OLeH: Ustadz H. Tri Satya Hadi
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
Assalamualaikum,
🌸HIJRAH ZAMAN NOW
(PandemiCovid-19)
“Barangsiapa berhijrah di jalan Alloh ﷻ, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Alloh ﷻ. Dan adalah Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“(QS. An-Nisa’: 100)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Alloh ﷻ, mereka itu mengharapkan rahmat Alloh ﷻ, dan Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah: 218).
Ketika melihat kondisi Makkah tak lagi aman bagi umatnya, Nabi Muhammad ﷺ mengizinkan sahabatnya untuk hijrah ke Madinah. Kisah pergerakan Rasulullah ﷺ bersama para sahabat karena mendapat perlakuan buruk, kasar, dikejar-kejar dan dianiaya dari orang-orang Quraisy yang masih kafir, menjadi dasar hijrah secara secara fisik umat muslim.
Hijrah secara fisik ini mengharuskan seorang muslim meninggalkan tempatnya dan berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan keamanan.
Hijrah fisik zaman itu menjadi sebuah transisi di antara dua situasi, dari keadaan yang tidak aman dan lemah (Makkah) menuju keadaan yang aman dan kuat (Madinah), yang menyisakan hikmah dan pelajaran penting dalam kehidupan kita umat Islam untuk senantiasa berproses ke arah lebih baik, menjadi pribadi muslim sejati, menjadi mukmin penolong agama Allah ﷻ dan berjuang untuk keluar dari kondisi sulit.
Hijrah untuk berproses ke arah yang lebih baik yang dikenal sebagai hijrah jiwa (non fisik) tersebut dipahami sebagai transisi dari keadaan lemah manusia atas dosa menjadi keadaan yang kuat dan terus berjuang untuk menghindarinya. Keadaan yang penuh dengan kelalaian menuju kesadaran spiritual yang sehat.
Mengenai hijrah jiwa atau hijrah spiritual yang menuju pada perbaikan diri, Rasulullah ﷺ bersabda (HR. Imam Bukhari): “Al-Muhâjir man hajara mâ naha Allahu ‘anhu—muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan segala larangan-Nya.”
Selanjutnya terkait dengan hijrah spiritual, setidaknya ada dua hal yang dapat dikemukakan berdasarkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an.
★ Pertama, hijrah merupakan sikap berani dan tegas untuk meninggalkan zona demi ke arah yang lebih baik.
Hijrah itu tentang apa yang diketahui, diyakini, lalu berakhir dengan amal.
★ Kedua, hijrah didahului oleh iman dan diakhiri dengan jihad. Tanpa iman hijrah menjadi tidak berarti, selanjutnya modal iman pun saja tidak cukup, perlu aksi yang dieksekusi dengan semangat jihaad fii sabiilillaah. Jihad tidak selalu identik dengan angkat senjata, melainkan sikap konsisten menjalani, menekuni, dan memperjuangkan jalan hidup yang telah dipilih.
Hijrah spiritual secara maknawi ini oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya dijadikan sebagai dasar hijrah di zaman sekarang (now), menjadi spirit dalam momentum setiap tahun baru hijriyah. Hijrah dengan berusaha meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah ﷻ, hijrah dari syirik menuju tauhid, hijrah dari kezaliman menuju keadilan, hijrah dari kebatilan menuju kebenaran, hijrah dari yang haram menuju yang halal, dan seterusnya.
Bagaimana hijrah di Indonesia. Di satu dekade terakhir ini justru hijrah menjadi sebuah tren terutama di kalangan anak muda. Masyarakat muslim kalangan muda Indonesia dan para aktivis hijrah khususnya, bahwa hijrah kearah yang lebih baik diawali dengan perubahan penampilan diri dari sebelumnya, baik dari fisik, pakaian, gaya hidupnya, atau aktivitas lainnya. Seperti perubahan berpakaian, seorang wanita menggunakan pakaian syar’i atau menggunakan niqab yang sebelumnya menggunakan pakaian yang kurang sopan atau tidak menutip aurat. Seorang laki-laki yang hijrah biasanya menumbuhkan jenggotnya, menggunakan celana cingkrang atau gamis, termasuk berkumpul dengan komunitas syar’i, marak mengikuti kajian-kajian keagamaan, dan seterusnya.
Fenomena hijrah yang terjadi di Indonesia ini juga menunjukkan adanya reproduksi makna, dimana hijrah sebelumnya dipahami dengan perpindahan tempat atau perpindahan secara fisik, walaupun hakikat asal makna hijrah yaitu pindah” tidak berubah, bergerak kearah yang lebih baik. Namun sangat disayangkan yang terjadi jika pemaknaan berubah itu menjadi “radikal” dalam konotasi yang negatif yaitu menjadi asocial (eksklusif) atau parahnya menjadi paling benar yang ujungnya menjadi tuhan di dunia bersama kelompoknya. Naudzubillah.
Karena hijrah tidak mengenal tempat dan waktu, dimana saja dan kapan saja, seperti kondisi 2 tahun belakangan dunia umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya masih menghadapi pandemi COVID-19. Sungguh, wabah virus corona ini telah menyita perhatian semua pihak di seluruh dunia, kita semua termasuk pemangku jabatan di negara kita, Nakes, aparat, tokoh, ulama terus berjuang memikirkan dan bertindak untuk bisa keluar dari keadaan sulit ini.
Rasa khawatir, cemas dan rasa was-was terhadap penyebaran penyakit tersebut, dampak social, ekonomi dan lingkungan telah mempengaruhi psikologi masyarakat. Walaupun dilatarbelakangi keadaan yang berbeda, tekanan, khawatir, ketakutan inilah yang mungkin dirasakan para sahabat Rasulullah ﷺ pada waktu itu ketika sebelum hijrah.
Berbagai kebijakan pemerintah terus dilakukan sebagai bentuk ikhtiar melawan pandemi ini, mencari cara dan solusi terbaik untuk menghentikan ganasnya COVID-19, seperti pemberlakuan PPKM, vaksinasi, Kebijakan WFH dan WFO bagi pekerja, menerapkan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan lainnya sehingga kita dapat keluar dalam kondisi seperti saat ini.
Pasar, mall-mall, tempat wisata, tempat ibadah dibatasi, masjid-masjid yang melaksanakan sholat jamaah diatur jarak shafnya, mengecek suhu jamaah yang hadir, menyediakan sabun ditempat whudhu, dan lainnya. Taklim untuk tholabul ilmu rutin melalui media online, termasuk yang masih kena imbas pandemi ini adalah proses belajar dan mengajar yang harus dibiasakan (dipaksa) untuk dari rumah, ini juga bagian dari ikhtiar agar meminimalisir pandemic dan berharap segera berakhir.
Ketika kondisi-kondisi tersebut membuat kita sulit bergerak, sesak dalam kehidupan, pesimis akan suatu keadaan, sudah selayaknya masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya, bergerak (move on) kearah lebih baik dengan memunculkan kembali spirit hijrah. Hijrah spiritual harus menjadi hijrah zaman now, hijrah saat sedang menghadapi pandemic, dan saat kapanpun musibah datang.
Setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita tarik sebagai pelajaran.
✓ Pertama sebagai manusia, harus bersemangat untuk berpindah menjadi lebih baik. Menyesuaikan segala aktifitasnya di era new normal ini dengan protokol kesehatan yang baik, membiasakan atau menguasai hal-hal baru yang mungkin dapat membantu kita beradaptasi tatanan kehidupan baru saat atau pasca pandemi. Menjadi lebih disiplin, lebih bersih, lebih taat akan aturan dan lainnya.
Berusaha optimistis bahwa pandemic ini akan berakhir. Hijrah ke perbuatan atau aktivitas yang lebih baik harus dipaksakan. bisa jadi sesuatu yang dulu kita anggap berat harus dijadikan (dipaksakan) bisa, sesuatu yang rasanya tidak mungkin harus dibuat nyata, seperti selalu menggunakan masker, selalu mencuci tangan, menjaga jarak, atau menghindari kerumunan.
✓ Kedua sebagai muslim, terlepas sebagian orang menganggap adanya “konspirasi,” yakini ini sudah merupakan ketentuan Allah ﷻ, fenomena yang terjadi adalah jutaan manusia di dunia dan ratusan ribu di Indonesia meninggal akibat pandemi jangan dipandang sebelah mata.
Mendengar atau melihat banyaknya teman dan tetangga mungkin diantaranya ada anggota keluarga yang tiba-tiba meninggal dunia, baik terpapar virus corona maupun sakit lainnya, menjadi pondasi keyakinan (spirit) hijrah berikutnya.
🔹Apa Saja Yang Bisa Dilakukan Untuk Hijrah Zaman Now:
1. Perbaiki shalat kita, perbaiki dzikir dan doa-doa kita, perbaiki tilawah kita, perbaiki puasa dan infaq kita. Perbaiki keilmuan kita sebelum beramal dengan selalu belajar ilmu agama, ikut pengajian-pengajian baik online maupun offline dengan guru, ulama, atau ustadz ustadzah yang faqih.
2. Jadikan sholih sosial, sikap mau berbagi dan peduli bagi sesama. Ambillah peran masing-masing, saling mendukung dan membantu dan senantiasa menebar kebaikan yang kita ketahui banyak saudara kita terdampak pandemi seperti ini. Saling menguatkan diantara kita yang mungkin kehilangan orang tua, kerabat, dan teman.
3. Berkumpulah dengan komunitas yang sholih, kelompok masyarakat yang baik. Gabung grup online yang yang positif. Perbaiki komunikasi, tulisan, atau komentar agar lebih baik, langsung maupun lewat medsos. Jangan bergunjing dan berghibah.
4. Jadikan Allah ﷻ satu-satunya tempat bersandar. Meluangkan waktu sejenak dan menghentikan aktivitas lain, untuk bermunajat meminta kepada Alloh ﷻ agar wabah ini segera berakhir di sepertiga malam atau di setiap sehabis sholat fardhu kita.
5. Rendah hatilah dalam setiap aktivitas, hilangkan kesombongan dalam setiap amal hijrah kita.
Demikian, sebagai penutup bahwa hijrah zaman now bukanlah tren atau mazhab, bukan milik sebagian kelompok. Hijrah harus dengan komitmen untuk terus-menerus memperbaiki diri, memperbaiki cara berpikir, dan memperbaiki cara berucap serta bersikap, sehingga dengan berhijrah kita bertekad bagaimana menjadi hamba yang baik menurut Allah ﷻ.
Wallahu a’lam, Pekanbaru 18 Agustus 2021
https://pijarpunbenderang.blogspot.com/2021/08/hijrah-zaman-now-pandemi-covid-19.html
Baca juga:
https://pijarpunbenderang.blogspot.com/2020/11/spirit-hijrah-di-masa-pandemi.html
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Mila ~ Tegal
Dalam kondisi saat ini banyak anak muda yang hijrah secara penampilan namun saat di medsos (aplikasi tok tok) mereka tidak malu untuk bergaya atau berjoged.
Bagaimana ya ustadz cara menasihatinya?
🔷Jawab:
Nah, ini karena pemahaman tentang hijrah kurang, atau hijrah karena trend, medsos sejatinya sebagai sarana untuk dakwah, tulisan atau quotes yang Islami. Video penggalan-penggalan ceramah. Namun jika sampai ke arah ikut-ikutan bahkan sampai menunjukan ke arah yang dilarang agama, kalau wanita seperti tabarruj (dandan) berlebihan, joget sampai melekuk-lekukan tubuh ini dilarang dalam Islam. Ingatkan saja, jika tidak berubah tetap doakan.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, bagaimanakah agar diri bisa istiqomah setelah ber hijrah ustadz?
🔷Jawab:
1. Selalu perbaiki niat ketika dalam proses hijrah, ikhlas karena Alloh ﷻ.
2. Lakukan amalan secara kontinyu, jangan sampai semangat beramal diawal tetapi kendor, bahkan hilang pada akhirnya. Amalan kecil tapi terpelihara setiap hari. Misal dzikir yang ringan, tilawah selembar setiap habis sholat, biasakan puasa senin kamis. Tahajud sepekan sekali. Jangan lakukan amalan di waktu sisa atau saat capek.
3. Bergaul dengan teman-teman yang sholih, yangg bisa kita contoh, dan mereka mengingatkan kita ketika lemah iman.
4. Belajar quran, baik bacanya atau pemahaman lewat guru atau majelis ilmu. Dan bertahap mengamalkan.
5. Berdoa agar diberikan keistiqomahan.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Erni ~ Yogja
Assalamualaikum Ustadz.
Bagaimana caranya bisa mengambil hikmah dari pandemi ini, untuk selanjutnya bisa meriilkan langkah hidup hanya untuk beribadah pada Alloh ﷻ, disela-sela ibadah melakukan hal-hal yang manfaat agar bernilai ibadah dan amal jariyah?
Mohon pencerahannya.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
1. Lebih meyakini bahwa Alloh ﷻ berkuasa atas makhluk ciptaan-Nya,
2. Manusia lemah, tidak boleh sombong.
3. Semakin ikhlas dalam ibadah.
4. Bersyukur atas karunianya.
5. Mengingat kematian.
6. Disiplin akan kebersihan.
7. Meningkatkan kepedulian.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar