OLeH : Bunda Endria Soediono
💎M a T e R i💎
Bismillaah...
Alhamdulillah
Malam ini banyak pelajaran yang Allah berikan kepada kita semua.
Saya rasa bukan hanya kepada diri saya dan keluarga saya, tetapi juga pastinya kepada seluruh Jama’ah semuanya...
Hanya saja tidak semua sadar dan membaca pelajaran-pelajaran yang telah Allah berikan kepada kita.
مـاشــاءاللـــــه لاقـــــوةالابااللــــــــه
Ukhtifillah jamii’an yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala ...
Betapa kita benar-benar manusia yang sangat lemah penuh kelalaian dan sering terperosok dalam keadaan kerugian.
Hal diatas tidak lain karena berawal dari bermasalahnya HATI kita.
Hati kita yang sering sekali dalam keadaan bermasalah daripada sehatnya.
Sehingga hati yang bermasalah ini menyebabkan pemiliknya tidak peka. Tidak sensitive dengan pelajaran-pelajaran yang Allah berikan setiap menit bahkan dalam hitungan waktu detik.
Banyak waktu yang kita lalaikan, kita buang begitu saja tanpa meninggalkan bekas-bekas kebaikan.
Ini tentu suatu kerugian besar bagi kita. Rugiii dan sangat rugiii ...
Seharusnya setiap waktu yang Allah berikan kepada kita dalam keadaan apapun diri kita seharusnya.
Sekali lagi seharusnya ...
Kita bisa menghasilkan pahala demi pahala dengan amal-amal kebaikan yang bisa kita lakukan.
Baik, jika kita sudah menyadari tentu kita seharusnya mulai berfikir apakah hidup kita ini akan seterusnya kita biarkan begini-begini saja?
Atau kita ingin lebih baik lagi?
Tentu kita semua ingin lebih baik dan lebih baik sampai kebaikan itu menjadi tabiat kita hingga akhir hayat kita.
Semoga Allah mewafatkan kita semua dalam keadaan sebagai seorang mukmin.
آمِيْن يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
Ukhtifillah yang semoga dirahmati Allah...
Jika tadi kita singgung, apa sebab dari segala kekacauan keadaan diri kita adalah berawal dari keadaan hati kita yang tidak selalu sehat...
Maka insyaAllah dalam bincang-bincang kita malam ini saya akan membagi 3 bagian sub bab semoga Jama’ah akan mudah menelusuri alur pikir yang lebih mudah dan bisa mengambil simpul-simpul terpenting sehingga dengannya dapat menentukan dari mana harus memperbaiki diri. Dan mantab selalu menjalani hidup ini berada jalan kebaikan-kebaikan yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
🌸Bagian Pertama:
MEMPERBAIKI HATI
Untuk menempa diri menjadi seorang mukmin yang cinta kebaikan maka yang harus ia perhatikan adalah kesehatan hatinya.
Perhatikan baik-baik ...
Hati yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai Hati yang Sehat?
(1) Hati yang sehat memiliki iman yang bersih dari segala bentuk kesyirikan.
Jadi koreksilah setiap saat hati kita dalam menapaki perjalan hidup kita. Harus sensi jika suatu ketika baik sadar ataupun tidak kita terjatuh pada kesyirikan maka segeralah bertaubat.
Segeralah perbaiki diri dan pastikan diri kita kembali bersih dari kedurhakaan kepada Allah khususnya dalam kaitannya dengan perbuatan syirik.
Giatlah mempelajari ilmu tauhid... Pahami betul apa saja hal-hal yang terkait dengan Tauhid.
Jangan sampai kita tidak paham apa itu aqidah Tauhid.
Pelajari apa saja yang membatalkan keislaman kita dan apa saja yang termasuk perbuatan-perbuatan syirik baik syirik besar maupun syirik kecil.
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang vital yang tidak boleh hanya dipahami secara sambil lalu tanpa memahaminya dengan jelas dan mendalam.
Karena ini ilmu yang akan mengantarkan kita ke surga.
Jika tauhid kita cacat. Ada kesyirikan sedikit saja yang belum kita mohonkan ampunan kepada Allah maka pasti akan menjadi masalah ketika kita di akhirat nanti.
Di dunia banyak orang melakukan kesyirikan tanpa mereka merasa bersalah bahkan enggan bertaubat segera, maka jangan sampai hal itu terjadi pada diri kita. Hisab secara detail bagaimana kita beraqidah Islam.
(2) Setelah kita membersihkan diri dengan Bertauhid kepada Allah.
Selanjutnya kita harus pandai-pandai menjaga hati kita hari segala bentuk syubhat.
Yakni apa saja yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah dari setiap dalil syariat baik dari Al Qur’an maupun hadist maka itu yang disebut dengan syubhat.
Jadi ukhtifillah...
Untuk mendapatkan jaminan keselamatan diri kita maka jaga diri kita dari segala bentuk syubhat.
Pastikan segala yang kita lakukan semua berada diatas jalur Syar’i.
Point ke 2 tersebut yang termasuk di dalamnya adalah hindari bahkan jauhi segala bentuk Bid’ah. Dan kedzaliman yang jelas-jelas melanggar syariat islam.
(3) Hati yang sehat selalu memperhatikan keadaan niat.
Setiap amal yang dilakukan oleh diri yang memiliki hati yang sehat selalu memerhatikan niat.
Perhatian niat itu selalu diupayakan dari sejak awal, tengah hingga akhir amal tersebut.
Karena ia sadar bahwa setiap niat akan mendapatkan balasan sebesar niat yang dipasangnya. Niat sangat menentukan kualitas amal dan pengaruhnya pada nilai pahala yang diperoleh.
Karena itu niat merupakan pekerjaan yang selalu menyibukkan hati yang sehat.
(4) Hati yang sehat juga ditunjukkan dari sikap dan pikir dimana selalu mengedepankan hukum-hukum Allah sebagai pijakan langkah-langkah kehidupan.
(5) Hati sehat juga jika sudah tertanam kuat rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
Sehingga selalu ikhlas dalam mentaati segala yang diajarkan Islam dan loyal serta tunduk, patuh, tawakal dan penuh harap serta takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini merupakan ciri yang sangat tampak seorang yang sehat hatinya.
🌸Bagian Kedua:
SIAP MEMINTARKAN DIRI
Setiap perbaikan diri pasti orientasinya adalah perbaikan keadaan akhiratnya.
Jika orientasi kebaikan mengarah pada urusan keduniaan. Maka itu bukan perbaikan tetapi kemunduran dan bahkan bertambah parahnya keterpurukan.
Jika kita akan menuju perbaikan akhirat maka perkara utama yang harus kita persiapkan adalah mental juang untuk memintarkan diri kita dalam urusan agama.
Segala ilmu tentang agama akan membuka jalan kebaikan pikiran dan kehidupan. Karena itu setiap muslim harus menyadari hal ini.
Kesadaran diri akan pentingnya ilmu agama dalam kehidupannya merupakan suatu anugrah hidayah yang besar. Karena itu harus terus dijaga dan terus diperjuangkan agar semangat menuntut ilmu tersebut terus berkobar dan menjadi motor penggerak iman yang akan menghidupkan hati dan menjadikan diri lebih memahami makna kehidupan dan mendapatkan kebahagiaan darinya.
Karena dengan ilmu agama seorang akan banyak memiliki peluang untuk mengamalkannya. Hingga dirinya semakin sholih dan bahagia dalam kesholihannya.
🌸Bagian Ketiga:
SIAP MEMPERBAIKI DIRI
Dalam rangka menjadikan diri kita sebagai Ahlul Khoir atau Ahli Kebaikan atau seorang yang selalu bersama dengan segala bentuk kebaikan-kebaikan.
Maka harus ada tekad untuk Memperbaiki Diri.
Jangan pernah merasa sudah baik, tetapi berpikirlah jika kebaikan yang harus kita kejar masih sangat banyak...
Ada 3 yang perlu diperjuangkan untuk mewujudkan tekad siap menjadi seorang yang selalu memperbaiki dirinya, yakni :
1) Cita-cita Tertinggi Meraih Surga.
Surga harus menjadi sebab tujuan utama kita dalam hidup ini... Sehingga apapun kebaikan-kebaikan yang ada di depan kita akan lebih ringan kita segera lakukan.
Tanpa kita sering memotivasi diri kita dengan kebaikan-kebaikan yang telah Allah siapkan di dalam surga maka apalah yang kita cari sebenarnya?
Bukankah hidup ini hanya seperti ini, apapun yang ada di dunia ini hina dan sangat melelahkan jiwa kita kecuali hati dalam iman dan harapan yang kuat akan kehidupan akhirat kelak di Surga.
Kehidupan surga penuh kenikmatan dan tidak ada sedikitpun kelelahan. Keadaan nikmat yang sempurna dan abadi adanya.
Jadi jika kita tidak bergiur untuk bisa menjadi penghuni surga maka apalah arti semua ini... Betapa hinanya karena selain kehidupan surga hanyalah neraka.
Yaaa...
Hanya dua itu saja kampung dimana semua manusia kelak akan kembali dan abadi setelah kehidupan dunia ini.
Dengan terus menerus kita mengingat surga-Nya Allah maka insyaAllah kita akan mudah melakukan kebaikan apapun yang ada di depan kita.
Hanya saja kita perlu melatih dan melatih terus agar hati kita peka dan sensi dalam segala peluang kebaikan-kebaikan itu.
Jangan berpikir jika sumber pahala dan balasan terbaik dari Allah itu hanya apa-apa yang berkaitan dengan uang .. karena harus berupa sedekah dan lain-lain...
Tetapi banyak hal yang bisa kita ambil sehingga bernilai pahala dan menjadi sumber kebahagiaan kita.
Di antar menolong orang yang ada disekitar kita.
Membahagiakan atau menyenangkan hatinya.
Dan apa saja yang Allah ridho dan kita juga senang ketika bisa melakukannya.
Ingat dengan hadist yang intinya:
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan kebaikan sedikitpun, meskipun (hanya) engkau bertemu dengan saudaramu dalam keadaan tersenyum.” (HR. Muslim).
MasyaAllah indahnya Islam ini...
Sangat menghargai setitik kebaikan yang dilakukan oleh penganutnya.
Mari kita juga mencermati apa yang Allah Ta’ala katakan di dalam al Qur’an:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Yunus : 26).
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
"…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. al-Baqarah : 195).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
"Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan."
(QS. an-Nahl : 128)
Laa halulaa wa Laa quwwata ilaa billaah...
2. Bertekad Membekali Diri Dengan Ilmu Agama.
Ukhtifillah rohimahullah...
Bagaimana kiranya seseorang jika sudah bertekad ingin menjadi baik tetapi dia miskin ilmu?
Tentu dia akan banyak bengongnya atau masih saja akan terjadi keadaan penyia-nyiaan waktu hidupnya daripada memadatinya dengan amal-amal kebaikan yang akan terus menambah pundi-pundi pahalanya dan menambah cinta Allah kepadanya.
Allah bahkan meninggikan beberapa derajad kepada orang yang berilmu daripada seorang yang banyak ahli ibadah.
Dengan ilmu yang dimiliki seorang akan banyak tahu apa saja jenis-jenis kebaikan yang bisa ia lakukan.
Bahkan hal-hal yang remeh pun ternyata bisa jadi jika itu diamalkan mala menghasilkan pahala yang sangat besar.
Misal mengantar seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Itu lebih dicintai oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam daripada i’tikaf selama 1 bulan di Masjid Nabawi.
Ini kan besar sekali bukan keutamaannya.
Padahal, bisa jadi itu sesuatu yang ringan yang bisa kita kerjakan.
Dan tentu masih banyak lagi contoh-contoh yang lain yang bisa kita kembangkan dalam menegakkan segala kebaikan-kebaikan pada diri kita.
Intinya ...
Jangan menunggu kaya untuk bisa banyak berbuat baik...
Jika kita miskin maka Allah pasti akan kayakan hati kita jika kita selalu berada dalam kebaikan.
Selalu berbaik lah kepada siapa pun orang yang kita temui.
Banyaklah memberikan pertolongan kepada siapa pun yang ada disekitar kita.
Dan untuk itu semua latihlah diri kita dari hari ke hari... !!!
Seterusnya sampai kita benar-benar merasakan kebahagiaan saat setelah berbuat kebaikan.
Tentu yang akan menjadi kendala nanti adalah datangnya godaan syetan.
Maka ingatlah Allah... rindulah surga...
8ngatlah agar jangan kita sampai masuk ke neraka.
Karena itu lawan bisikan syetan.
Dan bentengi diri kita dengan dzikir-dzikir secara rutin di pagi dan sore hari.
3) Berjuang Untuk Istiqomah Diatas Titian Kebaikan-kebaikan Yang Sudah Kita Rintis.
Jadi setelah kita sudah merasakan bahagianya menjadi seorang ahlul khoir (seorang yang selalu berada diatas jalan kebaikan). Maka berusahalah untuk istiqomah.
◼Bagaimana Agar Bisa Istiqomah?
Cukup ada 3 resep dari banyak resep atau tips yang bisa kita jadikan pegangan, yakni:
(1). Bergaulah dengan teman-teman yang baik.
(2). Ingatlah sesering mungkin kematian diri kita.
(3). Akrablah dengan Al Qur’an.
Demikian Jama’ah majelis malam ini...
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi diri saya sebagai nasihat bi idznillah dan juga bagi seluruh yang menyempatkan diri untuk membacanya...
Semoga yang membaca, yang menyebarkan semua dibalas Allah dengan balasan yang berbaik. Di dunia ini dan di akhirat kelak.
والله أعلم…
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Fatihah ~ Tangerang Assalamu'alaikum Bun,
Jika benar bahwa tahlilan dan maulidan itu bid'ah, bagaimana caranya agar mampu menghindarinya sementara di kampung saya hal itu sangatlah kental sekali bun.
Dan apakah hanya jika sekedar memberikan sumbangan untuk acara tersebut juga termasuk dosa? Karena kalau di sini di mintain iuran bun khusus untuk maulidan?
Mohon solusinya bun.
Syukran.
🌸Jawab:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Jika anti termasuk yang berkeyakinan hal tersebut sebagai bid’ah maka:
~ Tidak perlu menyalahkan yang melakukannya. Karena wajib kita tetap menjaga keutamaan dalam persaudaraan dan ukhuwah islam. Tetap hargai mereka dan doakan.
~ Jika ingin aman dan menghindar dari acara seperti itu. Maka cukup buat alasan yang tidak menyinggung perasaan mereka.
~ Jika diundang, maka silahkan datang tetapi tidak pada saat acara berlangsung.
Adapun memberi bantuan kepada yang menyelenggarakan tentu ini sikap yang tidak konsisten dengan keyakinan kita tadi dong...
Sebaiknya tidak turut membantu apapun jika terkait dengan pelaksanaan acara tersebut. Ini yang disebut konsisten.
Adapun masalah hal tersebut bid’ah atau tidak. Sebaiknya tidak terpancing pada polemik cukup kita memantabkan apa yang kita yakkni berdasarkan ilmu yang kita pelajari.
Semoga dengan demikian kita insyaAllah akan selamat.
والله أعلم بالصواب
💎 Mohon maaf bun bid'ah itu apa ya? Baru muncul
🌸 Jawab :
Definisi bid’ah Yang dikemukakan oleh Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa bid’ah adalah:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
"Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil) yang menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala."
Definisi di atas adalah untuk definisi bid’ah yang khusus ibadah dan tidak termasuk di dalamnya adat (tradisi).
Adapun yang memasukkan adat (tradisi) dalam makna bid’ah, mereka mendefinisikan bahwa bid’ah adalah:
طَرِيْقَةٌ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا مَا يُقْصَدُ بِالطَّرِيْقَةِ الشَّرْعِيَّةِ
"Suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat (tanpa ada dalil, pen) dan menyerupai syari’at (ajaran Islam), yang dimaksudkan ketika melakukan (adat tersebut) adalah sebagaimana niat ketika menjalani syari’at (yaitu untuk mendekatkan diri pada Allah)." (Al I’tishom, 1/26, Asy Syamilah)
Dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah mengatakan,
وَالْبِدْعَةُ : مَا خَالَفَتْ الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ أَوْ إجْمَاعَ سَلَفِ الْأُمَّةِ مِنْ الِاعْتِقَادَاتِ وَالْعِبَادَاتِ
“Bid’ah adalah i’tiqod (keyakinan) dan ibadah yang menyelishi Al Kitab dan As Sunnah atau ijma’ (kesepakatan) salaf.” (Majmu’ Al Fatawa, 18/346, Asy Syamilah)
Ringkasnya pengertian bid’ah secara istilah adalah suatu hal yang baru dalam masalah agama setelah agama tersebut sempurna. (Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Al Fairuz Abadiy dalam Basho’iru Dzawit Tamyiz, 2/231, yang dinukil dari Ilmu Ushul Bida’, hal. 26, Dar Ar Royah)
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
0⃣2⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
1. Bunda, bagaimana jika kita sudah niat dan keluar memperbaiki dari kesalahan masa lalu tapi sulit untuk istiqomah itu bagaimana bund?
2. Dan bagaimana bunda jika kita sudah berbuat kebaikan tapi masih saja ada yang beranggapan dan tidak percaya dengan kebaikan yang kita lakukan karena masa lalu kita yang buruk?
3. Apakah tidak berhak kita memperbaiki dan berbuat baik untuk menebus segala dosa dan kesalahan di masa lalu itu?
Jazakillah bund.
🌸Jawab:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
1. Setiap niat kebaikan pasti akan datang ujian. Hal ini sebagai salah satu bentuk bagaimana seseorang bisa dibuktikan kesungguhannya dalam berniat menuju kebaikan tersebut.
Jalan istiqomah itu perlu waktu dan terus berproses. Jadi jangan kecil hati. Sekalipun kita merasa belum tentu menjadi orang yang baik bahkan hingga ajal kuta tiba tetapi jika proses perjuangan untuk menjadi baik itu tidak pernah berhenti maka segala penilaiannya ada ditangan Allah.
Yang penting istiqomah kita di dalam iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Niat kita tetap teguh menjadi seorang mukmin yang taat maka seberapa besar pencapaian perjuangan kita itu bukan urusan kita tetapi menjadi hal Allah untuk menilai dan membalasinya.
والله أعلم بالصواب
2. Jika sekalas Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam saja masih saja mendapat cela maka apalah kita?
Apa yang dialami ini termasuk ujian juga. Kita mau fokus menggapai ridho Allah dengan terus berjuang dalam kebaikan atau kita mau sibuk memikirkan penilaian orang lain.
Bukankan diantara kita dengan orang lain ada potensi setan untuk sengaja mengadu domba?
Lantas mengapa kita mau terkuras emosi kita akibat memikirkan omongan orang.
Selama kita memegang prinsip-prinsip yang benar dari apa saja yang diajarakan oleh Al Qur’an dan apa yang diajarkak oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam maka cukuplah Allah bagi kita mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup ini. Karena dengannya ان شاء الٌله kita sudah mendapatkan jaminan keselamatan di akhirat.
Jadi jangan sibuk memikirikan omongan orang lain agar kita tidak kehabisan waktu.
Teruslah mencari peluang kebaikan-kebaikan yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan ridho Allah Subhanahu wa Ta’ala - inilah bekal kematian yang akan bermanfaat ان شاء الٌله.
والله أعلم بالصواب
3. Tentu bukan berhak lagi tetapi wajib sayang.
Tidak ada orang yang setelah ia sadar dirinya salah, setelah ia paham tentang kebenaran kemudian ia hanya berdiam diri tidak melakukan perbaikan-perbaikan...?
Pasti ia boleh bertaubat bahkan wajib segera bertaubat sebagai pemenuhan seruan Allah agar kita tidak menjadi seorang yang rugi.
Bahkan Allah sangat menyukai orang-orang yang kembali bertaubat kepada-Nya. Dan melakukan perbaikan-perbaikan diri selama masih diberi waktu.
Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)
Dari Ayat diatas ... bahwa segera bertaubat itu adalah perintah Allah.
Adapun setelah bertaubat maka seorang harus memperbaiki diri terlihat dari ayat berikut:
إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
Membersihkan diri dalam ayat tersebut diatas termasuk upaya memperbaiki diri dari segala kesalahan masa lalu.
Demikian ukhti ...
Semoga bermanfaat.
والله أعلم بالصواب
0⃣3⃣ Khoiriyah ~ Lombok
Bismillah, ustazah cara untuk istiqomah bergaul dengan teman yang baik, ana di rumah selalu sendiri ustazah jarang bergaul, ana punya teman yang baik tapi kami jarang ketemu, jika ada kajian baru ada rencana buat ketemu.
Jujur ustazah saat ana sendiri ana lebih giat belajar dan lebih sering menangis dan mengingat kematian, saat berkumpul dengan teman ana tidak jarang lalai.
Afwan ustazah apakah salah, ana lebih senang menyendri daripada bergaul dan lebih banyak diam, karena ana takut bicaranya ana membuat berat hisab ana dan ana takut lisan ana menyakiti orang lain?
Jazakillah khoiran ilmunya ustazah.
🌸Jawab:
Bismillaah
Tentu insyaAllah tidak salah. Jika menyendiri untuk tujuan ingin menyelamatkan agamanya dari kerusakan.
Bahkan kita harus punya waktu sendiri untuk merenung dan mengadakan pendekatan dengan Allah dalam perenungan itu.
Istilahnya dalam bahasa Syar’i nya bisa masuk dalam amal tafakur.
Melakukan perenungan secara mendalam untuk meraih nilai-nilai atau perasaan yang bisa mendekatkan hati kita kepada Allah, membangun rasa cinta kita kepadaNya dan juga menguatkan rasa takut akan Azab neraka-Nya dan berharap Rahmat-Nya agar bisa menjadi penghuni Surga-Nya.
Keutamaan tafakur kalau anti baca di kitab-kitab tulisan para ulama itu sangat banyak sekali.
Tafakur sesaat keutamaannya sangat besar dan pengaruhnya sangat dahsyat.
Dengan tafakur kita akan lebih mudah membaca apa yang ada dan sedang terjadi di dunia ini di kehidupan sekitar kita dan ini biasanya akan semakin menguatkan hati kita untuk lebih teguh dalam memegang dan meyakini dalil-dalil atau kabar-kabar tentang kehidupan akhirat sehingg akan memunculkan perasaan iman yang lebih kokoh dan semangat mempersiapkan kematian lebih giat.
Demikian memang seharusnya diri seorang mukmin.
Bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pernah mengatakan yang intinya bahwa seorang yang cerdas adalah yang banyak mengingat kematian dan juga giat mempersiapkan bekal kematian itu.
Sedangkan jika hati kita, kita biarkan lepas bebas memikirkan dunia, tidak ada perasaan yang mengendalikan maka..... Na’udzubillahi mindzalik tentu hati itu akan terus menerus lalai dan tertipu oleh dunia hingga kehabisan waktu.
Saatnya maut tiba maka menyesalah kita.
Padahal maut itu benar datang dengan tiba-tiba dan tanpa bisa ditunda.
Karena itu menjaga hati agar tidak lalai itu adalah pikiran cerdas yang ان شاء الٌله akan membawa pada keberuntungan kelak di akhirat daripada kita lihat orang yang memanjakan diri dalam gemerelap dunia sementara harinya lupa akan persiapan bekal akhirat.
Jadi dalam hal ini kesimpulannya adalah jika anti merasa selalu bisa lebih dekat dengan Allah.
Akan tetapi sebagai makhluk sosial kita juga punya fungsi penting sebagai hablum minannaas. Yakni kita wajib mengambil andil untuk turut mensholihkan orang lain yang ada disekitar kita.
Apakah itu keluarga ataupun teman. Jadi ibaratnya tidak ahsan juga jika kita ingin sholih sendiri.
Maka ambil peran dakwah sekecil apapun. Jika kita perlu bergaul dalam rangka menyampaikan dakwah Islam maka lakukan.
Firman Allah ta’ala:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat : 33)
Kalau kita sholih sendiri dan tidak mau berdakwah maka sayang dong... Kita bisa kehilangan kesempatan mendapat keutamaan seperti yang disebutkan oleh ayat diatas.
Kita ingat sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai:
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya, sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat mencukupi.” ( HR. Abu Dawud )
"Sesungguhnya orang yang menunjukan kepada kebaikan, maka baginya (pahala) seperti orang yang melakukan (kebaikan itu).“ (HR. At-Tirmizi, hadist Hasan Shahih).
Jadi lebih baik ...
“Tetap istiqmah, hati selalu dihidupkan untuk memikirkan kehidupan setelah kematian dan cari peluang dakwah yang bisa kita sampaikan dari ilmu yang perlu kita sampaikan kepada ummat atau mengajak pada kebaikan-kebaikan kepada sesama orang yang ada di sekitar kita dan juga ini merupakan upaya kita untuk menjadi salah satu umat terbaik karena berusaha mensyiarkan agama Allah. Dan justru dengan pergaulan yang positif ini kita akan terjaga dari rasa bangga diri, kita akan melihat banyak orang yang ternyata jauh lebih sholih daripada diri kita. Sehingga terjadi keseimbangan dalam hati kita.”
والله أعلم بالصواب
0⃣4⃣ NN ~ Jabar
Assalamualaikum bunda,
Bagaimana jika kita sering ikut kajian dalam rangka mencari ilmu tapi masih belum bisa merubah kebiasaan kita yang tidak baik misalnya kalau anak berbuat salah masih suka saya omelin, dan kalau ada yang teman atau saudara yang sekiranya menyakitkan saya, saya masih suka dendam bilang dalam hati saya sudah ah saya tidak mau berbuat baik lagi sama dia. Itu bagaimana ya bun?
🌸Jawab:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Bismillah...
Kita sebaiknya selalu menyadari bahwa:
(1) Mau segiat apapun kita sebagai pencari ilmu maka kita tidak akan pernah menjadi manusia yang sempurna.
(2) Setiap niat menuju yang lebih baik itu perlu peoses, perlu kesabaran, perlu kegigihan dan perlu istiqomah.
Jika sudah bertahan dalam segala ujian dengan bekal tadi maka seberapa kita jadinya tidak harus menyesal atau sedih.
Justru semakin banyak ilmu yang kita pahami maka kita akan semakin sensitif saat telah melakukan suatu kesalahan.
Nah inilah diantara fungsi ilmu pada diri kita... menjadi pengendali. Ketika kita salah dan telah berbuat suatu yang bodoh. Yakni hati akan segera menyesal dan memohon ampun serta bertaubat kepada Allah.
Dan biasanya penyesalan-penyesalan itu akan diikuti oleh tekad untuk menjadi lebih baik lagi. Dan inilah proses.... kita akan terus dalam kebaikan selama kita punya kondisi seperti ini. Yakni ketika terjatuh pada kesalahan maka ingat Allah dan menyesali serta bertaubat kepada-Nya dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Walaupun pada kenayataannya kita akan mengulangi dan mengulanginya lagi.
Jangan putus asa teruslah istiqomah dalam menuntut ilmu dan berbuat yang baik dari segala keadaan yang kita hadapi.
Kita jalani hidup dengan usaha selalu berada diatas kebaikan. Walaupun kita belum tentu menjadi baik. Tetapi jalan kebaikan itu kuta sudah tapaki sampai اللهِ memangil kita nanti dan serahkan kepada اللهِ penilaiannya.
والله أعلم بالصواب
0⃣5⃣ Eyang Uti Kusmiyati ~ Semarang
Kan masih dinas sampai pukul 14.00 sedang dalam hati mau ingin ikut ngaji, nuntut ilmu tapi harus meninggalkan tugas, bagaimana hukumnya?
Terimakasih atas saran.
(Maksudnya ngaji pada jam dinas).
🌸Jawab:
Bismillaah
Selesaikan tugas dinas dulu eyang....
Kan itu amanah... kalau kita kurangin waktunya kan sama saja kita korupsi waktu.
Inti seorang yang menuntut ilmu adalah bagaimana dengan ilmu yang dia dapatkan menjadikan dirinya semakin takut kepada Allah dan semakin giat mentaati apa saja dari aturan-aturan yang telah Allah tetapkan.
Jadi dalam hal ini dengan tetap memenuhi jatah waktu dinas ان شاء الٌله akan mendapat tambahan pahala karena telah bersabar untuk menghindari suatu dosa (kurupsi waktu tadi) karena takut pada Allah.
Pahala yang lain adalah niat dan semangatnya untuk menuntut ilmu insyaAllah sudah dicatat pahala.
والله أعلم بالصواب
0⃣6⃣ Bunda iNdri ~ Pangandaran
Bagaimana menyikapi orang yang meremehkan dan merendahkan kita.
Salahkah jika saya bercita-cita bisa melebihi omongan orang tersebut.
Dan salahkah saya jika dalam perjalanannya saya merasa capek dan putus asa karena sampai saat ini saya belum bisa membuktikan kalau saya mampu seperti yang dicemooh kan ke saya.
Bagaimana menghilangkan sakit hati ini, karena sering sekali mendengarnya kalimat tersebut.
Karena jujur saya jadi down ketika mendengarnya karena kalimat tersebut datang dari orang dekat saya.
Bagaimana juga caranya menghadapi bentakan dan amarah orang lain agar saya bisa tegar, tidak menangis dan down?
Maaf umm banyak pertanyaannya.
🌸Jawab:
Bismillaah...
√ Pertama:
Ucapkan انا لله وانا اليه راجعون
Karena sungguh apa yang sedang anti alami ini adalah sebuah musibah hingga hati anti terusik dan tidak nyaman.
√ Kedua:
Bagaimana sikap seorang mukmin ketika mengamhadapi musibah. Tentulah kita wajib sabar.
Sabar itu tidak hanya menahan rasa sakit hati dan menahan kekesalan yaaa...
Tetapi membuang semua rasa tersebut. Karena itu adalah sampah hati. Itu adalah sumber sebab jin syetan mudah sekali masuk dan mendekam di tubuh.
√ Ketiga:
Maka jauhkan rasa-rasa kekesalan, dendam dan lain sebagainya.
Sabar selain menahan rasa negatif dan menghilangkan jauh juga sabar tidak bermaksiat. Seperi: Tidak perlu kita punya perasaan dendam, ingin membalas pada suatu saat dan lain sebagainya.
Ini juga bisikan syetan.
Coba kalau kita dikasih takdir kemampuan untuk itu. Jika tidak maka kita akan lebih parah menahan penderitaan itu.
Karena itu selain sabar menahan segala rasa yang menyakitkan juga bersabar dalam mengikuti kata hati untuk bermaksiat.
√ Keempat:
Lantas apa yang harus dilakuan?
Coba tengok apa kata Allah dalam Al Qur’an?
مَاۤ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
"Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. At-Taghabun 64: 11)
Sadari dan akui dihadapan اللهِ bahwa semua musibah ini pasti sebab awalnya dari diri kita sendiri. Apa pun itu akui dulu dan lakukan introspeksi dan yang penting segera bertaubat kepada Allah.
Jadi sekarang fokus anti jangan kepada orang yang menyakiti anti tetapi fokuslah dalam bertaubat kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar diri kita diampuni dan diterima taubat kita serta diperbaiki urusan kita.
Bagaimana dengan orang lain tadi (yang telah menyakiti anti) biarkan, serahkan dia kepada Allah dan jangan lagi apa saja yang dia katakan mengganggu pikiran anti.
Anti cukup fokus urusan diri anti dengan اللهِ saja.
Dan akan lebih baik jika anti sudah mulai bisa mendoakannya. Setelah memaafkan, maka doakan dia agar mendapat hidayah.
Bagaimana mungkin???
Mungkin sajaaaa...
Jika iman anti kuat maka setan akan sangat lemah dan tidaj betah berada ditubuh anti.
Mengapa anti mudah tersulut dengan prilaku orang tadi? Karena hati anti sibuk mendengarkan bisikan syetan yang sengaja mengadu domba.
Allah berfirman:
۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)
"Dan segeralah kamu kepada (mengerjakan amal-amal yang baik untuk mendapat) keampunan dari Tuhan kamu, dan (mendapat) Syurga yang bidangnya seluas segala langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa;"
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
"Yaitu orang-orang yang mendermakan hartanya pada masa senang dan susah, dan orang-orang yang menahan kemarahannya, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan (ingatlah), Allah mengasihi orang-orang yang berbuat perkara-perkara yang baik."
وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا۟ فَٰحِشَةً أَوْ ظَلَمُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا۟ ٱللَّهَ فَٱسْتَغْفَرُوا۟ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلُوا۟ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)
"Dan juga orang-orang yang apabila melakukan perbuatan keji, atau menganiaya diri sendiri, mereka segera ingat kepada Allah lalu memohon ampun akan dosa mereka - dan sememangnya tidak ada yang mengampunkan dosa-dosa melainkan Allah -, dan mereka juga tidak meneruskan perbuatan keji yang mereka telah lakukan itu, sedang mereka mengetahui (akan salahnya dan akibatnya)."
Renungkalan firman اللهِ diatas.
Mulai sekarang jangan hiraukan bisikan setan itu.
Bertekadlah menjadi pribadi yang baik. Hati yang salim, yang sehat, yang mudah memaafkan dan yang selalu ingat اللهِ dan kehidupan setelah kematian.
ان شاء الٌله
Hati anti akan lebih tenang dan bahagia.
Perbaiki diri dan tata hati anti dengan berusaha berbuat baik dan berbuat baik. Karena hidup ini sangat singkat, maka rugilah jika waktu kita terbuang sia-sia hanya memikirkan urusan yang hanya mengotori hati.
Lebih baik jika kita mulai suka melakukan apa yang baik-baik saja dari urusan yang besar hingga urusan yang sepele. Karena semua perbuatan kita baik yang lahir maupun yang bathin kelak pasti akan dihisab oleh Allah. Maka takutlah pada hisab tersebut.
Agar anti mudah untuk memaafkan dia maka ....
Ingat selalu balasan Allah bagi orang yang suka memaafkan orang lain yang jelas-jelas bersalah atau menyakiti kita, yakni Surga.
Karena itu ingat terus janji-janji Allah dan segera berpaling dari orang-orang yang jahil, yang bodoh yang tidak takut jika melakukan kedzaliman kepada sesamanya.
Semoga Allah memberikan keteguhan hati anti jiwa anti dalam iman dan rasa tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Jangan lepas dari membaca dzikir pagi dan sore. Lengkap ya, terutama kalimat tauhid yang dibaca 100x .
بَارَكَ اللّهُ فِيْكُمْ
والله أعلم بالصواب
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Kejarlah kebaikan apa saja yang bisa dilakukan, selagi kita masih diberi waktu.
Karena amal kita yang mana yang Allah terima, kita tidak tahu.
Janganlah sampai kita kehabisan kesempatan.
Padahal bekal kematian masih belum maksimal, sedangkan waktu takkan mungkin bisa berputar.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar