OLeH: Ustadz Farid Nu'man Hasan
๐M a T e R i๐
๐ธAkhlak Luhur Ulama Salaf Terhadap Perbedaan Yang Mereka Alami
Tema ini sering kami angkat bahkan sangat sering, baik lisan dan tulisan.
Karena kata Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, "Laa yazaal al khulfu bainan naas fi adyaanihim ..." (Tafsir Ibnu Katsir, 4/361), artinya manusia senantiasa berselisih pada urusan agama mereka...
Oleh karena itu kami tidak bosan dan tidak boleh lelah mengingatkan manusia tentang hal ini.
Banyak manusia semangat dalam mempelajari fiqih atau menanyakan fiqih, tapi lupa adab-adab dalam berfiqih. Fiqihnya ulama salaf itu penting, tapi mempelajari bagaimana adab mereka lebih penting.
Maka, kita dapati para salaf lebih mendahulukan belajar adab dibanding fiqih.
Kaku, keras, galak, bengis, dan memonopoli kebenaran, adalah potensi yang mungkin terjadi jika hanya belajar fiqih -apalagi jika hanya dari satu model pemikiran tanpa open mind terhadap yang lain - tanpa mempelajari adab dan menerepan fiqihnya di masyarakat.
Kadang sikap memaksakan kehendak juga dilakukan oleh oknum ustadz, sehingga muridnya pun mengikutinya. Hampir-hampir dia terjatuh pada sikap Iblis, "Ana khairu minhu - Aku lebih baik darinya."
Akhirnya, yang terjadi adalah fitnah dan keributan, bahkan khawatir sampai taraf "lakum diinukum waliyadin" terhadap saudaranya yang berbeda pendapat dengannya.
Sebagian orang ada yang standar ukhuwah Islamiyahnya dilihat dari kesamaan fiqih, sikap al Wala' wal Bara' dilihat dari kesamaan fiqih, menyikapi manhaj dilihat dari kesamaan fiqih.
Jika sama fiqihnya maka menjadi saudara, boleh menjadi ber-tawalli (dijadikan loyalitas), dan semanhaj. Jelas ini salah faham dan salah penerapan.
Berikut ini, akan kami tampilkan bagaimana mulianya para salafush shalih, terhadap orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka, semoga kita semua bisa ambil pelajaran.
Selamat menikmati!
๐ทAbdullah bin Mas'ud Radhiallahu 'Anhu
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani Rahimahullah menceritakan:
ูุฑูู ุฃุจู ุฏุงูุฏ ( 1 / 307 ) ุฃู ุนุซู ุงู ุฑุถู ุงููู ุนูู ุตูู ุจู ูู ุฃุฑุจุนุง ุ ููุงู ุนุจุฏ ุงููู ุจู ู ุณุนูุฏ ู ููุฑุง ุนููู : ุตููุช ู ุน ุงููุจู ุตูู ุงููู
ุนููู ูุณูู ุฑูุนุชูู ุ ู ู ุน ุฃุจู ุจูุฑ ุฑูุนุชูู ุ ู ู ุน ุนู ุฑ ุฑูุนุชูู ุ ู ู ุน ุนุซู ุงู ุตุฏุฑุง ู ู ุฅู ุงุฑุชู ุซู ุฃุชู ูุง ุ ุซู ุชูุฑูุช ุจูู ุงูุทุฑู ูููุฏุฏุช ุฃู ูู ู ู ุฃุฑุจุน ุฑูุนุงุช ุฑูุนุชูู ู ุชูุจูุชูู ุ ุซู ุฅู ุงุจู ู ุณุนูุฏ ุตูู ุฃุฑุจุนุง ! ูููู ูู : ุนุจุช ุนูู ุนุซู ุงู ุซู ุตููุช ุฃุฑุจุนุง ุ ! ูุงู : ุงูุฎูุงู ุดุฑ . ู ุณูุฏู ุตุญูุญ . ู ุฑูู ุฃุญู ุฏ ( 5 / 155 ) ูุญู ูุฐุง ุนู
ุฃุจู ุฐุฑ ุฑุถู ุงููู ุนููู ุฃุฌู ุนูู .
Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (1/307), bahwasanya Khalifah โUtsman bin โAffan Radhiallahu โAnhu shalat di Mina 4 rakaat.
Maka sahabat nabi, yaitu Abdullah bin Masโud Radhiallahu โAnhu mengingkarinya seraya berkata: โAku dulu shalat bersama Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, Abu Bakr, โUmar dan di awal pemerintahan โUtsman sebanyak 2 rakaat, dan setelah itu โUtsman shalat 4 rakaat. Kemudian terjadilah perbedaan diantara kalian, dan harapanku dari 4 rakaat shalat itu yang diterima adalah yang 2 rakaat darinya.โ
Namun ketika di Mina, Abdullah bin Masโud justru juga shalat 4 rakaat. Maka dikatakanlah kepada beliau:
โEngkau dulu telah mengingkari โUtsman atas shalatnya yang 4 rakaat, kemudian engkau shalat 4 rakaat pula?!โ
Abdullah bin Masโud berkata: โPerselisihan itu jelek.โ Sanadnya shahih. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ahmad (5/155) seperti riwayat di atas dari shahabat Abu Dzar Radhiallahu โAnhum Ajmaโin.
(As Silsilah Ash Shahihah, 1/389)
๐ท Imam Al Qasim bin Muhammad Rahimahullah
Beliau adalah salah satu tujuh fuqaha Madinah di zaman tabi'in, dan merupakan cucu dari Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiallahu 'Anhu.
Beliau ditanya oleh seseorang:
ุณุฃูุช ุงููุงุณู ุจู ู ุญู ุฏ ุนู ุงููุฑุงุกุฉ ุฎูู ุงูุฅู ุงู ููู ุง ูู ูุฌูุฑ ููู, ููุงู: ุฅู ูุฑุฃุช ููู ูู ุฑุฌุงู ู ู ุฃุตุญุงุจ ุฑุณูู ุงููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ุฃุณูุฉุ ูุฅุฐุง ูู ุชูุฑุฃ ููู ูู ุฑุฌุงู ู ู ุฃุตุญุงุจ ุฑุณูู ุงููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ุฃุณูุฉ.
Aku bertanya kepada Al Qasim bin Muhammad tentang membaca (Al Fatihah) dibelakang imam yang dia tidak mengeraskan bacaannya.
Beliau menjawab: "Jika kamu membaca maka kamu memiliki contoh dari para sahabat nabi, dan jika kamu tidak membaca maka kamu juga memiliki contoh dari para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam."
(Imam Ibnu Abdil Bar, Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlih, 2/161)
๐ท Imam Sufyan Ats Tsauri Rahimahullah
ุฅุฐุง ุฑุฃูุช ุงูุฑุฌู ูุนู ู ุงูุนู ู ุงูุฐู ูุฏ ุงุฎุชูู ููู ูุฃูุช ุชุฑู ุบูุฑู ููุง ุชููู.
โJika engkau melihat seorang melakukan perbuatan yang masih diperselisihkan, padahal engkau punya pendapat lain, maka janganlah kau mencegahnya.โ
(Imam Abu Nuโaim Al Asbahany, Hilaytul Auliya, 3/133)
Tentang merutin Qunut Subuh, Imam At Tirmidzi berkata:
ููุงูู ุณูููููุงูู ุงูุซููููุฑูููู ุฅููู ููููุชู ููู ุงููููุฌูุฑู ููุญูุณููู ููุฅููู ููู ู ููููููุชู ููุญูุณููู
โBerkata Sufyan Ats Tsauri: โJika berqunut pada shalat shubuh, maka itu bagus, dan jika tidak berqunut itu juga bagus.โ
(Lihat Sunan At Tirmidzi, keterangan hadits No. 401)
๐ท Imam Yahya bin Sa'id Al Qaththan Rahimahullah
Beliau berkata:
ู ุง ุจุฑุญ ุฃููู ุงููุชูู ููุชูู ููุญู ูุฐุง ููุญุฑู ูุฐุง ููุง ูุฑู ุงูู ุญุฑู ุฃู ุงูู ุญู ููู ูุชุญูููู ููุง ูุฑู ุงูู ุญู ุฃู ุงูู ุญุฑู ููู ูุชุญุฑูู ู.
Para ahli fatwa sering berbeda fatwanya, yang satu menghalalkan yang ini dan yang lain mengharamkannya. Tapi, mufti yang mengharamkan tidaklah menganggap yang menghalalkan itu binasa karena penghalalannya itu. Mufti yang menghalalkan pun tidak menganggap yang mengharamkan telah binasa karena fatwa pengharamannya itu.
(Imam Ibnu Abdil Bar, Jami' Bayanil 'Ilmi wa Fadhlih, 2/161)
๐ท Imam Asy Syafi'i Rahimahullah
Imam Asy Syafi'i (juga Imam Malik) berpendapat sunnahnya Qunut Subuh. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal yang memandang tidak ada Qunut Subuh.
Diceritakan dalam Al Mausuโah sebagai berikut:
ุงูุดููุงููุนูููู ุฑูุถููู ุงูููููู ุนููููู ุชูุฑููู ุงูููููููุชู ููู ุงูุตููุจูุญู ููู ููุง ุตููููู ู ูุนู ุฌูู ูุงุนูุฉู ู ููู ุงููุญููููููููุฉู ููู ู ูุณูุฌูุฏูููู ู ุจูุถูููุงุญูู ุจูุบูุฏูุงุฏู . ููููุงู ุงููุญููููููููุฉู : ููุนูู ุฐููููู ุฃูุฏูุจูุง ู ูุนู ุงูุฅููู ูุงู ู ุ ููููุงู ุงูุดููุงููุนููููุฉู ุจูู ุชูุบููููุฑู ุงุฌูุชูููุงุฏููู ููู ุฐููููู ุงููููููุชู .
โAsy Syafiโi Radhiallahu โAnhu meninggalkan qunut dalam subuh ketika Beliau shalat bersama jamaah bersama kalangan Hanafiyah (pengikut Abu Hanifah) di Masjid mereka, pinggiran kota Baghdad. Berkata Hanafiyah: โItu merupakan adab bersama imam.โ Berkata Asy Syafiโiyyah (pengikut Asy Syafiโi): โBahkan beliau telah merubah ijtihadnya pada waktu itu.โ
(Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 2/302. Wizarah Al Awqaf Asy Syuโun Al Islamiyah)
๐ท Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah
Beliau mengomentari orang yang shalat dua rakaat setelah Ashar:
ูุง ููุนูู ููุง ูุนูุจ ูุงุนูู
Kami tidak melakukannya tapi kami tidak juga menilai aib orang yang melakukannya.
(Al Mughni, 2/87, Syarhul Kabir, 1/802)
Tentang Qunut Subuh, diceritakan tentang Imam Ahmad Rahimahullah :
ููุฏ ูุงู ุงูุฅู ุงู ุฃุญู ุฏู ุฑุญู ู ุงููู ูุฑู ุฃููู ุงููููููุชู ูู ุตูุงุฉ ุงููุฌุฑ ุจูุฏูุนุฉุ ููููู: ุฅุฐุง ููุช ุฎููููู ุฅู ุงู ูููุช ูุชุงุจุนู ุนูู ูููููุชูููุ ูุฃู ูููู ุนูู ุฏูุนุงุฆูุ ููููู ุฐูู ู ูู ุฃุฌู ุงุชููุญุงุฏ ุงูููู ุฉุ ูุงุชูููุงู ุงููููุจุ ูุนุฏู ูุฑุงูุฉ ุจุนุถูุง ูุจุนุถ.
โImam Ahmad Rahimahullah berpendapat bahwa qunut dalam shalat fajar (subuh) adalah bidโah. Dia mengatakan: โJika aku shalat di belakang imam yang berqunut, maka aku akan mengikuti qunutnya itu, dan aku aminkan doanya, semua ini lantaran demi menyatukan kalimat, melekatkan hati, dan menghilangkan kebencian antara satu dengan yang lainnya.โ
(Syaikh Ibnu Al โUtsaimin, Syarhul Mumtiโ, 4/25. Mawqiโ Ruh Al Islam)
Sebenarnya masih banyak lagi. Tapi, contoh-contoh sudah cukup mewakili betapa luas, luwes, dan lapang dada para imam generasi awal terhadap perbedaan pendapat di antara mereka.
Mampukah kita meneladaninya?
Wallahu A'lam
๐ธ๐ธ๐ธ๐๐๐๐ธ๐ธ๐ธ
๐TaNYa JaWaB๐
0โฃ1โฃ Yanti
Ustadz, jika kita biasa baca qunut, kemudian masbuk shalat shubuh di masjid yang tidak berqunut, apakah sebaiknya di rakaat yang ketinggalan kita baca qunut atau tidak?
๐ธ Jawab:
Ikuti kebiasaan yang Ibu yakini tidak apa-apa, bagus, apalagi jika jamaah masjid termasuk tipe yang tenggang rasa.
Beda jika shalat di masjid yang rada-rada kaku, yang mudah menuduh, kepada orang yang berbeda, mungkin Ibu bisa mengalah tidak berqunut untuk menghindari fitnah perpecahan.
Wallahu a'lam
0โฃ2โฃ Z. Ruslan
Ustadz, lantas sikap bagaimana yang seharusnya kita teladani ketika berada dilingkungan yang beranggapan manhaj salaf adalah aliran keras?
Contoh: Yang bermanhaj salaf diminta untuk menjadi imam namun oleh pengurus masjid langsung diperingati agar setelah sholat tetap menjalankan zikir dan doa secara berjamaah.
Apakah sebaiknya dilakukan untuk menghindari perdebatan atau bagaimana?
๐ธ Jawab:
โผ Jika dia tidak terbiasa mengeraskan zikir, sementara di situ kebiasaannya seperti itu maka dia boleh menolak secara halus.
โผ Jika tidak bisa juga menolak, maka dia ada dua sikap:
~ Tetap berdizkir masing-masing JIKA jamaah masjid tidak mempermasalahkan, jamaahnya toleran walau mereka lebih biasa dikeraskan.
~ Atau jika tidak mungkin, maka dia berdzikir dikeraskan sesuai yang dia hapal, sebenarnya Berdzikir dikeraskan itu SUNNAH sebagaimana difatwakan Syaikh Utsaimin, Syaikh Bin Baaz. Berdasarkan hadits Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas, bahwa shalat telah diketahui selesai, ketika terdengar suara bising mereka berdzikir. Yang jadi masalah adalah berdzikir dikomando oleh satu orang.
Nah, inilah pertimbangan-pertimbangannya, khususnya saat kita berada di jamaah yang heterogen.
Wallahu a'lam
0โฃ3โฃ iDha
Mengenai sholat sunnah dhuhur, ada yang 2 sebelum dan 2 sesudah, ada yang saya lihat melakukan 4 rakaat sebelum tapi tidak mengerjakan 2 rakaat setelahnya.
Ada juga tidak mengerjakan 2 rakaat sebelum ashar. Apa ya hukum ke 2 nya?
Terima kasih Ustadz
๐ธJawab:
Shalat Sunnah Rawatib
Definisi:
Tertulis dalam Al mausuโah:
ููู ุงูุณูู ุงูุชุงุจุนุฉ ูููุฑุงุฆุถ ุ ูููุชูุง ููุช ุงูู ูุชูุจุงุช ุงูุชู ุชุชุจุนูุง
Ini adalah shalat sunah yang mengiringi shalat-shalat wajib, dan waktunya adalah bersama shalat wajib yang diiringinya. (Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 22/44)
Macam-Macamnya:
Secara global ada dua macam:
1) Qabliyah, yaitu shalat sunah rawatib yang dilaksanakan sebelum shalat wajib.
2) Baโdiyah, yaitu shakat sunah rawatb yang dilaksanakan sesudah shalat wajib.
Perinciannya sebagai berikut:
1) Dua rakaat sebelum shubuh, atau nama lainnya shalat sunah fajar.
Dari Aisyah Radhiallahu โAnha, bahwa Nabi ๏ทบ bersabda:
ุฑูููุนูุชูุง ุงููููุฌูุฑู ุฎูููุฑู ู ููู ุงูุฏููููููุง ููู ูุง ูููููุง
"Dua rakaat (sebelum) fajar lebih baik dibanding dunia dan isinya." (HR. Muslim No. 725)
2) Rawatib zhuhur, ada tiga model:
โชPertama. Dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya.
Dari Ibnu Umar Radhiallahu โAnhuma, katanya:
ุญูุธุช ู ู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุนุดุฑ ุฑูุนุงุช: ุฑูุนุชูู ูุจู ุงูุธูุฑุ ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏูุง...........
Aku hapal dari Nabi ๏ทบ sepuluh rakaat (shalat sunah): โDua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya ........." (HR. Al Bukhari No. 1180)
โชKedua. Empat Rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat setelahnya.
Dari Ali Radhiallahu โAnhu, katanya:
ูุงู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ู ุณูู ูุตูู ูุจู ุงูุธูุฑ ุฃุฑุจุนุง ูุจุนุฏูุง ุฑูุนุชูู
"Dahulu Nabi ๏ทบ shalat sebelum zhuhur empat rakaat dan dua rakaat setelahnya." (HR. At Tirmidzi No. 424, katanya: hasan. Ahmad No. 1375. Syaikh Syuโaib Al Arnauth mengatakan: isanadnys kuat. Taโliq Musnad Ahmad No. 1375. Syaikh Al Albani menshahihkan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 424)
โชKetiga. Empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat setelahnya.
Dari Ummu Habibah Radhiallahu โAnha, bahwa Nabi ๏ทบbersabda:
ู ู ุตูู ูุจู ุงูุธูุฑ ุฃุฑุจุนูุง ูุจุนุฏูุง ุฃุฑุจุนูุง ุญุฑู ู ุงููู ุนูู ุงููุงุฑ
Barang siapa yang shalat sebelum zhuhur empat rakaat dan setelahnya empat rakaat, maka Allah haramkan baginya neraka. (HR. At Tirmidzi no. 427, katanya: hasan. Ibnu majah No. 1160, An Nasaโi No. 1814, Abu Daud No. 1269. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam banyak kitabnya)
3) Rawatib Ashar
โชPertama. Empat rakaat sebelum ashar. Dalilnya adalah:
ุนููู ุงุจููู ุนูู ูุฑู ููุงูู ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู -ุฑูุญูู ู ุงูููููู ุงู ูุฑูุฃู ุตููููู ููุจููู ุงููุนูุตูุฑู ุฃูุฑูุจูุนูุง
Dari Ibnu Umar Radhiallahu โAnhuma, dia berkata: Bersabda Rasulullah ๏ทบ : โSemoga Allah meramati seseorang yang shalat empat rakaat sebelum ashar." (HR. Abu Daud No. 1273, At Tirmidzi No. 430, katanya: hasan. Syaikh Al Albani juga menyatakan hasan. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 430)
โชKedua. Dua rakaat sebelum ashar. Dalilnya adalah:
ุนููู ุนูููููู ุฃูููู ุงููููุจูููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ููุงูู ููุตููููู ููุจููู ุงููุนูุตูุฑู ุฑูููุนูุชููููู.
"Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu โAnhu, bahwasanya Nabi ๏ทบdahulu shalat dua rakaat sebelum ashar." (HR. Abu Daud No. 1274. Imam An Nawawi mengatakan: shahih. Lihat Khulashah Al Ahkam No. 1821)
Sedangkan keberadaan dua rakaat setelah ashar telah terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Insya Allah akan kami bahas nanti.
4) Rawatib Maghrib
โชPertama. Dua rakaat sebelum maghrib, ini sunnah ghairu muakkadah (tidak ditekankan)
Dari Abdullah Al Muzani, bahwa Nabi ๏ทบ bersabda:
ุตูููููุง ููุจููู ุตูููุงุฉู ุงููู ูุบูุฑูุจู ููุงูู ููู ุงูุซููุงููุซูุฉู ููู ููู ุดูุงุกู ููุฑูุงููููุฉู ุฃููู ููุชููุฎูุฐูููุง ุงููููุงุณู ุณููููุฉู
Shalatlah kalian sebelum shalat maghrib, lalu nabi mengatakan lagi yang ketiga kalinya: โBagi yang mau.โ Dia khawatir manusia menjadikannya sebagai sunah (kebiasaan). (HR. Al Bukhari No. 1183)
Ini menunjukkan bahwa qabliyah maghrib memang ada tetapi tidak sampai ditekankan (ghairu muakkadah), bagi yang mau saja. Wallahu Aโlam
Abu Tamim Al Jaisyani pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib, ketika ia ditanya tentang shalat apa itu, ia menjawab, โIni adalah shalat yang kami lakukan pada masa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam.โ (HR. An Nasaโi No. 578, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 475, dalam kitab ini juga disebutkan Uqbah bin โAmr Al Juhani shalat sebelum maghrib)
Dari โAshim, bahwa Ubai bin Kaโab dan Abdurrahman bin โAuf ketika terbenam matahari mereka shalat doa rakaat sebelum maghrib. (HR. Ahmad No. 20355, Al Mushannaf Ibni Abi Syaibah No. 251, di kitab ini juga disebutkan Abdurrahman bin Abi Laila shalat dua rakaat sebelum maghrib)
Dalam riwayat Imam Ibnu Hibban , disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam juga pernah shalat dua rakaat sebelum maghrib.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin โAbbas Radhiallahu โAnhu dia berkata: โKami shalat dua rakaat sebelum maghrib dan Rasulullah melihat perbuatan kami itu, tetapi tidak menyuruh dan tidak pula melarang kami.โ
โชKedua. Dua rakaat setelah maghrib.
Dari Ibnu Umar Radhiallahu โAnhuma:
ุญูุธุช ู ู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุนุดุฑ ุฑูุนุงุช : ....... ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏ ุงูู ุบุฑุจ ูู ุจูุชู
Aku hapal dari Nabi ๏ทบ sepuluh rakaโat (shalat sunah): ..... dan dua rakaat setelah maghrib di rumah ... (HR. Al Bukhari No. 1180)
5) Rawatib Isya
โชPertama. Dua rakaat sebelum Isya, ini tidak ditekankan (sunnah ghairu muakkadah)
Syaikh Wahbah Az Zuhaili Rahimahullah memasukan ini dalam ghairu muakkadah, kata beliau:
"Empat rakaat sebelum Isya dan empat rakaat sesudahnya, dengan sekali salam, berdasarkan riwayat dari 'Aisyah Radhiallahu 'Anha bahwa Rasulullah ๏ทบ shalat sebelum Isya empat rakaat, lalu setelah Isya juga empat rakaat, kemudian dia berbaring." (Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu, 2/227)
Dan, secara umum juga berdasarkan hadits ini:
ุจููููู ููููู ุฃูุฐูุงูููููู ุตูููุงุฉู ุซูููุงุซูุง ููู ููู ุดูุงุกู
Di antara setiap dua adzan ada shalatnya. (nabi ulang tiga kali), bagi yang mau. (HR. Al Bukhari No. 624)
Maksud di antara dua adzan adalah antara adzan dan iqamah. "Liman syaa'a-bagi yang mau" menunjukkan itu tidak ditekankan.
โชKedua. Dua rakaat setelah Isya, ini termasuk yang sunah muakkadah.
Dari Ibnu Umar Radhiallahu โAnhuma:
ุญูุธุช ู ู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุนุดุฑ ุฑูุนุงุช : ....... ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏ ุงูุนุดุงุก ูู ุจูุชู
Aku hapal dari Nabi ๏ทบ sepuluh rakaโat (shalat sunah): ..... dan dua rakaat setelah Isya di rumah ... (HR. Al Bukhari No. 1180)
Demikianlah shalat sunah rawatib yang senantiasa ada tiap harinya mengiringi shalat wajib. Namun, dari sekian banyak itu tidak semua yang kategori muakkadah (ditekankan). Mayoritas ulama mengatakan sepuluh rakaat saja, sebagian ulama menyebut dua belas rakaat.
Tertulis dalam Al Mausuโah:
ุฐูุจ ุฌู ููุฑ ุงูุนูู ุงุก ุฅูู ุฃู ุงูุฑูุงุชุจ ุงูู ุคูุฏุฉ ุนุดุฑ ุฑูุนุงุช ุ ุฑูุนุชุงู ูุจู ุงูุตุจุญ ุ ูุฑูุนุชุงู ูุจู ุงูุธูุฑ ุ ูุฑูุนุชุงู ุจุนุฏูุง ุ ูุฑูุนุชุงู ุจุนุฏ ุงูู ุบุฑุจ ุ ูุฑูุนุชุงู ุจุนุฏ ุงูุนุดุงุก ุ ูู ุง ูุฑุฏ ุนู ุงุจู ุนู ุฑ ุฑุถู ุงููู ุนููู ุง ุฃูู ูุงู : ุญูุธุช ู ู ุงููุจู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ุนุดุฑ ุฑูุนุงุช : ุฑูุนุชูู ูุจู ุงูุธูุฑ ุ ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏูุง ุ ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏ ุงูู ุบุฑุจ ูู ุจูุชู ุ ูุฑูุนุชูู ุจุนุฏ ุงูุนุดุงุก ูู ุจูุชู ุ ูุฑูุนุชูู ูุจู ุงูุตุจุญ
Mayoritas ulama berpendapat bahwa rawatib yang muakkadah ada sepuluh rakaat, yaitu dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dan dua rakaat setelah Isya. Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiallahu โAnhuma, dia berkata: โAku hapal dari Nabi ๏ทบsepuluh rakaat: dua rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum subuh.โ (Al Mausuโah, 22/44)
Ada pun yang dua belas rakaat berdasarkan hadits berikut:
ู ุง ู ู ุนุจุฏ ู ุณูู ูุตูู ููู ูู ููู ุซูุชู ุนุดุฑุฉ ุฑูุนุฉ ุชุทูุนุง ุบูุฑ ูุฑูุถุฉ ุฅูุง ุจูู ุงููู ูู ุจูุชุง ูู ุงูุฌูุฉ
"Tidaklah seorang hamba muslim yang shalat karena Allah, sebanyak dua belas rakaat sunnah sehari semalam selain shalat wajibnya, melainkan Allah akan buatkan baginya rumah di surga." (HR. Muslim No. 728)
Dua belas rakaat ini di dapatkan dari sepuluh rakaat di atas (hadits Ibnu Umar), dengan dua rakaat sebelum zhuhur. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam Al Baihaqi berikut:
ุจุงุจ ู ููู ููุงูู ูููู ุซูููุชูุง ุนูุดูุฑูุฉู ุฑูููุนูุฉู ููุฌูุนููู ููุจููู ุงูุธููููุฑู ุฃูุฑูุจูุนูุง
Bab Tentang Orang yang Mengatakan Dua Belas Rakaat Itu Dengan Menjadikan Sebelum Zhuhurnya Empat Rakaat. (As Sunan Al Kubra No. 2/48)
Wallahu Aโlam
0โฃ4โฃ Rahmi
Tentang sholat witir. Jika sudah di kerjakan sebelum tidur karena takut malamnya tidak qiyamullail dan jika malam bisa bangun untuk qiyamullail. Apakah sholat witir lagi? Di sebabkan witir adalah penutup sholat.
Syukron ustadz jawabanya mohon maaf jika pertanyaanya tidak jelas karena faqirnya ilmu saya.
๐ธ Jawab:
Wa'alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh
Tidak perlu ditutup witir lagi, sebab kata Nabi Shalallahu'Alaihi wa Sallam:
ูุง ูุชุฑุงู ูู ูููุฉ
"Tidak ada dua kali witir dalam satu malam" (HR. At Tirmidzi)
Wallahu a'lam
0โฃ5โฃ Rahmi
Bab puasa sunnah. Jika kita niat puasa untuk bayar hutang puasa wajib. Apakah adabnya sama ada waktu imsak? Soalnya jika kan puasa sunnah pernah dengar kata ustadz boleh makan sampai batas adzan subuh!
๐ธ Jawab:
Bayar hutang puasa WAJIB itu bukan bab puasa sunnah, tapi Qadha itu wajib.
Adabnya sama dengan puasa lainnya. Hanya saja waktu imsak itu bukan terlarang makan minum, tapi itu waktu siap-siap untuk shalat subuh.
Larangan makan minum, itu terjadi jika sudah masuk awal fajar, yang ditandai dengan azan subuh.
Wallahu a'lam
0โฃ6โฃ Kiki
Ustadz farid, saya pernah mendengar, benarkah sholat sunnah rawatib yang kita lakukan menjadi pengganti atau qadha untuk sholat-shalat kita yang tertinggal di masa lalu ya ustadz?
Jazakallah ustadz
๐ธJawab:
Itu diperselisihkan ulama.
Sebagian ulama berpendapat seperti itu, seperti Imam Ibnu Taimiyah, Imam Ibnu Hazm, berdasarkan hadits riwayat Imam Abu Daud. Bahwa kekurangan pada shalat wajib, akan dilihat shalat sunnahnya.
Tapi pendapat ini dikritik oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahwa maksud hadits tersebut adalah bukan menutupi kekurangan shalat wajib masa lalu yang tidak dikerjakan, tapi menutupi kekurangan sempurnaannya, seperti kurang khusyunya, kurang bagusnya, bukan menutupi shalat yang ditinggalkan. Sebab, tidak mungkin ibadah sunnah mengganti ibadah wajib.
Demikian. Wallahu a'lam
0โฃ7โฃ Rahmi
Jika masa lalu pernah bolong sholat, apakah ada taubatnya ustadz? Dan apakah harus mengqodho juga sholat yang dulu pernah di tinggalkan itu?
๐ธJawab:
Mengqadha Shalat
I. Mukadimah
Shalat adalah ibadah pokok dalam Islam yang memiliki ketentuan waktu tesendiri, dan hendaknya dilakukan sesuai waktunya (adaโan) itu, sebagaimana ayat:
ุฅูููู ุงูุตูููุงูุฉู ููุงููุชู ุนูููู ุงููู ูุคูู ูููููู ููุชูุงุจุงู ู ูููููููุชุงู
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa (4): 103)
Juga hadits Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, dari Abdullah bin Masโud Radhiallahu โAnhu katanya:
ุณูุฃูููุชู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฃูููู ุงููุนูู ููู ุฃูุญูุจูู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูู ุงูุตููููุงุฉู ุนูููู ููููุชูููุง ููุงูู ุซูู ูู ุฃูููู ููุงูู ุจูุฑูู ุงููููุงููุฏููููู ููุงูู ุซูู ูู ุฃูููู ููุงูู ุงููุฌูููุงุฏู ููู ุณูุจูููู ุงูููููู
Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam: โAmal apakah yang paling Allah cintai?โ Beliau bersabda: โShalat pada waktunya.โ Lalu apa lagi? Beliau bersabda: โBerbakti kepada kedua orang tua.โ Lalu apa lagi? Beliau bersabda: โJihad fisabilillah.โ (HR. Bukhari No. 527 dan Muslim No. 85)
Adapun menyengaja mengerjakan shalat tidak pada waktunya โtanpa udzur syarโi, apalagi meninggalkannya, telah dicela dalam ayat berikut:
ูููููููู ููููู ูุตููููููู ุงูููุฐูููู ููู ู ุนููู ุตูููุงุชูููู ู ุณูุงููููู
Maka celakalah bagi orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai (saahuun) dari shalatnya. (QS. Al Maโuun (107): 4-5)
II. Dasar Hukum Mengqadha Shalat
Ada beberapa hadits yang menjadi pijakan dalam masalah ini:
Dari Abu Qatadah Radhiallahu โAnhu, katanya:
ุฐูููุฑููุง ููููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููู ูููู ู ุนููู ุงูุตููููุงุฉู ููููุงูู ุฅูููููู ููููุณู ููู ุงููููููู ู ุชูููุฑููุทู ุฅููููู ูุง ุงูุชููููุฑููุทู ููู ุงููููููุธูุฉู ููุฅูุฐูุง ููุณููู ุฃูุญูุฏูููู ู ุตูููุงุฉู ุฃููู ููุงู ู ุนูููููุง ููููููุตููููููุง ุฅูุฐูุง ุฐูููุฑูููุง
Mereka menceritakan kepada Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam bahwa tidurnya mereka membuat lalai dari shalat. Maka Beliau bersabda: โSesungguhnya bukan termasuk lalai karena tertidur, lalai itu adalah ketika terjaga. Maka, jika kalian lupa atau tertidur maka shalatlah ketika kalian ingat (sadar).โ (HR. At Tirmidzi No. 177, katanya: hasan shahih. Abu Daud No. 437, Ibnu Majah No. 698, An Nasaโi No. 615, Ad Daruquthni, 1/386, Ibnu Khuzaimah No. 989, Ahmad No. 22546. Dishahihkan oleh Syaikh Syuโaib Al Arnauth (Taโliq Musnad Ahmad No. 22546), Syaikh Al Albani (Shahihul Jamiโ No. 2410), juga diriwayatkan oleh Imam Muslim No. 680, namun dengan lafaz agak berbeda).
Karena hadits ini, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menerangkan:
ุงุชูู ุงูุนูู ุงุก ุนูู ุฃู ูุถุงุก ุงูุตูุงุฉ ูุงุฌุจ ุนูู ุงููุงุณู ูุงููุงุฆู
Para ulama sepakat tentang wajibnya mengqadha shalat bagi orang lupa atau tertidur. (Fiqhus Sunnah, 1/274, Lihat juga Bidayatul Mujtahid, 1/182)
Yaitu wajib mengqadha bagi shalat wajib, sedangkan shalat sunah tidak wajib di qadha, melainkan sunah juga.
Dari Anas bin Malik Radhiallahu โAnhu, bahwa Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam bersabda:
ู ููู ููุณููู ุตูููุงุฉู ููููููุตูููู ุฅูุฐูุง ุฐูููุฑูููุง ููุง ูููููุงุฑูุฉู ููููุง ุฅููููุง ุฐููููู{ููุฃูููู ู ุงูุตููููุงุฉู ููุฐูููุฑูู}
Barang siapa yang lupa dari by shalatnya maka hendaknya dia shalat ketika ingat, tidak ada tebusannya kecuali dengan itu (Allah berfirman: โdirikanlah shalat untuk mengingatKuโ). (HR. Bukhari No. 597)
Dari Qatadah Radhiallahu โAnhu , katanya:
ุณูุฑูููุง ู ูุนู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููููุฉู ููููุงูู ุจูุนูุถู ุงููููููู ู ูููู ุนูุฑููุณูุชู ุจูููุง ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ููุงูู ุฃูุฎูุงูู ุฃููู ุชูููุงู ููุง ุนููู ุงูุตููููุงุฉู ููุงูู ุจูููุงูู ุฃูููุง ุฃููููุธูููู ู ููุงุถูุทูุฌูุนููุง ููุฃูุณูููุฏู ุจูููุงูู ุธูููุฑููู ุฅูููู ุฑูุงุญูููุชููู ููุบูููุจูุชููู ุนูููููุงูู ููููุงู ู ููุงุณูุชูููููุธู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููููุฏู ุทูููุนู ุญูุงุฌูุจู ุงูุดููู ูุณู ููููุงูู ููุง ุจูููุงูู ุฃููููู ู ูุง ููููุชู ููุงูู ู ูุง ุฃูููููููุชู ุนูููููู ููููู ูุฉู ู ูุซูููููุง ููุทูู ููุงูู ุฅูููู ุงูููููู ููุจูุถู ุฃูุฑูููุงุญูููู ู ุญูููู ุดูุงุกู ููุฑูุฏููููุง ุนูููููููู ู ุญูููู ุดูุงุกู ููุง ุจูููุงูู ููู ู ููุฃูุฐูููู ุจูุงููููุงุณู ุจูุงูุตููููุงุฉู ููุชูููุถููุฃู ููููู ููุง ุงุฑูุชูููุนูุชู ุงูุดููู ูุณู ููุงุจูููุงุถููุชู ููุงู ู ููุตููููู
โKami pernah berjalan bersama Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam pada suatu malam. Sebagian kaum lalu berkata, โWahai Rasulullah, barangkali anda mau istirahat sebentar bersama kami?โ Beliau menjawab: โAku khawatir kalian tertidur sehingga terlewatkan shalat.โ Bilal berkata, โAku akan membangunkan kalian.โ Maka merekapun berbaring, sedangkan Bilal bersandar pada hewan tunggannganya, tapi rasa kantuknya mengalahkannya dan akhirnya iapun tertidur. Ketika Nabi shallallahu โalaihi wasallam terbangun ternyata matahari sudah terbit, maka beliau pun bersabda: โWahai Bilal, mana bukti yang kau ucapkan!โ Bilal menjawab: โAku belum pernah sekalipun merasakan kantuk seperti ini sebelumnya.โ Beliau lalu bersabda: โSesungguhnya Allah โAzza Wa Jalla memegang ruh-ruh kalian sesuai kehendak-Nya dan mengembalikannya kepada kalian sekehendak-Nya pula. Wahai Bilal, berdiri dan adzanlah (umumkan) kepada orang-orang untuk shalat!โ kemudian beliau berwudhu, ketika matahari meninggi dan tampak sinar putihnya, beliau pun berdiri melaksanakan shalat.โ (HR. Bukhari No. 595)
Demikian dasar yang begitu kuat dalam mengqadha shalat, bisa disimpulkan dari hadits-hadits di atas:
Qadha itu terjadi jika luputnya shalat karena lupa dan tertidur.
Qadha dilakukan segera ketika sadar atau ingat.
Mengqadha shalat wajib adalah wajib, karena Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam mengatakan: โTidak ada tebusan yang lain kecuali dengan itu.โ
Nabi dan para sahabat pun pernah mengalaminya.
Jika Selain Lupa dan Tidur, Wajib Qadha-kah?
Berkata para ulama:
ูุงุฎุชูููุง ูู ูุฌูุจ ุงููุถุงุก ุนูู ุชุงุฑู ุงูุตูุงุฉ ุนู ุฏุง ุ ูุงูู ุฑุชุฏ ุ ูุงูู ุฌููู ุจุนุฏ ุงูุฅูุงูุฉ ุ ูุงูู ุบู ู ุนููู ุ ูุงูุตุจู ุฅุฐุง ุจูุบ ูู ุงูููุช ุ ูู ู ุฃุณูู ูู ุฏุงุฑ ุงูุญุฑุจ ุ ููุงูุฏ ุงูุทููุฑูู .
Para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban qadha shalat bagi yang sengaja meninggalkan shalat, murtad, gila setelah sadar, pingsan, anak-anak jika sudah sampai waktunya, masuk Islam di negeri kafir harbi, dan bagi orang yang ketiadaan untuk bersuci. (Al Mausuโah, 34/26)
Mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa wajib mengqadha shalat yang terlewatkan bagi orang yang sengaja meninggalkan shalat. Dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam memerintahkan orang yang jimaโ di siang Ramadhan untuk mengqadha di hari lain dan juga melakukan kafaratnya, yaitu sebagai pengganti bagi puasanya yang batal gara-gara jimaโ, sebab jika karena lupa saja wajib qadha maka alasan karena sengaja lebih layak lagi untuk mengqadhanya.
Fuqaha lain berpendapat tidak wajibnya qadha bagi yang sengaja tidak shalat, Al Qadhi โIyadh mengatakan: โTidak sah hal itu (mengqadha) kecuali menurut Daud dan Ibnu Abdirrahman Asy Syafiโi.โ
Ada pun orang murtad, bagi kalangan Hanafiyah dan Malikiyah tidaklah wajib mengqadha shalat yang dia tinggalkan saat dia murtad, sebab keyakinan dia saat murtad memang mewajibkan untuk meninggalkannya. Sedangkan Syafiโiyyah menyatakan wajib qadha setelah keislamannya lagi sebagai bentuk peringatan keras untuknya, sebab keterikatannya terhadap Islam tidaklah membuat gugur kewajibannya itu sebagaimana terhadap hak-ahak manusia.
Abu Ishaq bin Syaqila menyebutkan dari Imam Ahmad, ada dua riwayat tentang kewajiban qadha atas orang murtad. Pertama. Tidak wajib qadha. Inilah zhahirnya perkataan Al Kharaqi dalam masalah ini. Maka atas inilah tidak wajibnya qadha atas apa yang dia tinggalkan saat kekafirannya, juga saat keislamannya terdahulu sebelum murtadnya. Sebab amal dia sudah terhapus karena kemurtadannya. Kedua. Tidak wajib qadha atas ibadah-ibadah yang dia tinggal, baik saat murtadnya atau sebelumnya. Namun tidak wajib mengulangi hajinya, sebab amal itu hanyalah terhapus karena melakukan kesyirikan lalu dia mati.
Disebutkan dalam Al Inshaf bahwa yang shahih adalah wajib baginya mengqadha apa-apa yang dia tinggalkan sebelum murtadnya, dan tidak wajib mengqadha yang dia tinggalkan ketika sudah murtadnya.
Sedangkan buat orang gila, tidak ada khilafiyah para fuqaha bahwa mereka tidak dibebankan untuk shalat pada saat gilanya. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang qadha saat sudah โsadar atau sembuhโ dari gilanya.
Sedangkan bagi orang yang pingsan, tidak wajib baginya qadha kecuali dia siuman atau sadar saat dibagian waktu shalat dan dia tidak melaksanakan shalat itu, maka dia wajib qadha, ini pendapat Malikiyah, Syafiโiyah, dan Hanabilah. Bagi kalangan Syafiโiyah orang yang pingsan berulang-ulang wajib qadha. Hanafiyah mengatakan tidak wajib qadha bagi yang pingsan saat itu jika yang dia tinggalkan melebihi sehari semalam. Bagi Hanabilah dan ini yang shahih dari mereka, hukum pingsan sama dengan hukum tidur, bahwa kewajiban kewajiban tidak gugur, tapi mesti di qadha saat bangunnya, seperti shalat dan puasa.
Sedangkan anak-anak menurut jumhur tidak wajib mengqadha shalat, tetapi mereka diperintahkan shalat saat usia tujuh tahun, dan dipukul saat usia sepuluh tahun jika meninggalkan shalat. Kalangan Syafiโiyah menyatakan bahwa anak-anak walau sudah mumayyiz lalu dia meninggalkan shalat, lalu usianya sudah baligh maka perintah qadha itu menunjukkan anjuran saja, sebagaimana perintah shalat baginya. Pendapat lain Syafiโiyah tetap wajib qadha. Bagi Hanabilah, anak-anak tetap wajib shalat jika sudah berakal (โaqil), walau belum baligh.
Sedangkan orang Islam di wilayah kafir harbi, sehingga dia tidak shalat, puasa, dan tidka tahu kewajibannya, maka wajib baginya qadha menurut Syafiโiyah, Hanabilah, dan juga Malikiyah. Sednagkan Hanafiyah bertempat mereka mendapatkan โudzur karena keadaanya.
Sedangkan bagi yang tidak memiliki suatu untuk bersuci, bagi Malikiyah mereka tidak wajib shalat, atau bagi orang yang sudah tidak mampu melakukannya seperti orang yang dipenjara dan disiksa, sehingga tidak wajib pula mengqadhanya. Syafiโiyah mentatkan wajib mengqadha shalat wajib saja. Hanafiyah mengatakan hendaknya dia melakukan aktifitas seperti shalat, sebagai penghormatan atas waktu shalat. (Lihat semua ini dalam Al Mausuโah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 34/26-29)
III. Bagaimanakah melakukannya?
Mengqadha shalat dilakukan menurut tertibnya. Jika seseorang tertidur atau lupa shalat Ashar, lalu dia baru ingat atau sadar ketika terbenam matahari, maka dia lakukan sesuai tertibnya yakni โAshar dulu baru Maghrib.
Dalilnya, dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu โAnhu katanya:
ุฃูููู ุนูู ูุฑู ุจููู ุงููุฎูุทููุงุจู ุฌูุงุกู ููููู ู ุงููุฎูููุฏููู ุจูุนูุฏู ู ูุง ุบูุฑูุจูุชู ุงูุดููู ูุณู ููุฌูุนููู ููุณูุจูู ูููููุงุฑู ููุฑูููุดู ููุงูู ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ู ูุง ููุฏูุชู ุฃูุตููููู ุงููุนูุตูุฑู ุญูุชููู ููุงุฏูุชู ุงูุดููู ูุณู ุชูุบูุฑูุจู ููุงูู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุงูููููู ู ูุง ุตููููููุชูููุง ููููู ูููุง ุฅูููู ุจูุทูุญูุงูู ููุชูููุถููุฃู ูููุตููููุงุฉู ููุชูููุถููุฃูููุง ููููุง ููุตููููู ุงููุนูุตูุฑู ุจูุนูุฏู ู ูุง ุบูุฑูุจูุชู ุงูุดููู ูุณู ุซูู ูู ุตููููู ุจูุนูุฏูููุง ุงููู ูุบูุฑูุจู
โBahwa Umar bin Al Khaththab datang pada hari peperangan Khandaq setelah matahari terbenam hingga ia mengumpat orang-orang kafir Quraisy, lalu ia berkata, โWahai Rasulullah, aku belum melaksanakan shaat โAshar hingga matahari hampir terbenam!โ Maka Nabi shallallahu โAlaihi wa Sallam pun bersabda: โDemi Allah, aku juga belum melaksanakannya.โ Kemudian kami berdiri menuju Bath-han, beliau berwudlu dan kami pun ikut berwudlu, kemudian beliau melaksanakan shalat โAshar setelah matahari terbenam, dan setelah itu dilanjutkan dengan shalat Maghrib.โ (HR. Bukhari No. 596)
Namun, tidak perlu tertib sesuai urutan jika (Lihat Al Mausuโah, 34/33-35):
1. Waktu shalatnya sudah sangat sempit, misal tertinggal shalat Zhuhur, baru ingat ketika waktu โAshar sudah mau habis (menjelang maghrib), maka hendaknya melakukan โAshar dulu.
2. Shalatnya bersama kaum muslimin yang shalat sesuai waktunya, misal dia tertidur sehingga melewati waktu zhuhur lalu bangun pas di waktu manusia shalat โAshar berjamaah, maka hendaknya dia ikuti mereka, barulah dia shalat Zhuhur. Wallahu Aโlam
3. Dia tidak mengerti (jahl) caranya, atau lupa, atau banyak yang harus diqadha.
IV. Mengqadha Shalat Sunah
Qadha pun bisa terjadi pada shalat sunah. Hal ini pernah terjadi pada masa Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam, bahkan Beliau sendiri pernah melakukannya.
Qadha Shalat Sunah Fajar
Shalat sunah fajar boleh diqadha, yakni dilakukan setelah subuh baik matahari telah terbit atau belum. Hal ini berdasarkan hadits berikut (sebenarnya masih ada beberapa hadits lainnya, namun saya sebut dua saja):
โHadits Pertama:
ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ููุงูู ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ู ููู ููู ู ููุตูููู ุฑูููุนูุชููู ุงููููุฌูุฑู ููููููุตููููููู ูุง ุจูุนูุฏู ู ูุง ุชูุทูููุนู ุงูุดููู ูุณู
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam bersabda: โBarangsiapa yang belum shalat dua rakaat fajar, maka shalatlah keduanya (sunah fajar dan subuh) sampai tebitnya matahari.โ (HR. At Tirmidzi No. 423)
Imam At Tirmidzi Rahimahullah berkata:
ููุฏ ุฑูู ุนู ุงุจู ุนู ุฑ ุฃูู ูุนูู ูุงูุนู ู ุนูู ูุฐุง ุนูุฏ ุจุนุถ ุฃูู ุงูุนูู ูุจู ูููู ุณููุงู ุงูุซูุฑู ูุงุจู ุงูู ุจุงุฑู ูุงูุดุงูุนู ูุฃุญู ุฏ ูุฅุณุญู
Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa dia melakukannya. Sebagian ulama telah mengamalkan hadits ini dan inilah pendapat Sufyan At Tsauri, Ibnul Mubarak, Asy SyafiโI, Ahmad, dan Ishaq. (Sunan At Tirmidzi, penjelasan hadits No. 423)
Imam Asy Syaukani menulis dalam Nailul Authar sebagai berikut:
ููููุฏู ุซูุจูุชู ุฃูููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููุถูุงููู ูุง ู ูุนู ุงููููุฑููุถูุฉู ููู ููุง ููุงู ู ุนููู ุงููููุฌูุฑู ููู ุงูุณููููุฑู
โTelah tsabit (kuat) bahwa Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam telah mengqadha keduanya (shalat sunah fajar) bersama shalat wajib (subuh) ketika ketiduran saat fajar dalam sebuah perjalanan.โ
Tentang hadits Imam At Tirmidzi di atas, Imam As Syaukani berkata:
ููููููุณู ููู ุงููุญูุฏููุซู ู ูุง ููุฏูููู ุนูููู ุงููู ูููุนู ู ููู ููุนูููููู ูุง ุจูุนูุฏ ุตูููุงุฉู ุงูุตููุจูุญู
โPada hadits ini tidaklah menunjukkan larangan untuk melaksanakan dua rakaat tersebut setelah shalat subuh.โ (Nailul Authar, 3/25)
โHadits Kedua:
Hadits yang paling jelas tentang qadha shalat sunah fajar adalah riwayat tentang Qais bin Umar bahwa beliau shalat subuh di masjid bersama Rasulullah, sedangkan dia sendiri belum mengerjakan shalat sunah fajar. Setelah selesai shalat subuh dia berdiri lagi untuk shalat sunah dua rakaat. Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam berjalan melewatinya dan bertanya:
ู ูุง ููุฐููู ุงูุตููููุงุฉู ููุฃูุฎูุจูุฑููู ููุณูููุชู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ููู ูุถูู ููููู ู ูููููู ุดูููุฆูุง
โShalat apa ini?, maka dia menceritakannya. Lalu, Rasulullah Shallallahu โAlaihi wa Sallam diam, dan berlalu tanpa mengatakan apa-apa.โ (HR. Ahmad No. 23761, Abdurazzaq dalam Al Mushannaf No. 4016, Alauddin Al Muttaqi Al Hindi dalam Kanzul โUmmal No. 22032, Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkat: โBerkata Al โIraqi: sanadnya hasan.โ (Fiqhus Sunnah, 1/187). Syaikh Syuโaib Al Arnauth mengatakan: hadits ini mursal (terputus sanadnya pada generasi sahabat), namun semua perawinya tsiqaat. Lihat Taโliq Musnad Ahmad No. 23761)
Beliau melanjutkan:
ูุธุงูุฑ ุงูุงุญุงุฏูุซ ุฃููุง ุชูุถู ูุจู ุทููุน ุงูุดู ุณ ูุจุนุฏ ุทููุนูุงุ ุณูุงุก ูุงู ููุงุชูุง ูุนุฐุฑ ุฃู ูุบูุฑ ุนุฐุฑ ูุณูุงุก ูุงุชุช ูุญุฏูุง ุฃู ู ุน ุงูุตุจุญ
โSecara zhahir, hadits-hadits ini menunjukkan bahwa mengqadha shalat sunah fajar bisa dilakukan sebelum terbit matahari atau setelahnya. Sama saja, baik terlambatnya karena adanya udzur atau selain udzur, dan sama pula baik yang luput itu shalat sunah fajar saja, atau juga shalat subuhnya sekaligus.โ (Fiqhus Sunnah, 1/187) Sekian. Wallahu Aโlam
Syaikh Abul Hasan Al Mubarkafuri Rahimahullah menjelaskan:
ููุงู ุงุจู ุงูู ูู: ุณููุชู ูุฏู ุนูู ูุถุงุก ุณูุฉ ุงูุตุจุญ ุจุนุฏ ูุฑุถู ูู ู ูู ูุตููุง ูุจูู. ูุจู ูุงู ุงูุดุงูุนู - ุงูุชูู. ููุฐุง ูุงู ุงูุดูุฎ ุญุณูู ุจู ู ุญู ูุฏ ุงูุฒูุฏุงูู ูู ุงูู ูุงุชูุญ ุญุงุดูุฉ ุงูู ุตุงุจูุญุ ูุงูุดูุฎ ุนูู ุจู ุตูุงุญ ุงูุฏูู ูู ู ููู ุงูููุงุจูุน ุดุฑุญ ุงูู ุตุงุจูุญุ ูุงูุนูุงู ุฉ ุงูุฒููู ูู ุดุฑุญ ุงูู ุตุงุจูุญ
Berkata Ibnu Al Malik: โDiamnya nabi menunjukkan bolehnya mengqadha shalat sunah subuh setelah ditunaikan kewajiban subuhnya, bagi siapa saja yang belum melakukannya sebelumnya. Ini adalah pendapat Asy Syafiโi. Selesai. Demikian juga pendapat Syaikh Husein bin Mahmud Az Zaidani dalam kitab Al Mafatih Hasyiah Al Mashabih, Syaikh โAli bin Shalahuddin dalam kitab Manhal Al Yanabiโ Syarh Al Mashabih, dan juga Al โAllamah Az Zaini dalam Syarh Al Mashabih.โ (Mirโah Al Mafatih, 3/465). Wallahu Aโlam
Mengqadha shalat Baโdiyah Zhuhur
Imam Al Bukhari Rahimahullah berkata:
ููููุงูู ููุฑูููุจู ุนููู ุฃูู ูู ุณูููู ูุฉู ุตููููู ุงููููุจูููู ุตููููู ุงูููููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุจูุนูุฏู ุงููุนูุตูุฑู ุฑูููุนูุชููููู ููููุงูู ุดูุบูููููู ููุงุณู ู ููู ุนูุจูุฏู ุงููููููุณู ุนููู ุงูุฑููููุนูุชููููู ุจูุนูุฏู ุงูุธููููุฑู
Kuraib berkata, dari Ummu Salamah: โNabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam shalat setelah ashar sebanyak dua rakaat. Beliau bersabda: โOrang-orang dari Abdul Qais telah menyibukkanku dari shalat dua rakaat setelah zhuhur.โ (Shahih Bukhari, diriwayatkan secara muโallaq dalam Bab Maa Yushalla Baโdal โAshri wa Minal Fawaa-it wa Nahwiha)
Sebagaimana kita ketahui, bahwa setelah โAshar adalah termasuk waktu dilarang shalat, tetapi kenapa Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam melakukan?
Imam Badruddin Al โAini Rahmahullah berkata:
ูุงู ุงููุฑู ุงูู ููุฐุง ุฏููู ุงูุดุงูุนู ูู ุฌูุงุฒ ุตูุงุฉ ููุง ุณุจุจ ุจุนุฏ ุงูุนุตุฑ ุจูุง ูุฑุงูุฉ
Berkata Al Karmani: โIni adalah dalil bagi Asy Syafiโi tentang kebolehan shalat setelah โAshar jika memiliki sebab, sama sekali tidak makruh.โ (โUmdatul Qari, 8/19)
Imam Al โAini mengomentari:
ููุช ูุฐุง ูุง ูุตูุญ ุฃู ูููู ุฏูููุง ูุฃู ุตูุงุชู ูุฐู ูุงูุช ู ู ุฎุตุงุฆุตู ูู ุง ุฐูุฑูุง ููุง ูููู ุญุฌุฉ ูุฐุงู
Aku berkata: tidak benar menjadikan hadits ini sebagai dalil, karena shalatnya ini merupakan bagian dari kekhususan bagi Beliau, sebagaimana yang telah kami sebutkan, maka hadits ini tidak bisa dijadikan hujjah atas hal itu. (Ibid)
Yang benar adalah bolehnya melakukan shalat pada waktu-waktu terlarang jika ada sebab, dan itu bukanlah kekhususan bagi Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam saja. (lihat catatan kaki berikut). Dan, ini adalah pendapat jumhur ulama, sebagaimana keterangan berikut:
ุฐูุจ ุงูู ุงูููุฉ ูุงูุดุงูุนูุฉ ูุงูุญูุงุจูุฉ ุ ูุฃุจู ุงูุนุงููุฉ ูุงูุดุนุจู ูุงูุญูู ูุญู ุงุฏ ูุงูุฃูุฒุงุนู ูุฅุณุญุงู ูุฃุจู ุซูุฑ ูุงุจู ุงูู ูุฐุฑ ุฅูู ุฃูู ูุฌูุฒ ูุถุงุก ุงููุฑุงุฆุถ ุงููุงุฆุชุฉ ูู ุฌู ูุน ุฃููุงุช ุงูููู ูุบูุฑูุง
Pendapat kalangan Malikiyah, Syafiโiyah, Hanabilah, Abul โAliyah, Asy Syaโbi, Al Hakam, Hammad, Al Auzaโi, Ishaq, Abu tsaur, dan Ibnul Mundzir, bahwasanya boleh mengqadha shalat wajib yang ditinggalkan pada waktu-waktu terlarang dan selainnya. (Asy Syarh Ash Shaghir, 1/242. Raudhatuth Thalibin, 1/193. Al Mughni, 2/107-108)
Demikianlah tentang mengqadha shalat sunah, yaitu shalat sunah fajar dan shalat baโdiyah zhuhur. Apakah hal ini boleh dilakukan untuk semua shalat sunah? Misalnya seseorang yang tidak sempat melakukan tahajud, akhirnya dia mengqadhanya ketika dhuha dengan mengqiyaskannya pada kasus shalat sunah fajar dan shalat baโdiyah zhuhur? Sebagian ulama ada yang membolehkan, tapi jawaban yang relatif aman adalah seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir Rahimahullah:
ูุจุงุจ ุงููุฑุจุงุช ููุชุตุฑ ููู ุนูู ุงููุตูุตุ ููุง ูุชุตุฑู ููู ุจุฃููุงุน ุงูุฃููุณุฉ ูุงูุขุฑุงุก
Bab masalah qurbah (mendekatkan diri kepada Allah) harus berdasarkan nash-nash, bukan karena qiyas-qiyas atau pendapat-pendapat. (Tafsir Al Quran Al โAzhim, 7/465)
Jadi, lebih aman dan selamat adalah mengqadha shalat sunah hanya pada jenis shalat yang memang Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam lakukan atau Beliau setujui, bukan shalat sunah lainnya. Keluar dari khilafiyah dengan mengikuti petunjuk nabi adalah lebih utama.
Para ulama kita menerangkan:
ูุฑู ุงูุญูููุฉ ูุงูู ุงูููุฉ ุนูู ุงูู ุดููุฑ ุ ูุงูุญูุงุจูุฉ ูู ููู : ุฃู ุงูุณูู - ุนุฏุง ุณูุฉ ุงููุฌุฑ - ูุง ุชูุถู ุจุนุฏ ุงูููุช
Menurut kalangan Hanafiyah, dan yang masyhur dari kalangan Malikiyah, serta Hanabilah (hambaliyah): bahwa shalat sunah โkecuali sunah subuh- tidaklah diqadha setelah waktunya. (Al Hidayah wal โInayah, 1/243. Asy Syarh Ash Shaghir, 1 /408-409, Al Inshaf, 2/178)
V. Shalat yang ditinggalkan pada masa lalu, wajibkah qadha?
Dalam hal ini sebenarnya terjadi perselisihan para imam, sebagian tetap mewajibkan qadha dengan melakukan qadha shalat yang dia tinggalkan sejauh yang dia ingat. Pada pembahasan sebelumnya telah kami jelaskan wajibnya mengqadha shalat wajib yang telah tertinggal, baik karena tertidur, lupa, dan uzur syarโi lainnya, yaitu dilakukan qadha secara segera ketika ingat dan sadar. Itulah yang diperintahkan dan dicontohkan nabi dan para sahabatnya, serta dititahkan segenap ulama Islam.
Bagaimana dengan seorang muslim yang pernah mengalami masa-masa suram terhadap agama, atau ketika masih ABG (Anak Baru Gede) masih malas untuk shalat, saat itu mereka masih jaahil terhadap agama, atau karena lalai, sehingga jika ditotal bisa jadi ratusan bahkan ribuan waktu shalat yang ditinggalkannya selama bertahun-tahun. Mereka baru insaf terhadap agama setelah melalui masa-masa itu, bahkan bisa jadi baru insaf ketika tua. Apakah yang seperti ini โwajib qadhaโ juga?
Mengqadha shalat adalah sebuah amalan, yang namanya amalan mesti didasarkan nash. Dalam konteks ini, tidak ada nash yang menunjukkan tentang wajibnya mengqadha โpuluhan, ratusan, bahkan ribuan- shalat yang pernah ditinggalkan seseorang pada masa silam. Terlebih lagi, terjadi absurditas pada bagaimana cara mengqadhanya? Ini adalah masalah penting, apalagi sudah dikatakan โwajibโ, maka tentunya masalah sepenting ini tidak mungkin luput dari perhatian pembuat syariat, lalu luput juga dari perhatian para sahabat, dan tanpa ada keterangan para imam madzhab, dan para imam dunia dari zaman ke zaman hingga hari ini.
Oleh karena itu jawabannya adalah tidak wajib mengqadha jika sudah sampai seperti itu, tetapi wajib baginya banyak-banyak bertobat kepada Allah Taโala dengan menyesali, membenci perbuatan itu, dan berjanji tidak mengulanginya, serta memperbanyak shalat sunah. Inilah yang ditunjukkan oleh nash dan difatwakan oleh sebagian imam kaum muslimin.
Paling banter, wajibnya qadha menurut Imam Madzhab pun, jika meninggalkan 5 waktu shalat saja, jika lebih maka dia memulai shalatnya sesuai waktu yang sedang terjadi.
Imam Ibnu Hazm Rahimahullah menjelaskan:
ููุงู ุฃุจู ุญูููุฉ ูู ุงูู ูุงูุดุงูุนู ููุถููุง ุจุนุฏ ุฎุฑูุฌ ุงูููุช ุญุชู ุฅู ู ุงููุง ูุฃุจุง ุญูููุฉ ูุงูุง ู ู ุชุนู ุฏ ุชุฑู ุตูุงุฉ ุฃู ุตููุงุช ูุฅูู ูุตูููุง ูุจู ุงูุชู ุญุถุฑ ููุชูุง ุฅู ูุงูุช ุงูุชู ุชุนู ุฏ ุชุฑููุง ุฎู ุณ ุตููุงุช ูุฃูู ุณูุงุก ุฎุฑุฌ ููุช ุงูุญุงุถุฑุฉ ุฃู ูู ูุฎุฑุฌ ูุฅู ูุงูุช ุฃูุซุฑ ู ู ุฎู ุณ ุตููุงุช ุจุฏุฃ ุจุงูุญุงุถุฑุฉ
Berkata Abu Hanifah, Malik, dan Asy Syafiโi bahwa dia harus mengqadhanya bila waktunya habis, bahkan Malik dan Abu Hanifah mengatakan barang siapa yang sengaja meninggalkan satu shalat atau beberapa shalat maka dia mesti mengqadhanya sebelum habisnya waktu hadirnya shalat. Ini jika dia meninggalkan lima waktu shalat atau kurang, baik waktu hadirnya sudah habis atau belum, ada pun jika lebih banyak dari lima waktu maka hendaknya dia memulai shalat sesuai waktu hadirnya. (Al Muhalla, 2/235)
VI. Memperbanyak shalat sunah
Khadimus Sunnah, Asy Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
ุดุฑุน ุงูุชุทูุน ููููู ุฌุจุฑุง ูู ุง ุนุณู ุฃู ูููู ูุฏ ููุน ูู ุงููุฑุงุฆุถ ู ู ููุตุ ููู ุง ูู ุงูุตูุงุฉ ู ู ูุถููุฉ ููุณุช ูุณุงุฆุฑ ุงูุนุจุงุฏุงุช.
Disyariatkannya shalat sunah adalah untuk jabran (menambal) kekurangan yang mungkin terdapat pada shalat-shalat fardhu, lantaran pada shalat terdapat berbagai keutamaan yang tidak dimiliki oleh ibadah-ibadah lainnya. (Fiqhus Sunnah, 1/181)
Dalilnya adalah, dari Huraits bin Al Qabishah Radhiallahu โAnhu, bahwa Nabi Shallallahu โAlaihi wa Sallam bersabda:
ุฅูููู ุฃูููููู ู ูุง ููุญูุงุณูุจู ุจููู ุงููุนูุจูุฏู ููููู ู ุงููููููุงู ูุฉู ู ููู ุนูู ููููู ุตูููุงุชููู ููุฅููู ุตูููุญูุชู ููููุฏู ุฃูููููุญู ููุฃูููุฌูุญู ููุฅููู ููุณูุฏูุชู ููููุฏู ุฎูุงุจู ููุฎูุณูุฑู ููุฅููู ุงููุชูููุตู ู ููู ููุฑููุถูุชููู ุดูููุกู ููุงูู ุงูุฑููุจูู ุนูุฒูู ููุฌูููู ุงููุธูุฑููุง ูููู ููุนูุจูุฏูู ู ููู ุชูุทููููุนู ููููููู ูููู ุจูููุง ู ูุง ุงููุชูููุตู ู ููู ุงููููุฑููุถูุฉู ุซูู ูู ููููููู ุณูุงุฆูุฑู ุนูู ููููู ุนูููู ุฐููููู
Sesungguhnya pada hari kiamat nanti yang pertama kali dihitung dari amal seorang hamba adalah shalatnya, jika bagus shalatnya maka dia telah beruntung dan selamat. Jika buruk maka dia telah merugi dan menyesal. Jika shalat wajibnya ada kekurangan maka Allah โAzza wa Jalla berfirman: โLihatlah apakah hambaKu memiliki shalat sunah? Hendaknya disempurnakan kekurangan shalat wajibnya itu dengannya.โ Kemudian diperhitungkan semua amalnya dengan cara demikian. (HR. At Tirmidzi No. 413, katanya: hasan, Abu Daud No. 864, Ahmad No. 9494, Ad Darimi No. 1355, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 3813, dll. Syaikh Husein Salim Asad mengatakan: shahih. Syaikh Syuโaib Al Arnauth mengatakan: shahih. Taโliq Musnad Ahmad No. 9494)
Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan demikian:
ุชุงุฑู ุงูุตูุงุฉ ุนู ุฏุง ูุง ูุดุฑุน ูู ูุถุงุคูุง ููุง ุชุตุญ ู ููุ ุจู ููุซุฑ ู ู ุงูุชุทูุน
Orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, tidak disyatriatkan untuk mengqadhanya dan tidak sah jika dia melaksanakannya, tetapi hendaknya dengan memperbanyak shalat sunah. (Lihat Fiqhus Sunnah, 1/274)
VII. Memperbanyak Taubat
Imam Az Zarqani mengutip dari Imam Ibnu Abdil Bar Rahimahullah mengatakan, bahwa shalat sunah tidak bisa menggantikan shalat wajib yang ditinggalkan, sebab itu dosa besar, tetapi dengan bertaubat sebenar-benarnya, berikut ini perkataan Imam Ibnu Abdil Bar:
ูู ุนูู ุฐูู ุนูุฏู ููู ู ุณูุง ุนู ูุฑูุถุฉ ุฃู ูุณููุง ุฃู ุง ุชุฑููุง ุนู ุฏุง ููุง ููู ู ูู ู ู ุชุทูุน ูุฃูู ู ู ุงููุจุงุฆุฑ ูุง ูููุฑูุง ุฅูุง ุงูุฅุชูุงู ุจูุง ููู ุชูุจุชู
Makna hadits itu adalah menurutku bagi siapa saja yang lalai dari shalat wajib atau lupa, adapun jika sengaja meninggalkannya maka tidak bisa disempurnakan dengan shalat sunah, karena itu adalah dosa besar yang tidak bisa dihilangkan kecuali dengan bertobat darinya. (Syarh Az Zarqani โAlal Muwaththaโ, 1/502)
Imam Ibnu Abdil Bar berbeda dengan Imam Ibnu Taimiyah, menurutnya jika meninggalkan shalat dengan sengaja tidak bisa dihilangkan dengan shalat sunah, tetapi dengan bertobat. Namun, keduanya sepakat bukan dengan cara mengqadha shalat wajib itu.
Ada pun Imam Ibnu Hazm, Beliau berpendapat: hendaknya orang tersebut memperbanyak shalat sunah dan amal kebaikan, serta bertobat dan memohon ampun kepada Allah Taโala.
Berikut ini perkataan Imam Ibnu Hazm:
ูุฃู ุง ู ู ุชุนู ุฏ ุชุฑู ุงูุตูุงุฉ ุญุชู ุฎุฑุฌ ููุชูุง ูุฐุง ูุง ููุฏุฑ ุนูู ูุถุงุฆูุง ุฃุจุฏุง ููููุซุฑ ู ู ูุนู ุงูุฎูุฑ ูุตูุงุฉ ุงูุชุทูุน ููุซูู ู ูุฒุงุชู ููู ุงูููุงู ุฉ ูููุชุจ ูููุณุชุบูุฑ ุงููู ุนุฒูุฌู.
Ada pun orang yang sengaja meninggalkan shalat sampai habis waktunya, maka hal itu selamanya tidak bisa disetarakan dengan mengqadhanya, tetapi hendaknya dia memperbanyak melakukan perbuatan baik dan shalat sunah, agar dapat memperberat timbangannya pada hari kiamat, dan hendaknya dia bertobat dan memohon ampunan kepada Allah โAzza wa Jalla. (Lihat Fiqhus Sunnah, 1/275)
Beliau mengkritik tajam pihak yang mewajibkan qadha, katanya:
ูุฅู ุงููุถุงุก ุฅูุฌุงุจ ุดุฑุนุ ูุงูุดุฑุน ูุง ูุฌูุฒ ูุบูุฑ ุงููู ุชุนุงูู ุนูู ูุณุงู ุฑุณููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู .
ููุณุฃู ู ู ุฃูุฌุจ ุนูู ุงูุนุงู ุฏ ูุถุงุก ู ุง ุชุนู ุฏ ุชุฑูู ู ู ุงูุตูุงุฉ ุฃุฎุจุฑูุง ุนู ูุฐู ุงูุตูุงุฉ ุงูุชู ุชุฃู ุฑู ุจูุนููุง ุฃูู ุงูุชู ุฃู ุฑู ุงููู ุจูุง ุฃู ูู ุบูุฑูุงุ
Sesungguhnya qadha adalah kewajiban yang ditentukan oleh syariat, dan syariat itu tidak boleh diambil dari selain Allah Taโala melalui lisan RasulNya Shallallahu โAlaihi wa Sallam. Maka, kami bertanya, siapakah yang mewajibkan qadha bagi orang yang sengaja tidak shalat? Kabarkan kepada kami tentang shalat yang kau perintahkan untuk melakukannya itu; apakah dia perintah Allah atau selain Allah? (Ibid)
Inilah pendapat yang nampaknya kuat, mengingat beberapa hal:
~ Para mualaf masa awal Islam tidak pernah diperintahkan mengqadha shalat yang mereka tinggalkan ketika awal-awal keislaman mereka.
~ Pada masa Abu Bakar dan Umar Radhiallahu โAnhuma, banyak manusia yang murtad, lalu kembali lagi kepada Islam, namun mereka tidak diminta untuk mengqadha shalat yang mereka tinggalkan.
VIII. Menghargai Pendapat Lain
Sebagian imam โdan ini masyhur dikalangan Syafiโiyah- mengatakan wajibnya qadha terhadap shalat yang pernah ditinggalkan pada masa-masa silam. Mereka mengatakan dilakukan dengan cara: 1. Memperkirakan berapa jumalah shalat yang ditinggalkan hingga jumlah yang menenangkan hati mereka. 2. Diqadha pada waktu-waktu yang bebas kapan pun walaupun di waktu-waktu terlarang. Tentu pendapat ini perlu dihargai dan tidak ada pengingkaran dalam masalah yang masih debatable para ulama.
Ada pun seseorang mengqadha shalat yang baru saja ditinggalkan, lalu dia ingat dan sadar, maka telah wajib mengqadhanya menurut ijmaโ. Sebagaimana yang nabi dan para sahabat contohkan pada hadits-hadits di awal.
Demikianlah masalah ini. Semoga bermanfaat.
Wa Shallallahu โAla Nabiyyina Muhammadin wa โAla Alihi wa Shahbihi ajmain.
0โฃ8โฃ Kiki
Ustadz, bagaimana cara memberitahu atau menasehati teman yang apatis terhadap penceramah, terutama yang tampil di televisi atau yang datang ke kota-kota, dikarenakan teman tersebut menganggap penceramahnya meminta bayaran atau tarif tertentu ustadz?
๐ธ Jawab:
Kalau begitu, kasih dia ceramah para ustadz di kampung-kampung, ajak dia ke sana. Yang memang diakui keilmuannya.
Kalau tidak mau juga, baik sangka saja, mungkin dia maunya baca buku, atau lainnya.
Adanya ustadz yang minta tarif memang bikin ilfil, tapi tidak boleh pukul rata.
Masih banyak para ustadz yang Mukhlis.
Wallahu a'lam
๐ธ๐ธ๐ธ๐๐๐๐ธ๐ธ๐ธ
๐CLoSSiNG STaTeMeNT๐
Perbedaan pendapat dalam fiqih, ibarat perbedaan menu; rendang, sate, semur, sop, tapi dagingnya sama yaitu daging sapi.., maka seharusnya ini bukan perbedaan yang membahayakan.
Ada pun perbedaan aqidah, bukan perbedaan menu, tapi memang perbedaan bahan dasar dagingnya yang daging sapi, yang lain daging yang berbeda. Inilah yang berbahaya.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar