OLeh : Bunda Heradini F., S.Psi
💘M a T e R i💘
Siapa yang tahu apa itu emosional intelligence ya?
Ada 3 macam intelligence ya,
Ada:
IQ
EQ
SQ
Dan sekarang berkembang menjadi 9 kecerdasan yang masing-masing mempunyai peranan tersendiri.
Yuk kita mengerucut pada pokok bahasan emosional intelligence saja ya.
🌷🔷🌷
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan.
Kecerdasan emosional (EQ) adalah bagaimana kita mengekspresikan emosi dan mengatasinya dengan cara yang positif bahkan di situasi yang penuh tekanan. Orang dengan EQ tinggi sering mampu untuk berkomunikasi secara efektif, berempati dengan orang lain, mengatasi kesulitan dan meredakan konflik. Pengetahuan dan pemahaman ini, sebagian besarnya, merupakan proses non-verbal yang membentuk pemikiran dan mempengaruhi seberapa baik kita berhubungan dengan orang lain.
✔Enam kunci meningkatkan EQ
1. Mengurangi emosi negatif
Mungkin inilah aspek EQ yang paling penting, yaitu kemampuan untuk mengatasi emosi diri secara efektif sehingga tidak membebani pikiran dan tidak mempengaruhi kemampuan kita dalam mengambil keputusan.
Untuk mengubah perasaan negatif anak tentang suatu situasi, pertama kita harus mengubah cara berpikir tentang hal tersebut. Misalnya, cobalah agar tidak mudah berprasangka buruk terhadap tindakan orang. Ingat, mungkin saja ada maksud baik di balik tindakan mereka.
2. Berlatih tetap tenang dan mengatasi stres
Sebagian besar orang pasti pernah mengalami stres dalam kehidupan. Bagaimana kita mengatasi situasi stress ini akan mempengaruhi EQ. Misalnya, apakah kita bersikap asertif, atau reaktif? Tetap tenang, atau kewalahan?
Saat berada dalam tekanan, hal paling penting untuk diingat adalah menjaga diri tetap tenang. Misalnya dengan membasuh wajah dengan air dingin atau mulai berolahraga ringan untuk mengurangi stres.
3. Berlatih mengekspresikan emosi yang tak mudah
Ada masa-masa dalam kehidupan di mana kita dan kita perlu untuk membuat batasan sehingga orang lain tahu di mana posisi kita. Ini bisa mencakup:
Memberanikan diri untuk tidak sependapat dengan orang lain (tanpa bersikap kasar)berkata “tidak” tanpa merasa bersalah menetapkan prioritas pribadi berusaha mendapatkan apa yang berhak kita dapatkan melindungi diri sendiri dari tekanan dan gangguan.
4. Bersikap proaktif, bukan reaktif, saat berhadapan dengan orang yang memicu emosi kita
Kebanyakan orang pasti pernah dihadapkan pada orang-orang yang menyebalkan atau mempersulit hidup kita. Kita mungkin akan “terjebak” dengan orang seperti ini di tempat kerja atau bahkan di rumah. Sangat mudah untuk membiarkan orang-orang seperti ini memengaruhi kita dan merusak hari kita.
Kita dapat mencoba menenangkan diri dulu sebelum kita berbicara dengan orang yang sering memicu emosi negatif di diri kita, terutama ketika kita merasa marah. Kita juga bisa mencoba melihat situasi dari sudut pandang orang tersebut.
Namun demikian, berempati bukan berarti mentoleransi perilaku yang tidak pantas. Kita tetap perlu menekankan bahwa ada konsekuensi untuk segala hal.
5. Kemampuan untuk bangkit dari kesulitan
Hidup tidak selalu mudah—semua orang tahu itu. Bagaimana kita memilih untuk berpikir, merasa, dan bersikap saat dalam situasi sulit, sering kali bisa menentukan apakah kita akan terus punya harapan atau malah putus asa, apakah kitaakan terus optimis atau malah frustrasi, dan apakah kita akan mengalami kemenangan atau justru kekalahan.
Dalam setiap situasi sulit yang dijumpai, ajukan pertanyaan seperti,
“Apa pelajaran yang bisa diambil di sini?”“Bagaimana saya bisa belajar dari pengalaman ini?”“Apa yang paling penting sekarang?”“Jika saya berpikir dengan cara yang berbeda, apa ada jawaban yang lebih baik?”
Semakin tinggi kualitas pertanyaan yang kita ajukan, semakin baik pula jawaban yang akan kita dapatkan. Ajukan pertanyaan yang membangun berdasarkan proses belajar dan prioritas, dan kita bisa mendapatkan sudut pandang yang tepat untuk membantu kita mengatasi situasi yang sedang dihadapi.
6. Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dalam hubungan pribadi
Kemampuan untuk secara mengungkapkan emosi penuh kasih sayang sangat penting untuk mempertahankan hubungan pribadi yang erat. Emosi ini dapat tersampaikan melalui perkataan, bahasa tubuh, dan perilaku. Misalnya melalui kontak mata yang positif, senyum, mendengarkan dengan empati, atau sekadar menawarkan makanan.
Kita tak hanya harus bisa berbagi perasaan mendalam dengan orang lain dalam hubungan pribadi kita, namun kita juga harus dapat merespon dengan positif saat orang tersebut mengekspresikan emosi yang mendalam kepada kita.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ iNka
1. Bagaimana cara meluapkan emosi pada hal yang positif?
2. Apakah menyendiri dan menarik diri dari lingkungan itu baik untuk perkembangan kepribadian? Sedangkan lingkungan sangat rentan dengan konflik yang sewaktu-waktu dapat menyulut emosi!
3. Bagaimana pengendalian diri terbaik saat sedang emosi, sedangkan sudah biasa berteriak-teriak saat sedang emosi?
Terima kasih
🌷Jawab:
1. Meluapkan emosi ke hal-HAL positif.
Misal, contoh lucunya seperti ini. Kalau lagi emosi, kan tenaganya meluap, menimba air. Pasti nanti bak mandinya penuh. Contoh ringan banyak lagi. Misal orang yang sedang emosi biasanya dapat inspirasi utuk bikin tulisan-tulisan.
Itu contoh ringannya.
2. Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa hal. Diri sendiri, lingkungan dan pendidikan.
Kalau seseorang menarik dri dari lingkungan, bagaimana ini bisa mengembangkan kepribadian. Yang ada malah dia tetap dalam kejumudan. Seperti katak dalam tempurung.
Manusia itu makhluk sosial. Dia membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidupnya.
3. Cara mengendalikan diri terbaik saat sedang emosi.
Seperti yang rosul ajarkan.
Jika berdiri, duduk. Jika duduk, berbaring.
Jika masih emosi, wudhu dan sholat 2 rokaat.
Marah itu dari setan. Maka padamkan dengan air.
0⃣2⃣ Agustin
Apakah akan ada pengaruh buruk jika kita secara terus-menerus menahan emosi? Dalam artian tidak diutarakan, sebab Islam selalu meminta kita untuk sabar.
Jazakillah khairan katsiran.
🌷Jawab:
Menahan diri terus menerus tidak akan berpengaruh buruk jika itu dilakukan dengan ikhlas tanpa tekanan.
Emosi-emosi tersebut dapat disalurkan ke hal-hal positif.
Jika seseorang menahan diri karena terpaksa (masih tersisa rasa jengkel di hati). Maka akan dapat mengakibatkan pengaruh buruk pada kepribadiannya kelak.
Rosul mengajarkan "la taghdhob walakal jannah"
Jangan marah bagimu surga.
Motivasi surga itu yang nanti akan bisa membuat kejengkelan tidak tersimpan di hati terus-menerus.
0⃣3⃣ iNka
Lalu bagaimana cara mengendalikan emosional anak kecil bunda? Semisal dia minta main hp, sedangkan radiasi hp kan tidak baik untuk anak kecil, terus dia marah, tidak mau makan, banting-banting barang juga!
🌷Jawab:
Biasakan anak untuk tidak langsung diberi apa-apa yang mereka minta meski kita punya.
Ketika anak-anak diajar untuk menahan diri, niscaya mereka tidak akan semarah itu ketika kita tidak dapat menuruti keinginan mereka.
0⃣4⃣ Neng Ella
Bunda boleh tidak kita memedam emosi.
Tapi biasanya emosi yang keluar kok jadi bikin nyesek didada.
Apakah emosi harus selalu dikeluarkan biar plonk?
🌷Jawab:
Menahan emosi. Bukan memendam emosi,
Beda ya say...
Menahan emosi agar kita yang menang. Bukan setan.
Memendam emosi setan menang karena ia menyisakan dendam dalam hati.
Begitu emosi kita ingin meledak. Maka tarik nafas panjang.
Banyak-banyak istighfar.
Mencoba berdamai dengan hati.
0⃣5⃣ Rini
Assalamualaikum bunda,
Bagaimana cara mengatasi emosional anak yang sering meluap dengan cara membuang-buang benda dan nangis teriak-teriak dan suka pukul padahal sudah diberi pengarahan dan penjelasan tapi diulang lagi. Apa ada trik tersendiri bunda? Anak saya usia 2,5thn.
Syukron untuk jawabannya bunda.
🌷Jawab:
Waalaikum salam mb rini,
Anak yang sering meluap emosinya dinamakan anak-anak dengan gangguan emosi atau bisa disebut juga temper tantrum.
Bagaimana cara mengatasinya?
Petunjuk yang paling tepat dan bermanfaat tentang cara mengatasi temper tantrum adalah:
1. Tetap tenang.
Terus lakukan kegiatan anda. Abaikan anak sampai dia lebih tenang dan tunjukkan aturan yang sudah disepakati bersama.
2. Jangan memukul anak Anda. Lebih baik mendekapnya dalam pelukan sampai ia tenang.
3. Cobalah untuk menemukan alasan kemarahan anak Anda.
4. Jangan menyerah pada kemarahan anak. Ketika orang tua menyerah, anak-anak belajar untuk menggunakan perilaku yang sama ketika mereka menginginkan sesuatu.
5. Jangan membujuk anak Anda dengan imbalan yang lain untuk menghentikan kemarahannya. Anak akan belajar untuk mendapatkan imbalan.
6. Arahkan perhatian anak pada sesuatu yang lain.
Singkirkan benda-benda yang berpotensi berbahaya dari anak Anda.
7. Berikan pujian dan penghargaan perilaku bila tantrum telah selesai.
8. Tetap jaga komunikasi trbuka dengan anak Anda.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Pola emosi bukanlah hal yang serta merta ada sejak lahir.
Namun seringkali dibentuk oleh lingkungannya.
Maka belajarlah untuk cerdas dalam mengendalikan emosi agar kita melahirkan anak-anak yang cerdas secara emosional pula.
Bahagia serta berbangga hatilah menjalani profesi kita sebagai orang tua, bantulah putra-putri kita agar dapat tumbuh menjadi orang-orang yang mampu mengendalikan emosinya dengan baik suatu hari nanti.
Saya akhiri, afwan minkun ada kurangnya itu dari saya pribadi, kebaikan itu dari Allah, fastabiqul khairat,
Allahu yubarik fiikum.
جَزَاكُمُ اللّهُ خَيْــــرًا كَثِيْرًا
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
🌷Heradini Faizah, S.Psi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar