OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
💎BAGAIMANA KITA MEMANDANG ORANG LAIN
Sholehah yang dicintai Alloh ﷻ.....
Sebagian besar orang selalu terjebak dalam ego untuk menilai orang lain.
Pekerjaan untuk menilai diri sendiri biasanya kurang begitu memotivasi, tetapi saat diberikan tantangan untuk menilai orang lain, maka gairah dan motivasi akan bersatu padu dalam antusiasme untuk menemukan jati diri orang lain tersebut.
Jika tidak ingin dinilai buruk oleh orang lain, maka jangan bicara buruk tentang orang lain. Karena ternyata, menurut hasil penelitian terkini, penilaian kita terhaadap orang lain bisa dihubungkan dengan kepribadian kita sendiri.
Dalam kitab Hayatussalaf Baina Al Qaul wal ’Amal karya Syekh Ahmad bin Nashir Ath-Thayar dijelaskan sebuah cara pandang yang paling dibanggakan oleh Alloh ﷻ, baik kita memandang diri sendiri maupun memandang orang lain.
◾Hal tersebut dinyatakan dalam pemaparan:
Di antara sifat mulia yang paling dibanggakan oleh Alloh ﷻ saat memandang diri sendiri yaitu di balik amal ibadahku yang belum tentu diterima, jangan-jangan ada seribu dosa yang belum tentu diampuni. Sedangkan untuk memandang orang lain yaitu di balik dosa-dosanya yang boleh jadi diampuni oleh Alloh ﷻ, jangan-jangan ada seribu kebaikan yang diterima-Nya.
Pemaparan tersebut menjelaskan kepada kita bahwa sejatinya berbaik sangka adalah satu hal yang mulia dan disukai oleh Alloh ﷻ. Banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh ketika kita selalu berbaik sangka kepada orang lain. Salah satunya adalah hubungan persahabatan dan persaudaraan akan menjadi lebih baik.
Hal ini karena berbaik sangka dalam berhubungan antara kita akan menghindari terjadinya keretakan hubungan. Bahkan keharmonisan hubungan akan semakin terasa karena tidak ada kendala-kendala psikologis yang mengahambat hubungan itu.
Oleh karena itu dalam memandang orang lain, kita utamakan untuk mendahulukan pandangan-pandangan yang positif.
Mungkin ada seseorang yang terbilang sering melakukan perbuatan maksiat, namun bisa saja maksiat tersebut telah dimaafkan oleh Alloh ﷻ dan ada seribu kebaikan darinya yang diterima oleh Alloh ﷻ.
Kita tidak pernah tahu risalah amal dan hati seseorang, oleh karena itu hindari memandang orang lain dengan pandangan yang buruk atau berburuk sangka.
Jika yang demikian bisa diaplikasikan dalam sehari-harim kita tidak akan terejebak dalam ego saat menilai dan memandang orang lain.
Namun untuk memandang diri sendiri, kita dianjurkan untuk tidak menonjolkan beberapa amal ibadah yang telah dilaksanakan untuk-Nya. Bukankah setiap amal yang dilakukan itu belum tentu diterima oleh Alloh ﷻ? Atau mungkin saja masih ada dosa-dosa yang belum diampuni oleh-Nya? Jika kita bisa memandang diri kita dengan cara tersebut, kita akan mendapatkan hati yang ikhlas dan tidak akan berlaku sombong atas siapapun.
Dua cara pandang di atas penting untuk diketahui oleh segenap insan.
Tujuannya adalah agar tidak salah memandang atau menilai orang lain.
Karena jika cara pandangnya salah terhadap orang lain, maka yang terjadi adalah kehadiran sikap berburuk sangka kepada orag lain dan memandangnya lebih rendah dari diri sendiri. Atau memandang diri sendiri dengan cara tidak baik akan menimbulkan rasa bangga atau sombong.
Sayidinna Ali bin Abi Thalib sahabat sekaligus sepupu Rasulullah ﷺ pernah berkata. "Jadilah manusia paling baik di sisi Alloh ﷻ. Jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu."
Sahabat-sahabatku.....
Berikut ini pesan-pesan dari Syekh Abdul Qodir Jaelani yang bisa kita renungkan:
"Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu: "Boleh jadi dia lebih baik di sisi Alloh ﷻ daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya."
"Jika dia orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya dari pada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu: "Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Alloh ﷻ sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku."
Bila dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati: "Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Alloh ﷻ daripada diriku."
Jika dia orang yang alim, maka katakan dalam hatimu: "Orang ini telah diberi oleh Alloh ﷻ sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa kudapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya."
Bila dia orang yang bodoh, katakan ada dalam hatimu: "Orang ini durhaka kepada Alloh ﷻ karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada-Nya padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Alloh ﷻ akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Alloh ﷻ akhiri (apakah dengan khusnul khatimah atau dengan su'ul khatimah)."
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
1. Bu, bagaimana mencegah agar kita tidak terjebak dalam prasangka negatif?
2. Dan kenapa ya bu kita itu kalau belum pernah kenal itu selalu melihat dari luar, penampilan atau casingnya saja?
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
1. Manusia itu memang lebih cendrung kepada pemikiran negatif, begitu mudahnya hal-hal negatif itu masuk kepikiran. Bagaimana supaya tidak melulu berfikir negatif? Latihlah dengan melihat dan mengingat hal-hal positif yang pernah dialami. Disaat pikiran negatif keluar, segera alihkan ke pikiran yang positif. Memang terasa berat, tapi perlahan-lahan akan bisa, banyak keuntungan yang bisa didapat dari berpikir positif, termasuk meningkatnya imunitas tubuh, dan menghilangkan rasa sombong.
2. Karena otak akan membaca apa yang dia temukan saat itu saja, yang mampu menyelami itu adalah hati, bagaimana hati bisa menyelami jika belum mengenal? Peribahasa "don't judge a book by its cover" tentunya bisa kita renungkan, karena keseringan kita salah dalam menjudge seseorang ataupun sesuatu disaat pertama kali bertemu. Jangan menduga-duga, jangan berprasangka.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Dwi ~ Bondowoso
Assalamualaikum bunda...
Luar biasa hebat ya bunda kalau kita bisa memandang sesuatu selalu dari segi positif.
Namun hati kecil ini terkadang sering masih terselip prasangka-prasangka negatif. Kalau seperti ini masih dalam batas kewajaran tidak bunda?
Kata orang lebih baik waspada daripada nanti celaka atau kenapa-napa.
Maturnuwun atas jawabannya.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Waspada itu wajib mba Dwi, berpikiran positif bukan berarti bablas tanpa kewaspadaan.
Di awal-awal terbersit pikiran negatif itu wajar sekali, karena kita ini manusia biasa.
Tapi kita sering larut dengan pandangan kita terhadap orang lain, bahkan merasa diri lebih baik dari mereka. Ini yang tidak boleh, memandang sebelah mata orang terhadap lain.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Bun, bagaimana kalau orang lain yang memandang kita jelek?
🔷Jawab:
Jangan takut dengan pandangan jelek orang lain, selama kita melangkah di jalan yang benar. Buktikan saja bahwa kita tidak seperti pandangan dia dan tetaplah istiqomah di jalan kebenaran.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Frin ~ Surabaya
Bunda Irna mohon pencerahan.
Bunda, bila punya tetangga yang sangat pasif terhadap sekitarnya, bagaimana ya bun dalam menyikapinya?
🔷Jawab:
Tetap menjaga komunikasi dengan para tetangga meski mereka pasif. Karena hanya dengan komunikasi bisa membuka ruang untuk saling mengerti. Tapi jangan terlalu over, bermain dengan irama mereka yang cuek, jadi komunikasi diatur juga ritmenya, jangan menjadi tetangga yang menyebalkan karena lisan kita yang nyinyir.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Sahabat-sahabatku yang semoga dirahmati Alloh ﷻ...
Berpikir positif merupakan cara berpikir yang dihargai dalam ajaran Islam, dengan demikian manusia akan terbebas dari beban hidup dan problem traumatik yang pernah dialaminya.
Adapun salah satu indikator seseorang berprasangka baik pada Alloh ﷻ adalah sikap tawakkal. Berserah diri pada Sang Pencipta menjadikan dia tenang, tidak ada kekhawatiran karena percaya bahwa Alloh ﷻ akan memberinya kehidupan yang terbaik bagi dirinya.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar