Minggu, 11 November 2018
YOU'RE MY HERO
OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💎
Pahlawan, sebuah kata yang populer dan memiliki makna yang dalam. Dalam kamus bahasa Indonesia, pahlawan berarti seseorang yang berjuang dengan segenap pengorbanan, baik materi, tenaga, bahkan nyawa demi membela tanah air bangsa.
Dan Islam sebagai sebuah agama yang menghargai prestasi, pengorbanan dan pengabdian memandang, bahwa siapapun yang bermanfaat dan berkontribusi kepada sesamanya, maka pribadi tersebut pantas disebut sebagai pahlawan atau sebaik-baiknya manusia, Nabi Muhammad bersabda, “Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang bermanfaat bagi manusia.” (HR. Bukhori dan Muslim).
Seorang pahlawan ialah mereka yang mampu menempatkan diri pada tempatnya, tidak menzalimi orang lain, bersikap adil dalam segala tindakannya, dan mampu untuk objektif melihat sesuatu, serta bisa menahan gejolak emosi, karena orang kuat adalah pribadi yang kuat membendung kemarahanya ketika ia marah. Nabi bersabda, “Orang yang kuat bukanlah seorang yang menang dalam pergulatan, tetapi manusia yang kuat adalah siapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika dia marah.” (HR. Bukhari)
Jika berkaca kepada sejarah kepahlawanan dalam Islam, kita akan menemukan figur-figur luar biasa yang memang pantas disebut sebagai pahlawan sejati.
◼Nabi Muhammad adalah sosok utama yang layak menyandang predikat tersebut
Teman-teman Bisa sebutkan jasa terbesar Rasulullah untuk kita?
Andai bukan lantaran engkau ya Nabi
Andai bukan lantaran engkau ya habibie
Kami kan tersesat bersujud kepada selainNya
Kami akan tersesat memohon kepada selainNya
Kami Tak Tahu Akan keberadaanNya
Kami Takkan Pernah Tahu Tentang KeEsaanNya
Andai Bukan Lantaran Engkau Ya Rasul... kami Buta dengan syari'at mu
Jasa terbesar beliau adalah mendakwahkan kalimat Laa ilaaha illallah
Maka tidak berlebihan jika salah seorang sejarahwan barat M. Heart memilih Nabi Muhammad SAW sebagai orang paling berpengaruh di dunia.
Terlepas dari itu semua, Nabi Muhammad SAW merupakan pribadi sempurnya dengan kepribadian yang elok, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Allah Swt sangat menghargai mereka yang rela berkorban dengan harta dan nyawa meraka, untuk kepentingan Negara dengan agama, sehingga Allah menjanjikan surga sebagai balasan dari pengorbanan mereka,
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an QS. At-Taubah: 41
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. At-Taubah: 41)
Sesungguhnya kepahlawanan tidak hanya identik dengan mereka yang mempertaruhkan jiwanya dalam medan perang, tetapi ia lebih luas dari itu, bahkan kita mendengar sebuah istilah yang cukup masyur yaitu, “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Ungkapan tersebut adalah benar adanya, terlebih lagi dalam perspektif Islam yang memandang kepahlawanan sebagai sebuah nilai pengorbanan dan keteguhan jiwa demi kepentingan orang lain.
Jangan pernah tanyakan, masih adakah pahlawan di masa modern seperti ini?
Jangan pernah tanyakan masihkah ada yang pantas dijuluki pahlawan?
Jangan pernah tanyakan! Karena sesungguhnya pahlawan-pahlawan itu begitu dekat dengan kita.
Mereka bukanlah lagi yang berjuang dengan tombaknya, pedangnya, ataupun segala macam senjatanya untuk negeri ini.
Mereka adalah yang mengambil bagian penting dalam kehidupan kita, bangsa kita, dan agama kita.
Mereka adalah ayah, ibu kita. Tanpa perlu banyak definisi, tanpa perlu banyak penjelasan, tanpa perlu banyak kata-kata berhamburan.
Sejatinya sosok ayah selalu ada di balik seluruh kisah dalam hidup kita. Di balik segala yang kita peroleh, ada andil besar ayah di sana, ada keikutsertaan ayah yang membukakan jalan kita.
Mungkin banyak dari kita gagal memahami jasa besar yang telah ayah berikan dalam hidup kita. Mungkin tidak sedikit yang menganggap ayah tidak memiliki cinta. Juga tidak jarang yang beranggapan ayah egois karena terlalu banyak memberi batasan pada kita. Mungkin ayah tidak memiliki kata-kata yang indah untuk kita. Ayah lebih memilih diam dan tidak banyak berbicara.
Lantas apakah itu berarti ayah tidak punya cinta?
Tidak!!!!!
Sebenarnya, masalahnya hanya ada di kita. Kita yang seharusnya mencari dan mendefinisikan. Betapa banyak ayah sulit mengungkapkan perasaannya. Ia yang harus berdiri di balik jas kebesarannya sebagai seorang ayah. Ia yang selalu diburu waktu untuk tampil tegar. Ia yang harus selalu tampak bijaksana. Baginya banyak bicara merendahkan wibawanya.
Ya, yang seringkali kita nilaikan pada tindakan ayah adalah wujud ketidakpeduliannya pada kita. Namun kita tetap harus percaya, ayah punya caranya sendiri dalam mencintai kita.
Semua ayah selalu tidak ingin anaknya kecewa. Bisa memberi adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Melihat senyum terpias dari buah hatinya adalah sebuah kebanggaan bagi seorang ayah. Melihat keberhasilan anak-anaknya adalah sebuah prestasi yang tidak tertandingi bagi ayah. Sungguh, betapapun kita tidak mengerti kedalaman cintanya pada kita.
Mungkin kita lupa bagaimana ekspresi bahagia kita saat kita mendapatkan sebuah hadiah, saat terkabulnya permintaan, ketika kita membuka bingkisan. Ada selaksa kebahagiaan tersendiri yang tersemburat di dada ayah. Ayah akan selalu mengenang keceriaan kita.
Ada saat-saat dimana ayah merasakan pedih yang mendalam. Ada perih yang sangat ketika ayah gagal memenuhi permintaan anaknya. Bahkan tidak jarang ayah merasa tidak layak disebut seorang ayah karena tidak mampu membahagiakan anaknya. Bagi ayah, menyanggupi permintaan anak menunjukkan keberartian dirinya. Ayah merasa berarti saat ia mampu terus melihat senyum yang terpatri di wajah anaknya, di antara peluh perjuangannya.
Diam adalah karakter yang sering dilekatkan pada diri para ayah. Tentu tidak semua ayah demikian adanya, tapi dalam asumsi umum kita, Ayah lebih banyak diam dan tidak banyak bicara. Itulah yang kadang, membuat anak merasa jauh dari ayahnya. Namun, diam bukan berarti tidak punya cinta. Bukan pula sebuah ekspresi tidak peduli. Sebab kita harus ingat kembali, ayah memiliki cara sendiri dalam mencintai kita.
Di balik diamnya ada cinta. Ya, cinta yang menyimpan banyak sekali makna.
Ayah adalah seorang pahlawan untuk negeri ini. Ayah adalah pencetak anak-anak bangsa. Ayah memang tidak banyak berkata-kata. Ayah hanya memberikan ruang untuk kita belajar tegar. Tegak berani menghadapi pahitnya kehidupan melalui segala hal yang mampu ia lakukan. Ayah mempunyai cara tersendiri dalam mengapresiasi cintanya pada kita. Di ruang hati yang sangat luas, ada perasaan seorang ayah yang sangat lapang, yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh seorang ayah. Karena ayah adalah ayah.
Mungkin juga tak sedikit yang lupa akan luasnya kedermaan hati ayah. Ayah selalu menyanggupi semua permintaan anaknya. Sebab keluasan cinta seorang ayah, ia memberikan seluruh hidupnya untuk kita. Ayah merelakan dirinya hanya demi mengantarkan anak-anaknya semakin dekat dengan cita-cita dan seluruh impian mereka. Ayah hanya ingin menyaksikan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik. Ayah ingin anaknya mampu memberi manfaat untuk sesamanya. Pun saat anaknya melakukan kesalahan atau mengalami sebuah kegagalan, ayah akan menjadi orang pertama yang merasa gagal dalam mendidik anaknya.
Adakah lelaki lembut yang menyamaimu Ayah?
Tidak akan pernah kita menemukan...
🌸🌷🌸
Dan disamping ayah ada sosok malaikat yang setia setiap hari mengorbankan hidupnya untuk keluarga.
Ibu adalah sosok perempuan yang tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, tidak pernah berhenti, terus mencurahkan cintanya kepada sang buah hati. Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, seorang ibu akan bersungguh-sungguh memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Saat anak masih kecil, ibu rela bangun di malam hari untuk mengganti popok bayinya yang basah dengan kencing, rela begadang saat balitanya sakit panas dan rewel tidak bisa tidur, mendampingi buah hati yang mulai aktif merangkak ke sana ke mari dengan penuh kasih sayang dan kelembutan serta mengajarkan anaknya untuk lancar berbicara, mulai mengenal huruf-huruf Hijaiyah dan huruf Latin.
Memasuki usia sekolah, perjuangan seorang ibu di medan lain pun telah menanti. Hari-hari pertama anak memasuki dunia barunya di sekolah, bagi sebagian anak mungkin tidak menjadi masalah, dalam waktu yang cepat bisa langsung beradaptasi dengan teman dan gurunya. Tapi sebagian anak, masa awal adaptasi menjadi masa yang cukup menegangkan, adakah dirinya akan selalu aman, jika aku jauh dari ibu. Dalam kondisi anak seperti ini, tentu bagi ibu butuh kesabaran untuk meyakinkan dan mendampingi anak, sampai anak siap lepas dari dirinya.
Di zaman Rasulullah SAW, saat seorang ibu dengan dua anaknya telah menerima sedekah sebutir kurma, dibelahlah kurma tersebut menjadi dua bagian, kemudian diberikan kepada dua anaknya masing-masing satu bagian, sementara sang ibu tidak mendapatkan secuil pun. Tapi si ibu bahagia karena telah membahagiakan anaknya. Kebahagiaan anak, akan menjadi kebahagiaan dirinya. Cintanya tidak pernah pupus, kasih sayangnya tidak pernah lekang, perjuangannya tidak kenal lelah, doanya tidak henti dipanjatkan, demi kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya. Menjadi semakin mudah bagi kita untuk memahami mengapa Rasulullah SAW menyampaikan bahwa al jannatu tahta aqdamil ummahat” Surga ada di bawah telapak kaki ibu.
Hidup akan sangat hampa bila tidak mendapatkan belaian ibu, belaian yang dapat menurunkan tensi darah saat marah, belaian yang dapat menenangkan pikiran dikala stres. Ibu akan berusaha melakukan apapun untuk menyelamatkan dan melindungi anaknya.
Apabila ada seorang ibu yang marah-marah kepada anaknya mungkin hanya ungkapan kekecewaan sesaat, namun yakinlah bahwa jauh di lubuk hatinya, ibu sangat sayang anaknya dan kemarahannya adalah nasehat untuk kebaikan yang belum kita pahami.
Kasih sayang ibu sudah dilakukan melalui perjuangan yang hebat, perjuangan yang dilakukan untuk melindungi, menjaga, merawat, memperhatikan serta menyayangi ketika masih berada dalam kandungan. Tidak terperihkan berapa kali beliau menarik napas panjang ketika (janin) menendang-nendang perutnya dan perjuangan melahirkan buah hatinya ke dunia dengan mengabaikan rasa sakit yang tiada tara.
Tidak ada anak yang berhasil menjalani hidupnya dengan mulus tanpa peran seorang ibu. Peran beliau lebih hebat dan lebih berani dibandingkan semua tokoh yang pernah kita kenal. Oleh karena itu, jika ada pertanyaan siapa pahlawan tanpa tanda jasa? Maka jawaban sebenarnya adalah ibu, karena hanya beliau dengan segenap hidupnya berjuang agar anaknya bisa selamat terlahir ke dunia fana ini dan siap dengan segenap jiwa raganya berkorban untuk melindungi anaknya dari apapun yang dapat mencelakainya.
Semoga kita pandai bersyukur, memberikan yang terbaik untuk ibu, meski kita sadar, jasa ibu tidak akan pernah dapat dibalas oleh anaknya.
Kenangan akan semua pengorbanannya kepada kita akan semakin terasa menyesakkan dada ketika ia telah pergi dari sisi kita untuk selamanya. Yang tertinggal hanyalah nasehat-nasehat beliau yang telah mendarah daging dalam jiwa putra putrinya dalam mengarungi dunia fana ini. Rabbi ighfirli wa liwalidayya wa arhamhuma kama rabbayani saghira. Semoga kita dipertemukan Allah di surgaNya.
Sahabat-sahabatku yang dicintai Allah...
Inilah sosok Nyata yang sebenar benarnya Pahlawan didalam hidup kita yang sering kita lupa.
Semoga kita menjadi Insan yang mampu berterimakasih kepada Tiga Sosok ini, kepada Rasulullah dengan sering bersholawat padanya, kepada ibu bapak dengan berbakti padanya.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Atieq
Materinya super bun.
Ada titipan pertanyaan dari rekan.
Bagaimana agar seorang anak melihat ibunya itu pahlawan baginya ya bu? Karena di memori anak ibunya itu tidak seperti yang diharapkan. Contoh; ibu selalu memarahi anaknya dengan kata-kata kasar, jarang membelai anaknya, ibu selalu pergi-pergi jarang ada dirumah. Jadi anak seperti tidak ada panutan sosok seorang ibu. Kadang dalam hati anak membandingkan ibu. "Kok ibuku tidak seperti ibunya ya"?
🌷Jawab:
Disinilah dibutuhkan sosok dewasa yang bisa mendampingi anak, baik dari kalangan keluarga atau dari luar. Anak hanya akan paham apa yang dia terima dan dia lihat, dan tidak akan paham menerjemahkan dibalik apa yang dia lihat, makanya butuh sosok lain untuk membimbing si anak, bahwa ibu meski dengan segala kekurangannya, dia adalah orang yang sangat berjasa didalam hidup kita. Disini jugalah peran agama sangat perlu, anak-anak yang paham agama akan mengerti bagaimana cara memperlakukan orang tua, baik orang tua yang mampu mengayomi anak dengan baik atau orang tua yang "kelihatan kurang baik" dimata anak anak. Karena Islam telah jelas memberikan ketentuan bakti anak kepada orang tua.
Wallahu a'lam
0⃣2⃣ iNdah
Apakah sikap seorang ibu berikut tidak layak dikatakan pahlawan bagi anak jika seorang ibu menitipkan anaknya pada neneknya sebab si ibu takut anak tersebut akan alami kembali kasus kdrt yang pernah di alami sebelumnya sampai menimbulkan trauma pada anak bahkan ditangani psikolog.
🌷Jawab:
Apapun kondisinya, Ibu ayah adalah pahlawan bagi anak-anaknya. Tanpa ayah ibu anak-anak tidak akan ada didunia ini, tanpa perjuangan ibu, anak tidak akan lahir dengan selamat kedunia ini. Jadi tidak ada kata tidak layak untuk menjadikan Ibu adalah seorang pahlawan. Dan ini tergantung bagaimana anak memahami kondisi sebuah keluarga. Karnanya anak-anak harus dikenalkan dengan agama, agar anak-anak mengerti dengan hak, kewajiban, takdir dan keikhlasan. Memang susah memahamkannya, tapi akan lebih susah lagi jika anak tidak mengenal agama.
Wallahu a'lam
0⃣3⃣ Yuli
Ustadzah Irna, saya 8 bersaudara, qodarullah dihari tua kedua orang tua kami (bapak 78th, Mak 67th) tidak ada seorang pun yang tinggal bersama beliau berdua. 4 diluar pulau, 4 masih 1 propinsi, kami berempat bergantian pulang setiap weekend, atau saat bapak sedang drop dan ingin ketemu kami usahakan pulang.
Sedangkan yang di luar pulau jarang karena terkendala biaya dan waktu libur, tapi rutin berkabar melalui telpon.
Apakah kami termasuk anak-anak yang tidak berbakti???
🌷Jawab:
Saya harus jawab " IYA" mba yuli dan saudara belum mampu menjadi anak yang berbakti.
Kita In Syaa Allah akan sama-sama merasakan tua, dan akan juga merasakan apa yang dirasakan orang tua kita sekarang, atau bahkan lebih pahit dari apa yang beliau rasakan saat ini. 8 orang anak, tidak ada satupun yang mampu menemani dihari tuanya, ini menyedihkan bagi seorang orang tua.
Kita abai dengan kebahagiaan orang tua kita yang dulu tidak pernah perhitungan kepada kita. Membesarkan 8 orang anak bukan hal yang mudah, pernahkah anak memikirkan bahwa perut orang tua kita pernah lapar demi anaknya bisa makan?
Pernah kah anak berpikir bahwa orang tua rela tidak tidur semalaman demi anak nya?
Sekarang dengan entengnya kita abaikan saat mereka tidak lagi punya daya, kekuatan?
Mereka butuh anak-anak bukan hanya perhatian tapi juga butuh bantuan, selayaknya dulu kita butuh bantuan mereka sebelum kita mampu mandiri.
Wallahu a'lam
🔹Waktu bapak mulai sakit, suami menyarankan saya tinggal dengan orang tua, tapi bapak menolak, bapak bilang ke suami bahwa saya sudah diminta, dan sudah dikasihkan, kata bapak anak-anak saya butuh untuk ketemu ayahnya setiap hari.
Bapak tidak mau anak-anak nya, suami istri hidup terpisah rumah...
🌷Tidak bisa dibawa kerumah mba? Atau giliran dengan saudara yang bisa diajak giliran?
🔹Tidak mau, kami pernah bilang bapak dan Mak boleh tinggal dengan siapapun yang diinginkan.
Untuk semua kebutuhan orang tua kami tanggung bersama, apapun keinginan orang tua kami penuhi.
🌷Orang tua tidak hanya butuh materi, tapi kesepian dan kesakitan mereka butuh perhatian anak, selayaknya kita dulu saat sakit, kita tidak akan mengizinkan ibu untuk pergi jauh dari kita.
🔹Mungkin beliu ingin dengan salah satu anak, tapi takut menyakiti yang lain bunda?
🌷Saya paham, orang tua tidak akan mau merepotkan anak-anaknya, tapi anak jangan kasih orang tua pilihan seperti ini, tapi kitalah yang harus mengajak, bukan memberi pilihan.
🔹Beliau tidak mau ustadzah, saat kakak tertua dan saya menawarkan, beliau tetap tidak mau.
Bapak ingin di rumahnya sendiri.
🌷Memang susah mba, rata-rata orang tua akan nyaman dirumahnya sendiri. Memang sekarang pandai-pandai anak mengatur waktu, dan jangan lupa sering-sering minta maaf, siapa tahu beliau merasa sedih karena ulah kita. Dan terus bujuk agar mau tinggal dengan salah seorang anak.
🔹Iya ustadzah, sekarang kami usahakan paling lama tidak sampai seminggu harus ada yang dirumah. Mohon do'a nya dari bunda semua, agar Allah melembutkan hati kedua orang tua kami supaya bersedia tinggal bersama salah satu dari kami.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa dan khilaf kami yang belum maksimal berbakti kepada orangg tua.
Aamiin...
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Kita tutup dengan 2 buah lirik lagu milik Ebiet G. Ade dan Iwan F.
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
Namun kau tetap tabah
Meski nafasmu kadang tersengal
Memikul beban yang makin sarat
Kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
Untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
Lirik Lagu Titip Rindu Buat Ayah - Ebiet G. Ade
~^^^~
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Lirik Lagu Ibu - Iwan Fals
Demikian dari saya malam ini, semoga berguna untuk kita semua, khusunya saya, dan kita lebih mampu menghargai kedua orang tua kita, bagaimanapun kondisi mereka. apakah baik dimata kita atau tidak baik, mereka tetaplah orang tua yang telah menghadirkan kita kedunia ini.
Wassalamu'alaikum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar