OLeH: Ustadzah Lilis N.
💘M a T e R i💘
🌸SIKAP MUSLIM TERHADAP WABAH
Simpang siurnya pemahaman tentang cara menyikapi wabah Corona, menunjukkan bukti banyaknya orang-orang yang terbatas ilmunya, tapi bicara mempengaruhi masyarakat. Masing-masing memegang teguh pendapatnya.
Bahkan banyak orang yang tidak punya kapasitas untuk bicara agama, bukan ulama tapi bicara agama dan mengajak umat agar mengikuti pemikirannya.
tanpa merujuk pada sumber kebenaran yaitu Al-Qur'an dan hadist.
Seharusnya tidak perlu ada berdebatan di antara umat, agar tidak berpecah belah, tinggal masing-masing mengikuti ulama yang yang paling lengkap rujukan Al-Qur'annya dan hadistnya yang shohih, bukan hadist lemah apalagi palsu.
Dan mari hati kita bawa ke titik ikhlas dulu agar tidak ada penyakit hati yang sering ditunggangi syaiton dan menghalangi kita untuk menerima ilmu Allah.
Lepaskan pikiran-pikiran negatif atau bersifat politis agar ilmu itu sampai ke dalam hati tanpa dikotori dengan kepentingan-kepentingan duniawi, atau kepentingan duniawi yang seolah-olah untuk akhirat.
Di sini kita akan bahas tentang wabah dengan pemahaman salafusholeh, generasi terbaik di zaman Rasulullah.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari, no. 5.729, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فِي أَرْضٍ فَلاَ تَقْدُمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ وَأَنْتُمْ فِيْهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ.
“Jika kalian mendengar di suatu negeri ada suatu wabah, janganlah kalian memasukinya! Jika (wabah itu) terjadi di tempat yang kalian ada di sana, janganlah kalian keluar (dari daerah tersebut) untuk lari darinya!”
Kemudian dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim, no. 2.221, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يورد ممرض على مصحح.
"Janganlah membaurkan (hewan) yang sakit dengan (hewan) yang sehat!"
Syekh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
أي لا يورد صاحب الأبل المريضة على صاحب الإبل الصحيحة لأنلا تنتقل العدوى.
"Makna hadis tersebut adalah janganlah pemilik unta yang sehat mencampurkan untanya dengan unta yang berpenyakit agar penyakit tersebut tidak berpindah." (al-Qaul al-Mufid, hlm. 341).
Selanjutnya dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 5.707, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فر من المجذوم كما تفر من الأسد.
"Larilah dari orang yang terkena penyakit kusta, sebagaimana engkau lari dari singa!"
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
والجذام مرض خبيث معد بسرعة ويتلف صاحبه حتى قيل إنه الطاعون, فالأمر بالفرار من المجذوم لكي لا تقع العدوى منه إليك.
"Kusta adalah penyakit yang jelek, cepat penularannya, dan dapat membinasakan penderitanya sampai sebagian orang menyebutnya sebagai wabah. Oleh karena itu, perintah Nabi untuk lari dari orang yang tertimpa kusta adalah agar penyakit tersebut tidak berpindah kepadamu." (Ibid, hlm. 342).
Dengan demikian, himbauan pemerintah kita untuk meminimalkan berkumpul (mengisolasi diri) di masa wabah seperti saat ini adalah tindakan yang tepat dan sesuai dengan aturan Islam, yaitu bertujuan agar penyebaran penyakit tersebut tidak semakin meluas. Oleh karena itu, sudah semestinya bagi setiap muslim untuk membekali diri tatkala wabah melanda dengan menjauhi sebab-sebab penularan dan menjaga kesehatan tubuh serta tidak lupa untuk memperbanyak zikir kepada Allah ‘azza wa jalla.
🌸🌷🌸
Sementara itu, perkara yang perlu diperhatikan adalah bahwa penyakit itu tidaklah menular melainkan dengan izin Allah. Tidak boleh seorang muslim meyakini penyakit itu menular dengan sendirinya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari, no. 5.717, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا عدوى ولا صفر ولا هامة فقال أعرابي يا رسول الله فما بال إبلي تكون في الرمل كأنها الظباء فيأتي البعير الأجرب فيدخل بينها فيجربها فقال فمن أعدى الأول؟
"'Tidak ada penyakit yang menular (dengan sendirinya). Tidak ada kesialan dengan bulan Safar dan burung hantu.' Salah seorang badui pun berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan untaku yang saat di pasir dia bagaikan segerombolan kijang (sehat), kemudian datang unta yang berkudis masuk ke tengah-tengah mereka, kenapa mereka tertular dengan seekor unta yang berkudis tersebut?' Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, 'Siapakah yang menularkan penyakit kepada unta yang pertama?'."
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
يعني أن المرض نزل على الأول بدون عدوى بل نزل من عند الله عز وجل فكذلك إذا انتقل بالعدوى فقد انتقل بأمر الله.
"Yaitu bahwa penyakit yang mengenai unta yang pertama terjadi tanpa ada penularan, bahkan terjadi dengan izin Allah. Demikian pula jika tertular, maka terjadi dengan izin Allah." (Ibid, hal. 342).
Kemudian sesuatu yang telah dibimbingkan oleh Islam tatkala seorang muslim terkena wabah adalah tidak boleh dia berkeluh kesah, bahkan hendaknya dia bersabar dan mengharap pahala Allah tabaraka wa ta‘ala. Dalam riwayat al-Bukhari, no. 5.734, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyakit wabah, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أنه كان عذابا يبعثه الله على من يشاء فجعله الله رحمة للمؤمنين فليس من عبد يقع الطاعون فيمكث في بلده صابرا يعلم أنه لن يصيبه إلا ما كتبه الله له إلا كان له مثل أجر الشهيد.
"Wabah merupakan suatu azab yang Allah turunkan kepada siapa yang Allah kehendaki, lalu menjadikannya rahmat bagi kaum mukminin."
Maka dari itu, tidaklah seorang hamba yang terkena suatu wabah lantas dia tetap bersabar di daerah tersebut dan yakin bahwa dia hanya akan tertimpa sesuatu yang telah Allah takdirkan untuknya, kecuali dia akan mendapat pahala seperti (pahala) orang yang syahid.
Jadi anjuran pemerintah untuk berada di rumah harus dipatuhi karena sesuai dengan aturan Allah.
Melanggarnya sama dengan melanggar perintah Allah
Dan yang keluar dari aturan Allah, maka ia berada di luar perlindungan Allah. Kondisinya tidak aman.
Jika masyarakat taat pada Allah, maka pemerintah tidak perlu bersusah payah mengerahkan para polisi untuk membubarkan kerumunan-kerumunan.
Masyarakat sadar dengan sendirinya.
Dan negara akan tertib.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Setya ~ Karanganyar
Assalamu'alaykum Ustadzah,
Bagaimana sikap kita terhadap kesepakatan MUI (dalam hal ini MUI Jateng) yang telah mengeluarkan fatwa bahwa besok tanggal 27 dilarang melaksanakan sholat Jum'at, pada hal menurut hasil laporan, daerah kami (karanganyar), belum ada yang positif terkena virus tersebut?
Apakah kita harus taat seratus persen Ustadzah?
Syukron
🔷Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Ya harus taat.
Mungkin mereka tahu sesuatu yang kita tidak tahu, karena masyarakat tidak selalu harus tahu masalah yang dihadapi pemerintah.
Kita sami’na wa atho'na pada ulama.
Ulama bertanggung jawab di hadapan Allah atas yang diucapkannya pada umat.
Jika kita sudah terbiasa sholat berjamaah, dan harus di rumah terhalang musibah, pahalanya tetap sama. Pahala berjamaah.
0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum bun,
Diakhir tahun 2019 sampai tahun 2020 begitu banyak dan hampir berturut-turut Allah memberi ujian atau cobaan di bumi buat umat-Nya dengan adanya wabah ini sebagian manusia begitu resah dan hilang arah karena bingung dan merasa ketakutan karena tidak punya pegangan. Itu sebagian orang-orang yang selalu sibuk dengan dunia kah bun sehingga mereka lupa ada Allah sebaik-baik penjaga dan pelindung dengan seperti itu apa Allah juga sedang menguji keimanan kita siapakah yang masih ingat dan selalu ingat atau beriman kepada-Nya atas kuasanya?
Apa musibah ini bercampur tangan dengan fitnah dajjal bun?
🔷 Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Ya, setiap kejadian mengandung banyak unsur.
1) Ujian keimanan.
2) Ujian kesabaran.
3) Agar tafakur.
4) Agar bertaubat.
5) Agar memperbaiki diri.
Dan orang beriman tidak dirugikan sedikitpun, sekalipun terkena wabah.
Apakah ini fitnah Dajjal?
Kalau kasusnya virus ini senjata biologis, jelas ini fitnah Dajjal.
Secara hakikat semua atas ijin Allah, syariatnya tangan manusia yang mengerjakannya.
Jika ini sebuah senjata biologist, maka ke depan umat Islam juga harus hati-hati dan punya penangkalnya.
Mungkin Allah membekali umat Islam dengan bekam untuk menangkal virus-virus juga. Karena Bekam lah yang paling cepat membuang virus.
0⃣3⃣ Atin ~ Pekalongan
Assalamualaikum Bun,
Bagaimana jika tetap berjamaah di masjid tetapi bawa sajadah sendiri, tidak salaman, dan shaf berjarak.
🔷 Jawab:
Wa'alaikumsalam,
Ya kalau bersikukuh ingin berjamaah, perlu antisipasi secara keilmuan kesehatan juga.
Jama'ah harus berpakaian tertutup.
Diperiksa dulu dengan alat sebelum masuk masjid dengan alat pendeteksi Corona.
Jarak 1 M.
Dan ini untuk bukan Zona merah.
Kalau di zona merah masih ngotot juga, kita serahkan urusan pada Allah. Setiap orang memegang keyakinan masing-masing, asal jangan jadi perdebatan yang memecah belah.
Adapun kalau sudah ada larangan dari pemerintah dan dikuatkan oleh MUI maka wajib kita taati.
Karena mentaati pemimpin dan ulama juga wajib. Dan ini sementara sifatnya dengan alasan syar'i dan sesuai sains.
Jika tidak sesuai maka hal itu bisa dibicarakan dengan pihak MUI dengan membawa alasan yang didasari Qur'an dan hadist.
Duduk bersama, bukan dengan demo dan membuat konflik di tengah kondisi antara hidup dan mati. Adab itu mendahului ilmu.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
Mohon berhenti mempolitisir Wabah.
Sibukkan dengan tafakur dan bertaubat. Itu lebih menyelamatkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar