OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
💎 SAAT IMAN MEMUDAR
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sahabat RAK yang dicintai Alloh ﷻ.
Segala puji bagi Alloh ﷻ yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua yang berada di majlis ini, kita syukuri rahmat dan nikmat terbesar yang kita terima, yaitu iman Islam yang tidak semua manusia menerimanya, dan juga tidak semua yang telah menerima diberi ketetapan hidayah untuknya.
Alhamdulillah kita yang berada disini saat ini masih diizinkan dan diridhoi Alloh ﷻ untuk bersyahadat kepada-Nya.
Sholawat dan salam kita persembahkan kepada Rasulullah ﷺ yang telah membawa kita kepada jalan yang lurus jalan yang terang, salam juga kita persembahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir masa.
Sahabat-sahabatku...
Bagi seorang muslim, iman adalah segalanya.
Iman adalah aset paling berharga dan menjadi kriteria pertama diterima atau tidaknya amal dihadapan Alloh ﷻ.
Akan tetapi, sebagaimana lazimnya setiap aset berharga di dunia ini, ia selalu terancam bahaya. Banyak pihak yang mengintai dan ingin mencurinya.
Maka, tidak sedikit orang yang imannya lenyap, lalu mati dalam keadaan tidak memilikinya lagi. Tentu kita tidak ingin mengalaminya.
Keimanan yang ada dalam hati kita sering mengalami fluktuasi.
Iman tersebut dapat bertambah kuat, namun juga bisa terkikis tanpa kita sadari.
Naik turunnya iman tergantung pada diri kita sendiri sewaktu menjaganya.
Kita sebagai seorang muslim, pastinya selalu ingin agar iman yang kita miliki tidak berkurang sedikitpun, tapi justru bertambah kuat.
Keimanan yang ada dalam hati kita sering mengalami fluktuasi.
Iman tersebut dapat bertambah kuat, namun juga bisa terkikis tanpa kita sadari.
Naik turunnya iman tergantung pada diri kita sendiri sewaktu menjaganya.
Kita sebagai seorang muslim, pastinya selalu ingin agar iman yang kita miliki tidak berkurang sedikitpun, tapi justru bertambah kuat.
“Sesungguhnya iman benar-benar bisa menjadi usang di dalam tubuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian. Maka memohonlah kepada Alloh ﷻ supaya memperbarui iman di hati kalian.” (HR. At Thabrani)
Di dalam hadits lain beliau Rasulillahi shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada satu hati pun kecuali di sana ada mendungnya, seperti mendung yang menutupi rembulan. Jika saat rembulan bercahaya, tiba-tiba mendung menutupinya, maka gelaplah. Dan jika mendung itu menyingkir darinya rembulan pun bercahaya (lagi).”
(HR. Abu Nu’aim)
Iman yang ada pada diri manusia, tidak diam. Artinya, dia bisa mengalami perubahan. Bisa naik dan bisa turun.
Iman naik ketika melakukan ketaatan dan turun ketika melakukan maksiat.
Inilah aqidah kaum muslimin ahlus sunah. Diantarannya firman Alloh ﷻ,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman kemudian kafir, kemudian beriman (pula), kamudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka sekali-kali Alloh ﷻ tidak akan memberi ampunan kepada mereka.” (QS. an-Nisa: 137).
Dalam Al-Qur’an, ketiadaan iman disebut juga dengan ketersesatan (dholal). Dan, pada dasarnya tidak ada manusia yang disesatkan oleh Alloh ﷻ, kecuali orang-orang yang fasiq.
Dengan kata lain, bila manusia telah menjadi fasiq, ia pasti akan tersesat.
Alloh ﷻ berfirman,
وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَاسِقِينَ
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُولَـئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“…dan, tidak ada yang disesatkan dengannya kecuali orang-orang yang fasiq. (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Alloh ﷻ sesudah perjanjian itu teguh, memutuskan apa yang diperintahkan Alloh ﷻ (kepada mereka) untuk menghubungkannya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. al-Baqarah: 26-27).
Menurut Imam Ibnu Jarir ath-Thabari, ayat diatas menunjukkan bahwa tidak ada yang disesatkan kecuali orang-orang yang meninggalkan ketaatan kepada Alloh ﷻ, tidak mau menuruti perintah maupun larangan-Nya, dan melanggar perjanjian yang telah Alloh ﷻ buat dengan mereka. Dalam Tafsir Zadul Masir dinyatakan, bahwa diantara sifat orang fasiq adalah menyalahi isi Al-Qur’an, memutuskan hubungan silaturrahim, dan melakukan kemaksiatan-kemaksiatan.
Jelas bahwa kefasikan adalah kondisi ketika seseorang menelantarkan imannya, memperturutkan hawa nafsu, dan tidak memperdulikan hukum-hukum Alloh ﷻ. Ketika itulah imannya menjadi rapuh, lalu syetan merampasnya.
Dalam kitab Ihya’ ‘Ulumiddin, Imam al-Ghazali menunjukkan bahwa keimanan sangat mudah goyah pada awal mula pertumbuhannya, apalagi di kalangan anak kecil dan kaum awam.
Menurut beliau, iman harus selalu diperkokoh. Selanjutnya beliau berkata, “Jalan untuk menguatkan dan meneguhkan iman bukanlah dengan mempelajari kemahiran berdebat dan teologi (ilmu kalam), akan tetapi dengan: (1) Menyibukkan diri membaca al-Qur’an berikut tafsirnya, (2) Membaca hadits disertai maknanya, dan (3) Menyibukkan diri dengan menunaikan berbagai tugas ibadah. Dengan demikian kepercayaannya senantiasa bertambah kokoh oleh dalil dan hujjah al-Qur’an yang mengetuk pendengarannya, juga oleh dukungan hadits-hadits beserta faidahnya yang ia temukan, kemudian oleh pendar cahaya ibadah dan tugas-tugasnya. Hal itu juga diiringi dengan (4) Menyaksikan kehidupan orang-orang shalih, bergaul dengan mereka, memperhatikan tindak-tanduk mereka, mendengar petuah-petuah mereka, juga melihat perilaku mereka dalam ketundukannya kepada Alloh ﷻ, rasa takut mereka kepada-Nya, serta kemantapan mereka kepada-Nya.”
Imam al-Ghazali kemudian mengibaratkan awal mula keimanan dengan menabur benih, sementara seluruh amal tersebut di atas merupakan upaya menyiram dan merawatnya, sehingga akhirnya ia tumbuh berkembang, menjadi kuat dan meninggi sebagai pohon yang baik dan kokoh, akarnya teguh sedangkan cabang-cabangnya menjulang ke angkasa. Kelak, buahnya pasti lebat dan menguntungkan, dengan seizin Alloh ﷻ.
Sahabat-sahabatku...
Ketika seseorang mulai menjauh dari Al-Qur’an, tidak mengenal hadits Nabi, kocar-kacir ibadahnya, dan memiliki lingkungan maupun teman bergaul yang rusak, berarti ia tengah menelantarkan imannya. Maka sangat boleh jadi, seperti kata Imam Abu Hanifah, setan pun akan merampasnya.
Na’udzu billah!
Demikian kajian kita malam ini, semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishawab
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh
Bu, bagaimana memotivasi diri biar iman dak turun saat LDR an dengan pasangan yang sudah sekian lama jadi belahan hati?
🔷Jawab:
Wa‘alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
LDR an itu berat, maka jika bisa diusahakan bersama, akan lebih baik lagi, tapi jika memang tidak bisa, maka menjaga kepercayaan pasangan adalah salah satu cara untuk menjaga iman, karena rasa curiga akan membuat kita was-was saat was-was setan akan merampas iman kita. Maka dia akan turun.
Jangan bohongi dan khianati pasangan.
Sebaliknya juga begitu, tanamkan rasa percaya kepada pasangan.
Wallahu a’lam bishawab
🌷Bagaimana Bu menanamkan rasa percaya pada pasangan kalau pasangannya itu cemburunya tingkat dewa dan egonya tinggi juga?
🔷Apa rasa cemburu itu mengurangi rasa percaya?
🌷Tidak juga sih, tapi bagaimana kalau sudah menjelaskan masih saja dicemburui?
🔷Yaa itu tadi kepercayaan dan cemburu itu dua hal yang berbeda, rasa cemburu itu lebih kepada rasa takut untuk kehilangan. Dan cemburu itu kadang juga tidak perlu penjelasan, hanya butuh diterima dan berdirilah dipihaknya, tumbuhkan rasa empati pada perasaannya.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣2️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadzah,
Bagi ibu-ibu muda yang punya baby kecil, biasanya kesulitan mengatur waktu-waktu tilawahnya.
Bagaimana kiatnya biar tetap bisa istiqomah ustadzah?
Mohon pencerahannya, Syukron
🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh
Saat ada baby, memang kita harus meluangkan waktu untuk tilawah, misal saat baby tidur, saat baby anteng. Begitu sih, karena baby belum punya jamnya, jadi kita tidak bisa mengatur waktu, hanya bisa luangkan waktu dengan curi-curi kesempatan.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Sahabat-sahabatku...
Naikkan Iman dengan Ketaatan.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan iman, diantaranya:
1) Menjaga ketaatan kepada Alloh ﷻ.
Di antaranya ialah dengan memperbanyak amalan, menjaga sholat sunnah rawatib, menjaga qiyamullail dan sholat tahajjud, serta tidak meninggalkan sholat witir, baik di saat bermukim maupun saat bepergian. Begitu pula dengan puasa sunnah, dahaga di siang hari, dari tidak menyia-nyiakan hari-hari yang utama untuk diisi dengan puasa sunnah.
2) Berdoa agar iman kita selalu ditambah oleh Alloh ﷻ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Sesungguhnya iman itu bisa memudar pada hati kalian, sebagaimana kain bisa memudar. Karena itu, berdoalah kepada Alloh ﷻ untuk memperbarui iman di hati kalian.” (HR. Hakim)
3) Merenungi kandungan al-Quran.
Alloh ﷻ Berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh ﷻ gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfal: 2 )
Wallahu a’lam bishawab
Mohon maaf lahir batin
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar