepada Alloh yang telah memberi nikmat tiada terhitung jumlahnya.
Syukur diungkapkan dalam hati dengan meyakini apa pun yang diperoleh karena karunia dan pemberian Alloh kepada kita.
Juga secara lisan dengan memuji Alloh sebagai pemberi nikmat.
Wujud syukur dibuktikan pula dengan menggunakan nikmat sesuai dengan tujuan penciptaan yang ditetapkan Alloh.
Alloh berfirman,
....فَاذْكُرُوا آلَاءَ اللَّهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”...Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
(QS. Al A’raf: 69).
6. Senantiasa berzikir dan mengingat Alloh.
Dzikir dan mengingat Alloh bukan hanya dilakukan sesudah shalat, tapi dalam semua aktivitas dan waktu.
Berzikir dan mengingat Alloh dilakukan sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan kita semua,
Alloh berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
”Hai orang-orang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”
(QS. Al Anfaal: 45).
Demikian Sahabat Sholihah, 6 hal dalam Al Qur'an yang mewakili Kriteria siapakah orang-orang yang BERUNTUNG, menurut Al Qur'an,
Semoga kita semua termasuk diantaranya menjadi orang-orang yang beruntung menurut Alloh SWT dalam Al Quran. Aamiin.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Fida
Point 4, jihad yang dimaksud untuk seorang perempuan seperti apa?
🌷Jawab:
Syukron Ukhti Mufidah Az Zahra,
Jihad secara syar'i adalah Qitaalu fii Sabilillah, berperang di jalan Alloh. Namun bagi seorang muslimah tentu tidak diwajibkan secara mutlak seperti yang diwajibkan kepada seorang muslim (laki-laki),
Adapun Jihad sebagai seorang muslimah,
Suatu ketika, Ibnu Abbas pernah diutus oleh para sahabat perempuan (shahabiyah) guna bertanya kepada Rosul perihal apakah mereka juga bisa mendapat pahala sebagaimana para lelaki yang berangkat berjihad. Rosul menjawab, tugas yang dikerjakan oleh istri berupa mengurus rumah, membesarkan anak, dan lain sebagainya, sederajat pahalanya dengan jihad di jalan Alloh.
Walau pun dalam beberapa keterangan wanita diperbolehkan untuk pergi ke Medan jihad atau peperangan,
Wallohu a'lamu bish showwaab.
0⃣2⃣ Serra
Assalamualaikum ustadz,
Jika yang kita miliki hanya yang sederhana-sederhana, perlukah kita tambah sebagai proses kita berkembang atau bagaimana?
Terima kasih.
🌷Jawab:
Wa'alaykumussalaam warohmatullah wabarokaatuh,
Syukron Ukhti Serra,
Sesuatu yang sederhana, namun mendatangkan keridhoan dari Alloh, itu yang kita pilih, dibandingkan sesuatu itu berlebihan namun Alloh tidak menyukainya,
Rosulullah shollallohu ’alayhi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
(HR. Muslim)
Sederhana, kecil atau yang menurut kita tidak berharga tetapi dihadapan Alloh sangat bernilai, karena kita lakukan secara istiqamah, karena sekecil apapun yang kita lakukan semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya,
Wallohu a'lamu bish showwaab.
0⃣3⃣ Kiki
Assalamualaikum,
Ustadz, jika kita sudah bisa mencapai suatu hal dan kita sudah bisa menerima dengan ikhlas semua yang telah terjadi. Tetapi, orang-orang di sekitar menilai bahwa hal itu bukan merupakan suatu keberhasilan (dianggap hal yang biasa saja). Bagaimana sikap kita?
Syukron.
🌷Jawab:
Wa'alaykumussalaam warohmatullah wabarokaatuh...
Syukron Ukht Kiki,
Dalam kehidupan kita, secara fitrah manusia kadang membutuhkan pengakuan dari yang lain, (gharizatul baqa) pengakuan untuk dihargai, diakui, dipandang dan lain-lain. Semuanya dikembalikan kepada niatnya, karena Alloh akan menilai amal kita salah satunya melalui niat kita,
Sikap kita, ketika mendapatkan kebahagiaan, kesuksesan, keberhasilan atau keberuntungan maka hal pertama tentu bersyukur kepada Alloh SWT, namun ketika hati kecil kita masih ada keinginan untuk mendapatkan pengakuan tadi, dan respon dari lingkungan atau masyarakat sekitar kita biasa-biasa saja, jangan berkecil hati, bisa jadi inilah hasilnya ketika kita menginginkan untuk mendapatkan pengakuan dari manusia maka siap-siap kita menerima kekecewaan,
Dari siapa sebenarnya pengakuan itu HARUS kita dapatkan???
Tentu dari Alloh SWT, apakah Alloh meridhoi atau tidak terhadap kebahagiaan, keberhasilan, kesuksesan, keberuntungan yang kita dapatkan ini?
Wallohu a'lamu bish showwaab
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Sahabat Sholihah demikian penjelasan berkenaan kriteria orang-orang yang beruntung dalam Al Quran, semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih sebesar-besarnya keberuntungan di dunia dan di akhirat. Aamiin
Terimakasih banyak atas perhatiannya, mohon maaf apabila ada kekhilafan. Wal 'afwu minkunna
Syukron Jazaakunnallohu khayraa.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokaatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar