OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi, S.E.,M.M
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🔷 AMAL MENDATANGKAN RAHMAT
Berbagai nash dalam Quran dan hadis menjelaskan bahwa Rahmat Alloh ﷻ adalah kenikmatan yang sangat diidam-idamkan oleh setiap insan. Rahmat yang bersifat umum (rahmat fisik dunia) akan turun kepada seluruh mahluk-Nya, termasuk orang-orang kafir sekalipun seperti pemberian makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Sedangkan rahmat yang sifatnya khusus bersifat Imaniyyah Diniyyah baik di dunia maupun akhirat, dalam bentuk taufik untuk berbuat ketaatan kepada Alloh ﷻ, kemudahan untuk berbuat baik, diteguhkan keimanannya dan diberi hidayah menuju jalan yang lurus dan dimuliakan dengan masuk ke dalam Surga serta selamat dari Neraka. (Fiqhul Asmail Husna hlm. 102)
Hasil dari Rahmat Alloh ﷻ adalah Surga yang merupakan karunia dari Alloh ﷻ yang sangat besar. Firman Alloh ﷻ:
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Alloh ﷻ dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Alloh ﷻ akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (QS. An Nisa: 175)
Siapa pun orang beragama berharap ujung dari kehidupannya adalah Surga. Begitu pula bagi umat Islam. Apakah mudah mendapatkannya? Tentu tidak. Apakah sulit? Tidak juga jawabannya karena Alloh ﷻ melalui Rasulullah ﷺ memberikan cara mendapatkannya.
Kata kuncinya pada ‘amal’ (apa yang telah dikerjakan), firman Alloh ﷻ dalam Surat An-Nahl ayat 32, “Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.”
“Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)
Bagaimana dengan hadis bahwa seberapa banyak pun amal seorang muslim termasuk Rasulullah ﷺ tidak menjamin masuk Surga kecuali Rahmat Alloh ﷻ.
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah ﷺ?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Alloh ﷻ.” (HR. Bukhari-Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah memberikan keterangan yang sangat bagus, “Ayat-ayat Al-Qur’an yang ada menunjukkan bahwa amalan bisa memasukkan orang dalam surga. Maka tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang ada. Bahkan makna ayat adalah masuk surga itu disebabkan karena amalan. Namun di situ ada taufik dari Alloh ﷻ untuk beramal. Ada hidayah untuk ikhlas pula dalam beramal. Maka diterimanya amal memang karena rahmat dan karunia Alloh ﷻ. Karenanya, amalan semata tidak memasukkan seseorang ke dalam surga. Itulah yang dimaksudkan dalam hadits. Kesimpulannya, bisa saja kita katakan bahwa sebab masuk surga adalah karena ada amalan. Amalan itu ada karena rahmat Alloh ﷻ.” (Syarh Shahih Muslim, 14: 145)
Syaikh Ibnu ‘Utsamin menjelaskan, “Bagaimana menggabungkan antara ayat dan hadis di atas, jawabannya, kedua dalil di atas bisa dikompromikan, di mana peniadaan masuknya manusia ke dalam surga karena amalnya dalam arti balasan, sedangkan isyarat bahwa amal sebagai kunci masuk surga dalam arti bahwa amal itu adalah sebab, bukan pengganti.” (Syarah Riyadhus Sholihin, 1/575).
Dalam melaksanakan amal setidaknya ada 3 hal yang harus diperhatikan menurut ulama yang menghantarkan seorang muslim memperoleh Rahmat-Nya yaitu, Istiqamah, tidak berlebihan, dan tidak meremehkan amal sekecil apapun.
◼1. Istiqamah dalam beramal yaitu rajin dalam dalam amal yang walaupun sedikit tapi konsisten. Amalan yang yang sedikit namun dilaksanakan terus menerus mendatangkan kecintaan dan rahmat Alloh ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda yang artinya: "Tetaplah dalam kebenaran dan bersikaplah yang lurus. Ketahuilah, bahwasanya amalan seseorang tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. Dan bahwasanya amalan yang paling dicintai oleh Alloh ﷻ yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian orang ada yang sengaja menyedikitkan amalannya dengan menjadikan hadis ini sebagai dasar. Ini kesalahan yang fatal, Karena dalam hadis ini, Rasulullah ﷺ sama sekali tidak melarang kita untuk memperbanyak amalan. Beliau hanya mengingatkan kepada kita bahwa amalan yang rutin dilakukan, meskipun sedikit, itu lebih baik daripada amalan yang jumlahnya banyak tetapi tidak dilakukan secara rutin.
Dari sini dapat kita pahami bahwa ketika seseorang mampu melakukan amalan yang jumlahnya banyak dan dilakukan secara rutin, maka itu lebih baik daripada amalan yang sedikit dan dilakukan secara rutin. Hadis ini membuktikan betapa pentingnya melakukan amalan secara rutin atau istiqamah.
Hasan al-Bashri, seorang ulama yang diberi julukan singa podium pernah mengatakan, "Jika setan melihatmu kontinyu dalam melakukan amalan ketaatan, maka ia pun akan menjauhimu. Namun, setan melihatmu beramal, kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, bahkan engkau melakukannya sesekali saja, maka setan pun akan semakin tamak untuk menggodamu."
◼2. Tidak berlebihan dalam beramal yaitu berlebih-lebihan dalam melaksanakan ibadah. Segala sesuatu yang melampaui termasuk ibadah tidak disukai oleh Alloh ﷻ. Apalagi jika hal tersebut sampai merugikan hak diri dan orang lain. Ketika Alloh ﷻ tidak menyukai hambanya mustahil rahmat Alloh ﷻ akan datang kepadanya.
Nabi Muhammad ﷺ pernah menegur sahabat Abdullah bin Amru yang berlebihan dalam beribadah, ia selalu sholat sepanjang malam, puasa sepanjang tahun dan menghatamkan al-Quran sepanjang malam. Dalam Sahih Bukhari diceritakan:
Dari Abdullah bin Amru, dia berkata; “Rasulullah ﷺ menemuiku, lalu beliau bersabda: “Aku memperoleh berita bahwa kamu bangun di malam hari dan berpuasa di siang hari, benarkah itu?” Aku menjawab; “Benar.” Beliau bersabda, “Jangan berlaku demikian, bangun dan tidurlah, puasa dan berbukalah, sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu." (HR. Bukhari)
Berlebihan adalah sikap tercela meskipun itu dalam hal ibadah. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa berdasarkan hadis ini Islam dengan tegas melarang hambanya berlebihan dalam beribadah. Dengan jelas Nabi ﷺ menyebutkan bahwa hak istri, keluarga, tamu dan tubuh wajib diberikan haknya masing-masing. Karena demikianlah apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ. Beliau beribadah tapi tidak menelantarkan istri, keluarga dan umatnya.
◼3. Tidak meremehkan amal sekecil apapun. Berbuat kebaikan sekecil apapun dapat menurunkan Rahmat Alloh ﷻ.
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, pasti ia akan melihat (balasan)nya." Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, pasti ia akan melihat (balasan)nya pula. (QS. Al-Zalzalah: 7-8)
Seorang muslim tidak tahu amal apa yang bisa menghantarkan ia mendapatkan rahmat-Nya. Sehingga jangan pernah meremehkan amal sekecil apapun walau hanya menyingkirkan duri di jalan, menunjukan arah orang tersesat, termasuk mencium anak kita karena Alloh ﷻ, ini amalan sederhana tapi akan mendatangkan rahmatnya Alloh ﷻ, karena disitu ada kasih sayang manusia pada manusia yang lain.
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Alloh ﷻ). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)
Hadis lainnya mengungkap berbuat baik kepada siapapun termasuk binatang merupakan bentuk kasih sayang yang niscaya disayangi pula oleh si pemilik Rahman.
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Alloh ﷻ). Maka sayangilah yang di atas muka bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi, dinyatakan hasan sahih oleh Tirmidzi dan disahihkan al-Albani)
Dalam suatu riwayat dikisahkan sebab ia memberikan minum anjing yang kehausan menghantarkan ia diampuni dosanya dan mendapatkan Surga.
“Ada seorang lelaki berjalan di sebuah jalan, dia merasa sangat kehausan. Lalu dia menemukan sebuah sumur. Dia turun ke dalam sumur, lalu meminum airnya lalu keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilati debu karena kehausan. Lelaki tersebut berkata, ‘Anjing ini sangat kehausan seperti yang aku rasakan.’ Lalu dia turun lagi ke dalam sumur dan memenuhi khuf-nya (alas kakinya) dengan air. Lalu dia menggigitnya dengan mulutnya agar bisa naik, dan memberi minum anjing tersebut. Maka Alloh ﷻ pun memberi balasan pahala baginya dan mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah ﷺ, apakah kita akan mendapatkan pahala jika berbuat baik kepada binatang ternak kami?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Tentu, setiap kebaikan kepada makhluk yang bernyawa, ada pahalanya.” (HR. Al Bukhari-Muslim).
Tidak meremehkan amalan kecil bisa mendatangkan rahmat apalagi ketika seorang muslim bisa melaksanakan amalan besar lainnya. Tentunya apapun amalannya tetap dibingkai karena keikhlasan karena Alloh ﷻ dan untuk amalan berupa ibadah mahdah harus sesuai yang dicontohkan Rasulullah ﷺ.
Sebagai penutup, kita sebagai seorang muslim hendaknya semaksimal mungkin bisa menjadi hamba yang dikehendaki Alloh ﷻ untuk mendapatkan rahmat-Nya. Bahwa godaan syaitan pasti selalu menghampiri. Keimanan kita akan diuji dalam keadaan lapang atau sempit namun yakinlah rahmat Alloh ﷻ akan menghampiri.
“Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Alloh ﷻ dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Alloh ﷻ, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh ﷻ mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21).
Wallahu a’lam bishawab
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh Ustadz,
Bagaimana tanda-tanda lahiriah seseorang atau sebuah keluarga yang mendapatkan Rahmat Alloh ﷻ?
Mohon pencerahannya, Syukron.
🔷Jawab:
Wa'alaikumussalam warahmatullahi Wabarakatuh
“Alloh ﷻ menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di Surga Adn. Dan keridhaan Alloh ﷻ adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. at-Taubah: 72).
Tentunya seorang atau keluarga tersebut adalah orang-orang yqng beriman, yang selalu berusaha istiqomah dalam ibadah dan ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.
Ciri-ciri:
1) Rendah hati dan sabar atas segala ujian.
2) Berusaha membantu saudaranya yang kesusahan.
3) Akhlak nya baik dan Berusaha menyeru dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran.
4) Istiqamah dalam ibadah.
5) Selalu memperbaiki diri, membersihkan hati dan mbersihkan harta dunia dengan zakat.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣2️⃣ iiN ~ Boyolali
Ustadz, dibagian tidak berlebihan dalam beramal itu, bisa di artikan, jika kita sedang kekurangan betul-betul kurang lalu ada orang lain yang meminta kita, kemudian kita memberikan apa yang kita punya. Apakah seperti itu juga berlebihan?
🔷Jawab:
Salah satu amalan yang juga bisa mendapatkan Rahmat Alloh ﷻ adalah itsar yaitu mendahulukan saudaranya, ini merupakan akhlak mulia merupakan puncak tertinggi dari ukhuwah islamiyah dan tentunya merupakan hal yang sangat dicintai oleh Alloh ﷻ. Namun kondisi ini tetap harus diukur dengan kondisi kita juga sepanjang tidak mendzalimi atau mengabaikan keluarga, seperti memberikan tetapi ada keluarga kita yang ternyata masih kekurangan, apabila tidak, maka tidak disebut berlebihan pula.
Wallahu a’lam bishawab
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Semoga kita semua termasuk orang orang yang husnul khatimah dengan berusaha dalam beramal :
1) Istiqamah
2) Tidak berlebihan, dan
3) Tidak meremehkan amalan sekecil apapun.
InsyaaAlloh kita akan mendapatkan rahmat-Nya. Aamiin
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar