Kamis, 15 Maret 2018
Menjadi Pribadi Taqwa di Zaman Now
OLeh : Ustadz Cecep H.
Pertemuan sebelumnya kita telah membahas bagaimana level Rezeki yang Alloh berikan kepada kita semua selalu hamba-Nya.
Dan ketaqwaan lah yang menjadi modal bagi kita untuk dapat meraih Rezeki yang "sempurna"
In syaa Alloh malam hari ini Bagaimana Menjadi Pribadi yang Bertaqwa di Zaman Now.
Sahabat Sholihah istilah Taqwa tentu bagi kita semua merupakan kata yang tidak asing lagi.
Setiap saat kita senantiasa mendengar atau bahkan menyebutkannya.
Bahkan setiap Tahun di bulan Ramadhan, semangat Taqwa menjadi sesuatu yang sangat sering dibicarakan.
Namun, karena istilah tersebut sering kita dengar dan kita sebut bahkan sehingga tidak lagi memiliki "daya tarik" lagi dalam kehidupan kita.
Bagaimana Tantangannya menjadi Pribadi yang Bertaqwa di zaman sekarang? Dan dampaknya bagi kehidupan kita saat ini dan kehidupan yang akan datang? Semoga pembahasan singkat pada malam hari ini bisa kita tuntaskan.
Apabila kita perhatikan bagaimana kondisi ummat manusia pada saat ini dan kita bandingkan dengan kondisi sewaktu awal Rasulullah Saw diutus ternyata kondisi saat ini lebih buruk.
Mengapa bisa dikatakan demikian?
Kemaksiatan ummat manusia ketika masa Jahiliyah memang benar-benar nyata terjadi, begitupun dengan sekarang.
Dalam Hal Aqidah misalnya, betapa banyak aktivitas penyembahan-penyembahan terhadap berhala dalam rangka menyekutukan Alloh SWT.
Begitupun dalam bidang ekonomi ataupun sosial budaya, betapa kecurangan, praktik Ribawi, perzinahan bahkan pembunuhan sudah sedemikian parahnya dilakukan.
Hal tersebut menjadi perhatian Muhammad pada waktu itu sebelum diangkatnya menjadi seorang Rasul.
Ketika usia 38 tahun akhirnya beliau memutuskan diri untuk memisahkan diri dan merenungi bagaimana menghadapi kejahilan masyarakat Quraisy pada saat itu dengan melakukan ujlah di goa Hira.
Namun Muhammad belum mendapatkan solusinya apa yang harus dilakukan.
Begitupun di tahun berikutnya sampai pada usia 40 tahun beliau mendapatkan amanah yang sangat besar dengan diturunkannya Wahyu pertama surat Al 'Alaq ayat 1-5:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ١
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٢
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ٣
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ٤
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ٥
1. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia.
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena.
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Bagaimana dengan kondisi sekarang?
Ternyata tidak jauh berbeda, kemaksiatan banyak terjadi di mana-mana.
Dalam hitungan jam atau bahkan detik telah terjadi banyak kemaksiatan
Namun kalau kita perhatikan ternyata kondisi saat ini lebih "parah".
Dalam masalah Aqidah, kalau dulu penyembahan berhala hanya terjadi di satu tempat sekarang terjadi di mana-mana dan dalam bentuk yang beraneka ragam.
Dalam masalah Pornografi, dahulu hanya terbatas di kalangan bangsawan saja, dengan menghadirkan wanita panggilan dan di suruh menari di depan para bangsawan yang memiliki harta yang banyak, namun sekarang tayangan tersebut bisa dikonsumsi oleh siapapun dengan sangat mudah melalui media dan lain-lain.
Dalam Hal Pembunuhan, dulu yang dibunuh hanya bayi perempuan yang dilahirkan karena menjadi aib keluarga ketika memiliki anak perempuan yang hanya dipandang sebagai alat pemuas hawa nafsu saja dan lain-lain, Sekarang bayi belum tahu jenis kelaminnya sudah digugurkan.
Sehingga kalau kita bandingkan Zaman Old dengan Zaman Now, lebih cenderung tantangannya lebih banyak sekarang.
Kemaksiatan lebih banyak terjadi dan sangat mudah untuk dilakukan.
Karenanya menjadi orang yang Bertaqwa adalah satu-satunya pilihan ketika semakin rusaknya tata kehidupan saat ini.
Pertanyaannya bagaimana membangun atau mewujudkannya di tengah kondisi yang luar biasa berat ini?
Mewujudkan menjadi Pribadi Bertaqwa pada saat ini memang sangat berat, namun tentu Alloh Ta'ala tidak akan membiarkan hambanya mencari solusi sendiri di tengah kondisi yang bertebarannya banyak kemaksiatan.
Kalau kita jujur, ketika kita keluar rumah sudah disuguhi aurat yang diumbar begitu saja
Ketika kita berbisnis betapa banyaknya debu-debu Ribawi yang bertebaran.
عن أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَأْكُلُونَ الرِّبَا فَمَنْ لَمْ يَأْكُلْهُ أَصَابَهُ مِنْ غُبَارِهِ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Suatu saat nanti manusia akan mengalami suatu masa, yang ketika itu semua orang memakan riba. Yang tidak makan secara langsung, akan terkena debunya.”
(Hr. Nasa`i, no. 4455)
Karenanya benteng utama dari kemaksiatan ini adalah menjadi Pribadi yang berTaqwa.
🔹Pengertian Taqwa Menurut Bahasa.
Menurut bahasa, taqwa berasal dari bahasa Arab yang berarti memelihara diri dari siksa Alloh SWT, yaitu dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah wajtinabu nawahihi).
Taqwa berasal dari kata (waqa-yaqi-wiqayah) yang artinya memelihara, yakni menjaga diri agar selamat dunia dan akhirat.
Kata Waqa juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Banyak ayat yang memberikan penjelasan menjadi ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa,
Misal surat Al Baqarah ayat 3-5 atau yang lainnya, In syaa Alloh nanti kita lanjut di kajian Tafsir Al Quran
Namun yang penting saat ini ketika kita mempelajari bagaimana Perjalanan Rasulullah Saw yang mampu tidak hanya Sholih secara pribadi, namun juga mampu menshalihkan Qaum Quraisy yang dulunya Jahiliyah menjadi orang-orang yang bertaqwa
Akan kita dapati bahwa Menjadi Pribadi Bertaqwa sebagaimana Sahabat Ali Radhiyallahu 'Anhu menyampaikan,
1. Harus memiliki Rasa Takut kepada Alloh, (Al Khoufu Minal Jalil).
2. Berusaha mengamalkan yang telah diturunkan Alloh kepada Rasulullah Saw yaitu menjalankan Al Quran dan As Sunnah (wal 'amalu bit tanziil).
3. Mempersiapkan diri untuk hari Akhir (Wa listi'daadi Li yawmirrohiil).
4. Sabar dan Qana'ah terhadap segala pemberian Alloh (Wal Qana'atu bil Qalil.
Disamping itu juga Menjadi Pribadi yang Bertaqwa butuh diwujudkan tidak hanya secara pribadi dan Masyarakat tetapi juga dalam tata aturan kehidupan secara menyeluruh dalam hal ini harus diwujudkan oleh negara yang menjalankan Syari'at-Nya.
Wallohu a'lamu bish showwaab
Demikian pemaparan awal dari pembahasan malam hari ini, mohon maaf apabila banyak kekurangannya, selebihnya Ana kembalikan lagi kepada moderator.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘Tanya JaWaB💘
0⃣1⃣ Serra
Assalamualaikum
1. Bagaimana caranya mempertahankan ketika kita lalai dari segi waktu?
2. Bagaimana menamkan taqwa pada anak kecil ?
3. Maaf jika di luar tema. Jika ketaqwaan kita di anggap kita berbeda dan terdoktrin. Baiknya kita bagaimana ?
4. Maksudnya debu dari riba seperti apa? Contohnya?
5. Mulai dari mana jika ingin membagi ketaqwaan pada sekitar ?
Terima kasih cukup dari saya.
🌷Jawab:
Wa'alaykumussalaam warohmatullah wabarokaatuh Ukhti Serra, pertanyaannya diborong.
1. Maksudnya mempertahan ketika kita lalai atau supaya tidak lalai terhadap waktu, mudah-mudahan pertanyaannya yang kedua.
Mengenai, waktu Alloh SWT berfirman dalam surat Al 'Ashr,
1) Demi waktu (Ashr).
2) Sesungguhnya manusia benar-benar (ada) dalam kerugian.
3) Kecuali orang-orang yang iman dan beramal Sholih, saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran.
Alloh SWT dalam ayat tersebut menggukan waktu sebagai Muqsam objek dari sumpah-Nya, dan mengaitkannya dengan "Kerugian", artinya ada orang yang rugi dan ada yang beruntung, karenanya cara supaya kita tidak lalai adalah memahami bahwa setiap detik waktu yang kita gunakan dan lalaikan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Alloh, waktu kaitan erat dengan kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat, karena kesadaran ini sangat penting untuk mempertahankan supaya kita tetap mempertahankan waktu.
2. Menanamkan Taqwa kepada anak kecil memang tergantung berapa tahun usianya, karena akan berbeda cara menyikapinya, kepada anak di bawah 7 tahun kita hanya mampu memberikan contoh terbaik saja tanpa menyuruh ini dan itu dengan ketat, mulai dari 7-10 tahun ditanamkam ilmu Aqidah mengenai Alloh adalah Rabb kita semua yang senantiasa mengawasi kita, karenanya kita harus senantiasa beribadah supaya dicintai oleh Alloh dan seterusnya, usia 10 tahun ke atas sudah mulai diberlakukan panisment atau hukuman, sebagai bentuk keseriusan dalam beribadah.
3. Jika itu terjadi bersabarlah, semoga Alloh memberikan jalan Hidayah kepada siapapun yang ia kehendaki.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing.” (HR. Muslim no. 145).
4. Debu dalam hadits di atas adalah bahwa dampaknya secara tidak langsung akan mengenai kita, sebagai contoh: ketika sistem ekonomi yang dijalankan di negeri ini menjalankan sistem Ribawi maka kerusakannya akan dirasakan oleh orang-orang yang tidak menjalani sistem Ribawi tersebut, sebagai contoh terjadinya krisis dan lain-lain.
Wallohu a'lamu bish showwaab
5. Mulai dari kita, keluarga serta orang terdekat yang juga peduli terhadap ummat, yang siap berdakwah di tengah-tengah ummat.
Wallohu a'lamu bish showwaab
0⃣2⃣ Dian
Ustadz bagaimana membentuk pribadi yang bertaqwa dengan lingkungan yang makin berat seperti sekarang kadang kita di dunia kerja sudah ingin sekali sesuai syariat tapi sistem di tempat kerja masih sangat banyak yang belum sesuai syariat apalagi yang hubungannya dengan riba?
🌷Jawab :
Syukron Ukht Dian,
Keberadaan kita di tempat atau lingkungan yang tidak kondusif untuk menjalankan Syari'at-Nya adalah pilihan kita, ketika kita bisa menjadi bagian secercah cahaya penerang bagi yang lain maka tetaplah bersabar dan terus berusaha untuk mengubahnya, cari rekan kerja yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam masalah Syari'at buat komitmen untuk bersama-sama mengkondisikannya menjadi lebih baik lagi.
Namun apabila tidak mampu dan khawatir kita malah terpengaruhi untuk melanggar Syari'at-Nya maka, semoga Alloh memberikan kesempatan bekerja di tempat yang benar-benar kondusif untuk menjalankan Syari'at-Nya.
Wallohu a'lamu bish showwaab
0⃣3⃣ Tritiya
Bentuk ketakwaan kan kalau kita sudah tahu ilmunya kita amalkan yah, agak di luar tema maaf.
Keluarga suami saya punya kebiasaan manggil nama dengan sebutan yang aneh-aneh atau tidak bagus. Padahal sudah tahu kalau itu tidak bagus.
Manggil ibunya sendiri dengan sebutan, maaf,, "Cemih" manggil ayahnya "Cepih" malah kadang paijem.
Manggil kakaknya atau adiknya dengan nama-nama hewan seperti kingkong, nyomet, cacing dan lain-lain.
Masih banyak. Hampir semua orang punya nama tersendiri.
Saya sudah bilang ke suami. Kalau dia sudah punya ilmunya, dakwahi ke kakaknya ke orang tua nya dan saudaranya. Tetapi sampai sekarang masih belum bilang.
Bagaimana ya?
Saya takut saya dosa juga karena membiarkan hal yang tidak baik!
🌷 Jawab :
Syukron Ukht Tritiya,
Mengubah kebiasaan buruk yang sudah menjadi kebenaran memang sulit, kebenaran yang dimaksud adalah pembenaran dan dimaklumi, karena satu sama lain saling Ridha,
Kenapa tidak suami Ukhti sampaikan khawatir semua ini terjadi karena sudah menjadi pembenaran.
Maka sampaikanlah dengan bersabar, melalui orang-orang yang di "tua-kan" biasanya akan lebih diterima nasihat nya, semisal mengadakan pengajian di rumah dan mengundang Ustadz untuk menyampaikan tema seputar keluarga dan lain-lain. Sampaikan kondisinya kepada Ustadz tersebut semoga dengan Nasihat orang ke tiga bisa lebih diterima.
Semoga ikhtiar Ukhti dalam menyampaikan kebaikan berbuah pahala yang manis di sisinya, aamiin.
Wallohu a'lamu bish showwaab
0⃣4⃣ Phity
Tantangan remaja sekarang kan sangat berbeda dibandingkan dulu, tingkat godaan terhadap gemerlap dunia luar biasa banyak, itu terjadi pada murid-murid saya dan tidak jarang orang tuanya juga bermasalah sehingga tidak memberikan pemahaman agama terhadap anaknya sehingga untuk diajak sholat berjamaah pun harus dipaksa-paksa, puasa pada bolong-bolong, belum bisa baca Al qur'an, nah bagaimana langkah yang tepat untuk menghadapi ini ?
🌷Jawab :
Syukron Ukht Phity,
Memang demikian adanya kondisi saat ini,
Ketika kita sebagai seorang pendidik, maka hal yang bertama kali kita lakukan adalah perbanyak Taqarrub kepada Alloh sebelum memberikan ilmu atau materinya kepada anak didik kita, do'akan mereka supaya Alloh membukakan pintu hidayah kepada orangtuanya.
Banyak kasus, kalau tidak anaknya yang bermasalah orang tuanya yang bermasalah atau bahkan ada yang dua-duanya bermasalah.
Ini adalah ladang pahala yang sangat besar untuk berdakwah kepada mereka, bisa salah satunya adakan forum khusus dengan menghadirkan para Orang tua dengan melakukan kegiatan parenting atau yang lainnya. Dan bisa disampaikan tentang tujuan pendidikan bagi putra atau putri mereka dalam kacamata Islam.
Wallohu a'lamu bish showwaab
0⃣5⃣ Elnanda
Bagaimana cara mempertahankan taqwa, keimanan dan tradisi baik di tengah lingkungan yang tidak mendukung ?
🌷Jawab :
Syukron Ukht Elnanda,
Pertanyaannya seperti mirip dengan pertanyaan Ukht Dian,
Membentuk Pribadi Taqwa di zaman sekarang memang tidak mudah.
Namun In syaa Alloh, Alloh akan memberikan jalan-Nya kepada kita ketika kita bersungguh-sungguh dalam menjalaninya.
Langkah sederhananya bisa dengan;
1. Dimulai dari kita dengan menyadari betapa pentingnya menjadi pribadi Taqwa.
2. Melatih diri dengan melakukan amalan Sholih yang kecil namun tetap istiqamah, karena Alloh menyukai orang yang melakukan amal sholih yang ringan tapi Istiqamah dijalani.
3. Berusaha mencari teman atau Sahabat yang memiliki semangat yang sama dalam menjalani amal yang shalih.
4. Jangan berhenti untuk tetap mengikuti kajian-kajian ilmu yang akan menjaga semangat kita dalam beramal shalih.
5. Luangkan waktu untuk berdakwah, dengan menyampaikan apa yang sudah kita pahami kepada keluarga atau sahabat terdekat kita.
6. Semoga semakin hari semakin banyak orang yang bersama-sama kita bisa saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Wallohu a'lamu bish showwaab
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘
Demikian Sahabat Shalihah pemaparan materi pada malam hari ini, semoga Alloh SWT memberikan terus kesempatan kepada kita semua untuk bersama-sama dalam kebaikan karena menjadi pribadi yang bertaqwa akan sangat sulit untuk diwujudkan sendiri, semoga Alloh membalas sekecil apapun amal saleh yang sudah kita lakukan dan mengampuni seluruh dosa yang pernah kita lakukan.
Aamiin
Wallohu a'lamu bish showwaab
Wassalamu'alaykum warohmatullah wabarokaatuh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar