Kamis, 15 Maret 2018
MENGEMIS ZAMAN NOW
OLeh : Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💎
Terimakasih saya ucapkan untuk teman-teman yang masih setia menunggu kajian-kajian di grup BS tercinta ini, semoga apa yang telah dan yang akan dihadirkan oleh Pengurus grup ini bermanfaat untuk semuanya. aamiin
Malam ini insyaa Allah kita akan berbicang tentang MENGEMIS.
Sahabat Muslimah yang dicintai Allah...
Profesi mengemis bagi sebagian orang, lebih diminati daripada profesi-profesi lainnya, karena cukup hanya dengan mengulurkan tangan sambil keliling masyarakat, dia bisa mendapatkan sejumlah uang yang cukup banyak tanpa harus bersusah payah.
Melihata fenomena ‘ngemis’ pada umumnya, kebanyakan masyarakat memandang bahwa pengemis itu identik dengan orang yang berpenampilan tidak rapi, rambutnya tidak terawat, wajahnya kusam, pakaiannya serba kumal atau robek-robek, yang dengannya dapat dijadikan sarana untuk mengungkapkan ‘kesengsaraan hidupnya’, serta menarik rasa belas kasihan masyarakat kepada dirinya.
Mengemis atau meminta-minta dalam bahasa Arab disebut dengan “tasawwul ”. Di dalam Al- Mu’jam Al-Wasith disebutkan: “Tasawwala (bentuk fi’il madhy dari tasawwul) artinya meminta-minta atau meminta pemberian.” (Lihat Al-Mu’jamul Wasith I/465).
Sebagian ulama mendefinisikan tasawwul (mengemis) dengan upaya meminta harta orang lain bukan untuk kemaslahatan agama melainkan untuk kepentingan pribadi.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan: “Perkataan Al-Bukhari (Bab Menjaga Diri dari Meminta-minta) maksudnya adalah meminta-minta sesuatu, selain untuk kemaslahatan agama." (Lihat Fathul Bari III/336).
Berdasarkan definisi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa batasan tasawwul atau “mengemis” adalah meminta untuk kepentingan diri sendiri bukan untuk kemaslahatan agama atau kepentingan kaum muslimin.
Tanpa disadari atau tidak, kita sering kali terjebak dalam hal yang dianggap biasa, yakni meminta bahkan sampai mengemis. Tidak jarang juga kita menyaksikan banyaknya orang yang berusaha menjadikan hal ini sebagai suatu pekerjaan. Meminta-minta dalam Islam sangat dilarang, meskipun kita dalam keadaan fakir dan miskin. Sesungguhnya Allah SWT. sangat memuji hamba-Nya yang mampu bersabar atas kemiskinannya tanpa meminta-minta. Jika kita salah satu orang yang tidak mampu, maka mintalah kepada Allah yang Maha Kaya dan Maha Memberi. Jangan kita biasakan meminta kepada selain Allah.
Islam membolehkan kita meminta bantuan atau sumbangan kepada orang lain, dengan catatan karena dalam keadaan darurat, mendesak dan sangat membutuhkan. Kebiasaan meminta-minta yang dianggap enak dan menguntungkan, sehingga ia senang dengan hal tersebut dan lebih baik meminta-minta daripada bekerja atau berusaha dengan cara yang halal sama saja menjerumuskan diri sendiri kedalam bara api neraka.
Artinya: “Siapa yang meminta-minta kepada orang banyak untuk menumpuk harta kekayaan, berarti dia hanya meminta bara api. Sama saja halnya, apakah yang diterimanya sedikit atau banyak." (HR. Muslim)
Namun Islam melarang meminta minta karena hal tersebut merupakan perbuatan hina, dan harta yang diperoleh dari hasil mengemis atau meminta minta tidak diberkahi oleh Allah SWT.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang seorang muslim untuk meminta-minta dari orang lain, Tanpa ada kebutuhan yang mendesak.
Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan menghinakan diri kepada makhluk dan menunjukkan adanya kecendrungan kepada dunia dan keinginan untuk memperbanyak harta.
Dan beliau shallallahu alaihi wasallam mengabarkan bahwa barangsiapa yang melakukan perbuatan meminta-minta yang hina ini, maka dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong dagingpun yang melekat di wajahnya. Ini sebagai balasan yang setimpal baginya kareka kurangnya rasa malu dia untuk meminta-minta kepada sesama makhluk.
“Terus-menerus seseorang itu suka meminta-minta kepada orang lain hingga pada hari kiamat dia datang dalam keadaan di wajahnya tidak ada sepotong dagingpun,” (HR. Al-Bukhari no. 1474 dan Muslim no. 1725).
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa di sana terdapat beberapa keadaan yang membolehkan seseorang untuk mengemis atau meminta-minta sumbangan. Di antara keadaan-keadaan tersebut ialah sebagaimana berikut:
💥 Ketika seseorang menanggung beban diyat (denda) atau pelunasan hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti.
💥 Ketika seseorang ditimpa musibah yang menghabiskan seluruh hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.
💥 Ketika seseorang tertimpa kefakiran yang sangat sehingga disaksikan oleh 3 orang berakal cerdas dari kaumnya bahwa dia tertimpa kefakiran, maka halal baginya meminta-minta sampai dia mendapatkan penegak bagi kehidupannya.
Dalam tiga keadaan ini seseorang diperbolehkan untuk meminta-minta sumbangan atau mengemis. Hal ini berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Sahabat Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat atau denda), ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram."
Ketika seseorang meminta sumbangan untuk kepentingan kaum muslimin, bukan kepentingan pribadinya sendiri. Maka ini juga termasuk tasawwul (mengemis dan meminta-minta sumbangan) yang diperbolehkan dalam Islam meskipun dia orang kaya.
🌷🌸🌷
Sahabat BS yang semoga dirahmati Allah.
Faktor kemiskinanlah yang menjadi salah satu faktor pemicu munculnya penyakit masyarakat yang menjadi masalah-masalah sosial. Masalah sosial ini muncul sebagai salah satu akibat dari perubahan sosial yang terjadi dimasyarakat. Perbedaan kedudukan ekononmi warga masyarakat ditentukan secara jelas karena berkembangnya nilai-nilai sosial baru di masyarakat tentang kedudukan berkenaan dengan pemilikan benda-benda bernilai ekonomi. Nilai-nilai ini yang berkembang disuatu masyarakat cenderung diakui pula sebagai nilai oleh suatu masyarakat lainnya, terutama apabila berasal dari kelompok masyarakat yang tingkat peradabannya diyakini lebih tinggi daripada masyarakat setempat.
Oleh sebab itulah kepemilikan harta menimbulkan berbagai masalah sosial baru.
Sebenarnya menjadi pengemis itu karena keterpaksaan oleh karena orang tersebut tidak dapat mencari pekerjaan yang layak dan dia juga tidak mempunyai keahlian maupun keterampilan tertentu sehingga menjadikannya untuk menekuni pekerjaan tersebut.
Akan tetapi seiring dengan berjalannnya waktu ternyata itu malah membuat mereka menjadi malas, mereka menjadikan mengemis sebagai profesi yang menggiurkan karena dengan mengharap belas kasihan dari orang lain mereka bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah. Maka tidaklah mengherankan sekarang ini sering kita mendengar tentang “pengemis kaya” yang memiliki simpanan tabungan puluhan juta dan puluhan perhiasan emas.
Nah, inilah sebagai sebuah gambaran bagaimana sebuah pekerjaan “mengemis” malah dijadikan sebagai pekerjaan tetap bagi mereka yang tidak mau berusaha secara maksimalah dalam memanfaatkan berbagai peluang dalam kehidupan, tentunya secara tidak langsung ini juga akan membuat mereka semakin malas.
Maraknya pemberitaan tentang berbagai fenomena “pengemis kaya” di berbagai media cetak dan elektronik. Ini sebagai sebuah gambaran dari aspek sosiologis dalam kehidupan masyarakat Indonesia bahwa mengemis dijadikan sebagai salah satu ladang mata pencaharian. Mengemis dilakukan bukan hanya ‘terpaksa’ karena tidak mempunyai keahlian, namun sudah dijadikan pekerjaan tetap. Bagaimana tidak? Jika penghasilan dari mengemis justru lebih besar dari PNS dan pekerja kantoran. Bahkan tidak jarang ada oknum yang berpura-pura cacat untuk mengundang belas kasihan dari masyarakat.
Bukan rahasia lagi jika di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, pengemis sudah terorganisir dan memiliki ‘Bos’ yang mengatur penempatan mereka, konsekuensinya pengemis-pengemis tersebut harus memberikan uang setoran.
Tingkat kedermawanan masyarakat Indonesia yang lumayan tinggi, seringkali disalurkan dengan cara yang kurang relevan dengan zaman sekarang ini. Karena banyak oknum yang berpakaian compang-camping memanfaatkan kedermawanan masyarakat dengan menjadi pengemis, meskipun sebenarnya mereka bukanlah orang yang ‘layak’ untuk diberikan sumbangan. Seperti kata peribahasa, apa yang terlihat belum tentu sama dengan apa yang sebenarnya.
Dengan muka memelas mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta yang berdebu. Menadahkan tangan meminta sedekah. Sebagian tampil dengan anggota tubuh tidak lengkap, sebagian lagi membawa bayi mungil yang dekil dalam gendongan. Penampilan para pengemis itu mengundang iba. Selembar seribu atau dua ribuan dengan ikhlas direlakan para dermawan untuk mereka.
🌷🌸🌷
Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita?
Ternyata tidak semua.
Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta. Sungguh mangagetkan bukan? Itulah kenapa jumlah pengemis tidak semakin berkurang namun malah bertambah.
Pendapatan seorang pengemis ternyata sungguh menggiurkan. Makanya tidak heran jika banyak orang dari daerah berbondong-bondong ke Ibu Kota hanya untuk mengharapkan belas kasih dari sesama. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjarmasin Ichwan Noor Chalik mengungkapkan, pihaknya menangkap sekitar 20 orang pengemis pada razia Mei lalu. Nah, di antara dari mereka yang tertangkap adalah sepasang suami istri bernama Acin dan Aisyah.
Dari penangkapan Acin dan Aisyah itulah, Satpol PP menemukan uang sebesar Rp 54 juta dan 75 gram emas. Para Satpol PP yang menggeledah saat itu kaget bukan kepalang. Seorang pengemis mampu menghasilkan uang sebanyak itu. Menurut Ichwan, ada dugaan Acin adalah koordinator lapangan (korlap) para pengemis.
Kalau memang benar uang sebanyak itu adalah kumpulan dari semua pengemis dalam sebulan, diperkirakan rata-rata sebulan mereka mendapatkan uang sekitar Rp 2,5 juta per orang, belum lagi emasnya.
fantastis bukan?
Ada yang mau kenalan tidak sama beberapa pengemis kaya indonesia?
Cahyono, 26 tahun.
Lelaki yang tergolong masih muda ini mengaku terpaksa mengemis untuk membantu ibunya. Ia mengaku memiliki cacat di tubuh sehingga sering kali ditolak saat melamar pekerjaan.
Warga Sumanding, Kota Banjar ini membuat Satpol PP yang menjaringnya geleng-geleng kepala.
Bagaimana tidak, di kantong plastik kumalnya tersimpan uang sekitar Rp 300.000 dan memiliki tabungan mencapai Rp 19 juta di sebuah koperasi.
Ia mengaku bila uang tersebut merupakan hasil mengemis selama dua bulan. Terkadang, dalam sehari mampu memperoleh Rp. 700.000.
Berikutnya ada Siswari.
Apa yang dibawa pengemis dan pengamen yang terjaring di Kota Semarang ini jauh lebih mencengangkan.
Siswari Sri Wahyuningsih (51) kedapatan memiliki uang deposito sebesar Rp 140 juta dan uang tabungan di bank senilai Rp 16 juta.
Saat dijaring, ia pun membawa uang tunai mencapai Rp 400.000, serta tiga surat BPKB kendaraan roda dua.
Bahkan, sertifikat tanah seluas 105 meter persegi pun turut dibawa. Ia memiliki tiga anak dan kesemuanya dapat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut pengakuan Siswari, uang sebanyak itu berasal dari penjualan tanah.
Itu contoh nama-nama pengemis yang tergolong kaya di Indonesia, masih banyak lagi yang lainnya, baik yang sempat viral, maupun tidak di medsos.
Didalam kehidupan sehari-hari mungkin kita seringkali bercanda dan bergurau kepada teman kita untuk meminta traktiran atas kenikmatan yang telah ia dapatkan. Disisi lain mungkin ada diantara kita yang sudah menjadi budaya untuk meminta traktiran kepada teman-teman kita.
Perlu digaris bawahi bahwasanya kebiasaan meminta-minta traktiran tersebut apalagi dengan cara memaksa. Terdapat beberapa hadits yang melarang kita untuk meminta-minta kepada sesama manusia, diantaranya:
Dari Hubsyi bin Junadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa meminta-minta padahal dirinya tidaklah fakir, maka ia seakan-akan memakan bara api,” (HR. Ahmad).
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu‘anhuma, ia berkata bahwa Rasul shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Samuroh bin Jundub, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Meminta-minta adalah seperti seseorang mencakar wajahnya sendiri kecuali jika ia meminta-minta pada penguasa atau pada perkara yang benar-benar ia butuh.” (HR. An-Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad).
Dalam islam tegas mengatakan bahwasannya, tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Namun disisi lain, janganlah karena harta yang banyak tersebut menjadikan kita sebagai pribadi yang sombong, sehingga dengan semena-mena menghardik kaum-kaum fakir miskin.
Membantu dan menolong orang yang membutuhkan bahkan non-fakir sekalipun merupakan sebuah kebaikan. Fakir adalah seseorangyang tidak memiliki biaya untuk menutupi kebutuhan hidupnya. Terlepas dari apakah mereka memohon bantuan dari orang lain atau tidak memohon, namun pengemis adalah seseorang yang meminta pertolongan kepada orang lain terlepas dari apakah mereka memiliki biaya dan mampu menutupi biaya hidupnya atau tidak.
Lantas, apakah meminta traktiran itu dikategorikan sebagai pengemis?
Pada dasarnya, Seseorang yang mendapat kenikmatan dari Allah sah-sah saja apabila ingin membagikan kenikmatan tersebut kepada teman-temannya. Dengan syarat yang meminta traktir tidak boleh sampai menghinakan dirinya, termasuk dalam konteks bercanda.
Selain itu jangan sampai kita meminta traktir dengan cara mendesak-desak sehingga teman kita yang diminta traktiran tersebut merasa terusik dan tidak nyaman atas desakan yang kita lakukan kepada dirinya, selain itu jangan sampai kita menyakiti seseorang yang hendak kita mintai traktiran, baik menyakiti secara lisan terlebih menyakiti secara fisik.
Hal ini senada dengan pendapat dari Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir yang menyebutkan bahwa yang dimaksudkan mengemis itu apabila telah terpenuhinya 3 syarat, yaitu:
1) Meminta dengan menghinakan diri.
2) Meminta dengan terus mendesak.
3) Menyakiti orang yang diminta.
Silakan pertimbangkan, apakah meminta teman mentraktir kita masuk dalam mengemis seperti yang dipersyaratkan di atas? Kita sendiri bisa menjawabnya.
Hanya saja perlu diingat bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah.
Demikian saja dari saya.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Olif
Syukron jazakillah penjelasannya ustadzah.
Semua aturan meminta-minta itu berlaku pada teman dan orang lain saja atau pada keluarga juga? Misal, saya sebagai adik minta ditraktir kakak saya karena dia mendapat sesuatu.
🌷Jawab:
Didalam beberapa hadis tidak ada dikasi batasan, disana hanya dijelaskan "Manusia".
“Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya.” (HR. Bukhari, no. 1474; Muslim, no. 1040)
Dan saya juga belum menemukan pembahasan lebih lanjut tentang hal ini, apakah jika ke saudara ini ada pengecualian. Tapi yang perlu diperhatikan adalah disaat meminta jangan menjadi beban bagi yang diminta, jangan mendesak dan bikin kesal.
Wallahu a'lam
0⃣2⃣ Serra
Assalamualaikum.
1. Jika kita dalam keluarga kepada kakak-kakak tidak minta karena sekalinya minta maunya yang banyak dan di saat yang tepat bolehkah? Misal saat menikah, bolehkah?
2. Jika akadnya kerjasama misal endorse seperti itu bagaimana uztadzah?
🌷Jawab:
1. Aiiih yang sudah mau nikahan.
Perhatikan saja aturan mainnya yang sudah dijelaskan diatas mba Serra. Hampir samalah dengan jawaban pertama tadi.
2. Untuk pertanyaan yang kedua saya belum paham bagaimana akad nya. Afwan.
0⃣3⃣ Emmy
Assalamualaikum.
1. Bagaimana kalau kita meminta sumbangan kepada warga untuk merayakan isra miraj? Apakah termasuk mengemis juga?
2. Bagaimana dengan orang-orang yang datang kerumah yang untuk meminta sumbangan untukk panti asuhan atau masjid? Apakah kita beri atau tidak? Karena banyaknya oknum yang menyalahgunakan hal seperti itu?
3. Kepada siapa harus kita utamakan bersedekah? Apakah kepada keluarga dekat meskipun tidak mampu tapi tidak tergolong fakir atau kepada orang lain tapi termasuk fakir?
Syukron bunda.
🌷Jawab:
1 & 2. Ketika seseorang meminta sumbangan untuk kepentingan kaum muslimin, bukan kepentingan pribadinya sendiri. Maka ini juga termasuk tasawwul (mengemis dan meminta-minta sumbangan) yang diperbolehkan dalam Islam meskipun dia orang kaya.
3. Di dalam anjurannya adalah kepada keluarga terdekat lebih dulu, namun tetap ada skala prioritasnya, misal kita punya keluarga tidak mampu namun masih bisa makan untuk hari ini, dan ada orang yang mungkin kita tidak kenal, namun dia ada keperluan mendesak, semisal ada yang masuk rumah sakit atau dia kelaparan, maka bantulah yang kita tidak kenal tersebut lebih dulu.
Wallahu a'lam
0⃣4⃣ Bunda Atin
Kalau ada pembangunan masjid terus minta sumbangan ke pengguna jalan dengan mencegat mereka dan menyodorkan kotak infak bagaimana?
🌷Jawab:
Mba say untuk jawaban ini sama ya dengan pertanyaan mba Emmy, Islam membolehkan jika itu untuk kepentingan kaum muslimin. Insyaa Allaah.
Wallahu a'lam
0⃣5⃣ Ninick
Assalamualaikum,
Kalau misalnya yang diminta itu awalnya seperti yang tidak mau begitu, tapi lama-lama eh dikasih juga itu bagi si penerima hukumnya apa ya? Haram atau halal?
🌷Jawab:
Berarti dia keberatan yaaa. Kalau sesuatu yang dilarang kita tahu kan bagaimana hukumnya?
Jadi yaa sudahi meminta, biarkan mereka dengan ikhlas memberi jika memang mau memberi, toh tanpa diberi juga kita bisa beli kan?
0⃣6⃣ Tati
Assalamualaikum bunir.
Mungkin sedikit menyimpang dari topik malam ini.
1. Mana yang harus di utamakan, bantu orang tua, mertua atau saudara?
2. Bagaimana sikap kita jika ada ipar yang terus-terus berharap & bergantung sama kita, sementara dia punya suami.
Kita juga punya tanggungan dan sebagainya.
Jazakillah.
🌷Jawab:
He he he.. Teteh, perasaan ini udah pernah kita bahas yaa diruang pribadi. Duluuuuu sekali.
1. Kita lihat skala prioritas saja teh, siapa yang lebih membutuhkan, karena jika dibantu semua tidak mungkinkan yaa? Kita juga terbatas dananya, atau kalau bisa dibagi yaa dibagi saja, tapi jika mau yang utama, yaa utamain yang tua-tua dulu, orang tua dan mertua itu bagi lelaki, karena kewajiban lelaki untuk orang tuanya itu satu kepastian, dan kewajiban wanita untuk membiayai orang tua itu tidak ada, namun jika si suami dengan ikhlas dan ridho memberi untuk orang tua kita. Alhamdulillah
2. Bicarakan teteh, tidak mungkin hal ini terus berlanjutkan? sampai kapan? Dia juga harus belajar mandiri, apalagi dia punya suami yang mestinya bertanggungjawab penuh untuk keluarganya, jika dibantuin terus tidak baik untuk keluarganya sendiri.
Wallahu a'lam
0⃣7⃣ Han
Bu, bagaimana kalau Mengemis Cinta dan Mengemis Kasih sayang?
🌷Jawab:
Mengemislah pada yang menciptakan, jangan mengemis pada yang diciptakan, kecewa dan kecewa itu sakit.
0⃣8⃣ Wida
Ibuk, adek jugaaa sering dimintai traktiran sama teman-teman.
Wida tidak kasih, bukan pelit sih cuma biar tidak kebiasaan saja.
Kalau begitu boleh kan yaa?
Karena daripada saya ngasihnyaa itu dengan berat hati kan tambah dosa ya kan bu?
🌷Jawab:
Ha ha ha.. ade wida peliiit.
Besok kalau saya ke Surabaya, harus ngajak makan loo tidak boleh pelit...he...he...
Kita berhak memberi atau tidak memberi.
Tapi sesekali, disaat memang ada kelebihan rezeki hari itu, ajaklah mereka makan makan, beliin krupuk kek, es teh.
0⃣9⃣ Nitnit
Kalau misalnya sebelumnya sudah dijanjikan terus kita memintanya apa itu juga termasuk meminta minta?
🌷Jawab:
Laa ini kan janji, yaa bukan meminta-minta lah, justru dia harus berterimakasih telah diingatkan akan janjinya.
1⃣0⃣ Evi
1. Apa yang harus dilakukan kita apabila ada teman yang sering meminta traktiran tidak memandang keadaan ekonomi kita apa sedang ada uang atau tidak?? Kadang suka tidak enak hati?
2. Di Jakarta banyak anak-anak kecil di jalan raya yang jadi pengemis atau pengamen. Misal kita menemui mereka di jalanan dalam kondisi tidak terurus, pucat dan mengeluh lapar, apa kita harus memberikan uang? Sedangkan kita tahu fenomenanya mereka dikoordinasi oleh orang dewasa yang hanya ingin uang mereka?
🌷Jawab:
1. Kasih tahu mereka jika belum ada dana untuk traktir mereka, dan sebaiknya pahamkan juga mereka tentang bagaimana agama memandang hal ini, tapi jangan disaat mereka minta traktiran ke kitanya, ajaklah mereka diskusi ringan dikala lagi senggang.
2. Dengan adanya fenomena pengemis zaman sekarang, kadang kita harus tahan hati dalam memberikan sedekah, sumbangan, kecuali kita tahu siapa mereka yang kita kasi. karena anak-anak kecil banyak yang diperalat oleh bos-bos mereka, jika memang bisa membelikan makanan, lebih baik belikan makanan untuk mereka, jelas itu bisa mereka makan, kita tidak kasih uang, tapi makanan.
Wallahu a'lam.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSiNG STaTeMeNT💎
Sahabat muslimah BS yang saya cintai.
Para pengemis atau orang-orang miskin sering dimasukkan ke dalam kelompok peminta sehingga masyarakat seringkali memandang mereka dengan rendah. Sebaliknya, mereka orang-orang yang berkecukupan atau orang-orang kaya biasanya dimasukkan ke dalam kelompok pemberi atau dermawan sehingga masyarakat memandang mereka dengan penuh hormat.
"Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi sedekah.” (HR. Ibnu Majah)
Jadilah diri yang bisa mandiri dan mulia, bukan pribadi yang memberatkan dan meresahkan orang lain.
Berhentilah jadi pengemis baik yang sengaja ataupun yang tidak sengaja.
Dan bagi yang ada kelebihan rezki, sering seringlah mengajak saudara dan teman-teman makan atau beliin sesuatu, karena itu akan mempererat hubungan silaturahim antar sesama.
Demikian saja dari saya malam ini, mohon maaf atas salah dan cela, semoga bermanfaat untuk saya dan untuk kita semua disini.
Wallahu a’lam
Wassalamu’alaikum.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar