Sabtu, 23 Juni 2018
LEBIH BAIK DIAM
OLeh : Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💎
Sahabat-sahabat ku yang dicintai Allah.
Salah satu anggota tubuh yang sering digunakan dalam keseharian adalah lisan. Jika seseorang pandai menjaga, maka perkataan yang terlontar adalah sesuatu yang haq atau benar, sebaliknya jika seseorang tidak pandai menjaganya maka yang terlontar darinya adalah keburukan.
Bicara dan diam laksana dua sisi dari sekeping mata uang, yang tidak mungkin dipisahkan. Kedua-duanya adalah nikmat Allah yang amat besar yang diberikan kepada umat manusia. Dengan berbicara, manusia bisa berinteraksi sesama mereka dan menjadi makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
Islam menjelaskan bagaimana seharusnya memanfaatkan kedua-dua potensi itu, yaitu berbicara dan diam, agar manusia benar-benar mampu memanfaatkan untuk berbicara sehari-hari sehingga ia menjadi jalan kebaikan bagi penuturnya.
🌷🌸🌷
Sahabat BS yang saya cintai karena Allah...
Bagi orang yang beriman, lidah yang dikurniakan untuk menyampaikan tujuan-tujuan komunikasi sesama manusia tidak akan digunakan untuk berbicara sesuka hati dan sia-sia. Sebaliknya digunakan untuk mengeluarkan mutiara-mutiara yang berhikmah, nasihat-nasihat yang membetulkan perjalanan hidup manusia.
Adakalanya peranan diam dijadikan benteng bagi lidah manusia daripada mengucapkan perkataan yang sia-sia atau yang tiada keperluannya. Diam memiliki faedah dan syarat kondisionalnya tersendiri. Apa yang penting adalah kita mengetahui waktu-waktu yang tepat untuk mengambil diam sebagai sikap ketika berinteraksi dengan orang lain.
Diam boleh menjadi kebiasaan efektif yang apabila ia diterapkan dalam diri, ia mampu menjadikan kita lebih produktif. Yaitu membiasakan diam, lebih banyak mendengar daripada berbicara dengan memperbanyakan kerja.
Jadi satu kondisi, diam itu emas jika diamnya adalah dari membicarakan orang lain, atau diamnya dari berbicara yang sia-sia atau berbau maksiat.
Sesungguhnya karena lisan seseorang bisa terjerumus dalam jurang kebinasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)
Diam itu lebih baik daripada berbicara sia-sia bahkan mencela atau mencemooh yang mengandung maksiat.
Itulah manusia, ia menganggap perkataannya tidak berdampak apa-apa, namun di sisi Allah bisa jadi perkara besar.
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara."
Hal itu karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan.”
Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Seringkali orang menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah membawa penyesalan.
Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.
Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam.
Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”.
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang diam maka dia akan selamat.” (HR. Ahmad 6481)
🌷🌸🌷
Sebagian orang bijak mengatakan dalam syairnya:
Kita mencela masa, padahal aib itu ada dalam diri kita
Tidaklah ada aib di masa kita kecuali kita
Kita mencerca masa, padahal dia tak berdosa
Seandainya masa bicara, niscaya dia lah yang ‘kan mencerca kita
Agama kita adalah pura-pura dan riya’ belaka
Kita kelabui orang-orang yang melihat kita
(lihat ar-Risalah al-Mughniyah fi as-Sukut wa Luzum al-Buyut, hal. 41)
Sebuah wasiat yang telah diberikan oleh Rasulullah SAW kepada ummatnya :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah).
Wasiat Rasulullah SAW tersebut menunjukkan betapa pentingnya kedudukan lisan. Dengan lisan, seorang hamba bisa mencapai derajat yang tertinggi, bahkan mendapat karunia yang amat agung di sisi Allah. Namun sebaliknya, dengan lisan pula seorang hamba jatuh tersungkur ke dalam jurang kehinaan yang sedalam-dalamnya. Apabila kita tidak mampu untuk berkata yang baik, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberi satu solusi jitu yaitu, “Diamlah!” Karena diam itu mampu menahan seorang hamba agar tidak jatuh ke dalam jurang kehancuran.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صَمَتَ نَجَا.
“Siapa yang diam, niscaya akan selamat.”
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, ad-Darimi, Ibnul Mubarak, Ibnu Abi ad-Dunya).
Dengan diam, kita akan selamat dari jurang neraka, seperti yang diperingatkan oleh Rasulullah dalam haditsnya, “Dan sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat dari yang dimurkai Allah yang tidak diperhatikannya, sehingga Allah melemparkannya disebabkan kalimat itu ke dalam Neraka Jahanam.” (HR. al-Bukhari).
Diam adalah sesuatu yang netral. Diam bisa menunjukkan keutamaan atau kebodohan seseorang. Diam pun bisa menunjukkan perbuatan haram ataupun halal. Intinya, baik buruknya sikap diam sangat dipengaruhi oleh adanya stimulus yang datang pada seseorang (adanya pengkondisian).
Karena itu, ada beberapa tingkatan orang diam, yaitu diamnya orang berilmu (saleh), diamnya orang yang memang pendiam, dan diamnya orang bodoh.
Diam tipe orang pertama adalah yang paling utama. Ia diam karena tahu ada kebaikan di balik diamnya tersebut.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Olif
Bunda, berkaitan dengan tingkatan orang diam. Mungkin bisa dijelaskan lebih lanjut tentang indikator diamnya orang shaleh, orang pendiam, dan orang bodoh?
Syukron wa afwan.
🌷Jawab:
Diamnya orang sholeh adalah dikala dia menghindari dari berbicara tentang amalan, karena takut akan riya', diam karna takut sebuah kesombongan, atau juga diam karena keikhlasan menerima cobaan dari Allah hingga dia tak berkeluh kesah. Diamnya seorang yang bersikap pendiam adalah dia seolah olah tidak peduli dengan lingkungannya. Tidak banyak bicara. Sementara diamnya orang bodoh karena memang tak ada ilmu untuk dibicarakan.
Wallahu a'lam
0⃣2⃣ Phity
Kadang kita di lingkungan kerja menghadapi rekan kerja yang berbeda-beda. Ada rekan kerja yang sering mengajak kita bicara, tapi seringnya mengorek info, nanti omongan kita bisa dipelintir atau diomongkan ke rekan yang lain. Saya sekedar basa basi pun bisa dinilai salah. Obrolannya rekan ini tidak tulus. Jadi kalau mau basa basi pun mikir apa yang diobrolkan berbeda ketika ngobrol dengan orang lain.
Nah akhirnya saya memilih diam terhadap rekan yang ini karena tidak ingin ada masalah...
Apakah sikap diam seperti ini berdosa? Dan apakah sudah tepat?
Jazakillah bund.
🌷Jawab:
Nah dikondisi seperti ini lah diam menjadi pilihan paling tepat, karena tidak ada manfaatnya sama sekali ngomong ke orang seperti ini.
Dan memang perlu kehati-hatian dalam memilih kata-kata karena bisa jadi dipelintir dan akan menjadi fitnah.
Wallahu a'lam
0⃣3⃣ Olif
Bun, kalau diamnya istri dalam arti tidak menceritakan semua hal yang terjadi pada suami dengan maksud supaya suami tidak khawatir. Boleh tidak bun?
Kebetulan saya dan suami LDR. Jadi komunikasi hanya lewat telp dan tidak banyak yang diobrolkan. Paling cuma tentang anak saja. Selebihnya tentang aktivitas saya di kantor tidak pernah saya ceritakan.
Mohon pencerahannya bunda.
🌷Jawab:
Boleh banget mba, tapi jangan juga karena takut lantas cerita nya monoton hanya tentang anak. Carilah cerita-cerita lain yang akan mendekatkan dengan suami.
Wallahu a'lam
0⃣4⃣ Bund Atin
Ada kasus gini:
Si A suka dimintai nasehat sama B. Suatu hari A ada masalah terus emosi. B bilang ke A ternyata kamu jarkoni, cuma bisa ngajar tapi tidak bisa praktiknya. Sejak itu A jadi pendiam karena takut jarkoni.
Bisakah dibenarkan sikap diam A?
🌷Jawab:
Berarti B belum mengerti hakikatnya kehidupan. Bahwa setiap orang itu butuh orang lain untuk menasehatinya dikala dia terkhilaf, bukan malah bicara bahwa si A itu jarkoni tok, si B Tidak melihat kondisi bahwa kita didunia ini hidup harus saling menasehati dan saling ketergantungan, sebelum bicara si B harus cari tau dulu, apakah si A berlaku seperti itu setiap saat atau hanya dibeberapa kondisi.
Jika pun Si A belum belum bisa berbuat sempurna seperti nasehatnya, tidak layak juga si B ngomong begitu karena dia tidak tahu apa yang telah diusahakan si A didalam menyempurnakan akhlak dan amalnya.
Sebaiknya dahulukan husnudzon didalam menyikapi seseorang.
Wallahu a'lam
0⃣5⃣ Dewi
Bagaimana solusinya untuk istri yang tipikalnya tidak bisa mendem. Apa-apa diomongkan bahkan kalau lagi marah atau emosi?
🌷Jawab:
Belajarlah untuk menahan diri didalam berbicara. Bicaralah yang baik-baik saja, apalagi disaat emosi harus benar-benar bisa menahan diri. Jangan sampai memancing amarah pasangan.
Perbanyak istighfar dan jaga wudhu. Dan perbanyak dzikir.
Wallahu a'lam
0⃣6⃣ Phity
Menjelang pilkada begini kan ada banyak obrolan tentang calon pemimpin nih bun. Nah biasanya akan banyak orang yang ngomongin kebaikan calon yang didukung dan biasanya menjelekkan calon lawan.
Misalnya #gantipresiden
ada yang gemes dengan orang tersebut sehingga pingin diganti, ada kesalahan yang dilakukan terus jadi obrolan.
Nah... Padahal kalau ngomongin terus takut juga jatuhnya ke ghibah tapi kalau diam, nanti orang tahunya orang tersebu baik banget, padahal ada hal yang tidak benar.
Bagaimana bun menyikapinya?
Jazakillah.
🌷Jawab:
Dalam menghadapi hal-hal yang berurusan dengan negara, daerah, desa, tentunya masyarakat butuh informasi-informasi yang banyak, sah-sah saja membicarakan kebaikkan seseorang agar masyarakat tau, tapi jauhi untuk berbicara yang tidak benar, atau hoax, jika bicarakan keburukan pemimpin yang dzalim apa itu salah?
Kita bisa baca Al Quran, ada cerita masa lalu tentang Fir'aun yang dzalim. Diungkapkan semua itu agar masyarakat tak lagi terjebak pada pilihan yang salah.
Jadi intinya adalah ungkap kebenaran jangan berbuat fitnah.
Wallahu a'lam
0⃣7⃣ Wida
Maaf ummi, kalau kita di sudutkan karena suatu permaslahan masak kita diem saja ummi. Apalagi kalau kita diem malah di judge habis-habisan...
🌷Jawab:
Jika ada masalah itu diselesaikan mba, bukan didiamkan, karna kalau didiam kan maka akan semakin runyam, dan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, namun jika seandainya begitu sulit untuk menyelesaikan maka disaat itulah penyerahan secara total kepada Allah untuk mencari jalan keluarnya.
Tapi diam yang dituntut disini adalah diam dari kata-kata yang tidak bermanfaat, yang akan menambah masalah, kata-kata hinaan.
Wallahu a'lam
0⃣8⃣ Fatma
Kalau tidak melayani suami lagi emosi. Tapi masih ngunek-ngunek di hati bagaimana?
🌷Jawab:
Perbanyak istighfar saja mba, jangan terpancing untuk berkata-kata yang tidak baik, dan ikhlas kan hati untuk menerima emosinya suami.
Berusahalah untuk tersenyum karna senyum bisa membuat kita lebih ringan , lega dan lebih bisa menerima suasana.
Wallahu a'lam
0⃣9⃣ Sulami
Bunda irna...
Bagaimana cara kita menghadapi pengghiba!!! Kita diem si sana nya malah nyebarin kemana-mana?
🌷Jawab:
Menghadapi orang seperti ini yaa rada susah , jadi jangan terlalu ditanggapi tapi juga bukan dicuekin, harus diperhatikan benar apa yang harus diucapkan, hati-hati jangan sampai salah ucap.
Wallahu a'lam
1⃣0⃣ Evi
Saya punya ibu mertua yang ceriwis sekali kadang saya diam kalau beliau sedang ngomel pada bapak mertua atau suami saya (anaknya). Karena menurut saya daripada saya ikut berbicara malah jadi ada omongan yang salah.
Bagaimana menurut bunda sikap saya?
Apa yang saya lakukan jikalau omongan ibu mertua ada yang menyudutkan atau menyinggung saya?
🌷Jawab:
Didalam urusan keluarga memang kita harus serba hati-hati mba, memang kita harus jaga diri dan jaga hati, jaga diri agar tak ikut serta didalam berkomentar, tak ada gunanya ikut-ikutan karena takutnya itu akan memperkeruh suasana saja.
Jika ada omongan beliau yang menyudutkan tapi tidak akan membuat suatu masalah maka maafkan saja, tidak perlu ditanggapi. Karena jika ditanggapi hanya membuat emosi aja dan akhirnya membuat kondisi tidak enak.
Wallahu a'lam
1⃣1⃣ Evi
Kalau diam pada keadaan pasrah, maksudnya begini suami sudah berkali-kali dinasehati dalam hal ibadah, konsumsi makanan dan hal-hal lain tapi tidak ada efeknya, maksdnya tidak digubris, kita tidak didengarkan. Lantas ada saja hal-hal yang dia rasakan. Karena tidak gubris omongan saya, jadi sakit. Karena makann makanan berlemak, rezeki seret. Karena ibadah tidak tepat waktu dan lalai. Lalu saya diam, karena sidah capek untuk menasehati lagi. Seolah-olah saya cuma boneka yang cuap-cuap saja.
Bagaimana menurut ibu sikap saya?
Apa yang seharusnya saya lakukan?
Dalam hal ini kadang ibu mertua saya suka ikut serta dalam masalah rumah tangga saya, bagaimana sika saya?
Terimakasih jawabannya.
🌷Jawab:
Didalam menyampaikan kebaikkan dan kebenaran tidak ada kepasrahan mba, tidak ada diam didalam dakwah kebaikkan, tapi perlu diperhatikan cara penyampaian, perhatikan cara mengkomunikasikannya. Dakwah dengan ahsan apalagi kepada suami dan orang tua.
Jangan pernah menyerah untuk menyerunya beribadah, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik.
Soal diterima atau tidak, maka itu kita serahkan kepada Allah karena hidayah itu milik Allah belaka, bukan haknya manusia. Maka selain menyampaikan dan mengajak maka jangan lupa berdoa kepada Allah. Jangan putus asa, jangan menyerah karena hidayah belum menyapa. Terus berusaha.
Untuk ibu mertua, pandailah menyikapinya, dengarkan, jika itu baik maka lakukan, tapi jika itu tidak sesuai dengan komitmen kita dengan suami maka abaikan saja, tak perlu bersitegang dengan ibu, tapi tak juga harus dilakukan. Tergantung kondisi saja.
Wallahu a'lam
1⃣2⃣ Wida
Maaf ummi, saya ini dikeluarga anak bungsu. Alhamdulillah dah hijrah yang kadang jadi pikiran saya, kakak-kakak saya belum sepenuhnya hijrah. Masih buka tutup aurat, masih percaya sama sesajen.
Saya pernah negur tapi dengan bercanda tapi yaitu mereka bilang, halah.. kamu ni masih kecil tau apa.
Padahal anak saya sudah 2, dibilang masih kecil. Sejak saat itu saya cuma diam. Walapun kadang jiwa saya tidak tenang.
Saya tidak berani negur ummi, karena pasti omongan saya tidak dianggap!
🌷Jawab:
Sebenarnya dianggap atau tidak, kita tidak perlu berkecil hati, tetap saja sampaikan kebaikkan, baru dianggap anak kecil masa sudah nyerah? Rasulullah dianggap gila oleh kaum qurays tapi tetap berdakwah bukan?
Teruskan saja menyampaikan kebaikkan, dan berdakwah kekeluarga memang hal yang paling berat, tapi bukan berarti kita boleh abaikan.
Wallahu a'lam
1⃣3⃣ Dhita
Bagaimana menyakinkan orang tua tentang Liqo. Keluarga saya kurang ilmu sunah, jadi anggapan mereka kalau saya ikut yang macam-macam ditanggapnya ikut Aliran sesat.
🌷Jawab:
Coba dulu mengadakan liqo dirumah, biar orang tua tau apa yang dilakukan dan apa yang disampaikan didalam liqo.
Dan juga tetap jelaskan apa itu liqo dan bagaimana liqo, orang2 banyak yang tidak atau dan tidak mengerti, hingga menilai negatif terhadap liqo.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Sahabat-sahabat ku yang dirahmati Allah...
Sesungguhnya perkataan yang tidak baik dapat menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan di dunia dan di akhirat, semua itu dikarenakan tidak mau mengendalikan lisan atau tidak bisa diam.
Karena itu jagalah lisan ini.
Demikian saja dari saya malam ini, semoga bermanfaat untuk kita semua dan lebih bisa menata lisan kita.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar