OLeH : Bunda Heradini F., S. Psi
💎M a T e R i💎
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Segala puji bagi Alloh ﷻ atas segala nikmat iman, islam, sehat, sehingga pada malam hari ini bisa sharing dengan ummahat sholihah.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada uswatun hasanah baginda Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, para sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman, dan semoga kita mendapat syafaatnya di yaumil akhir, aamiin.
Syukron atas kesempatan yang diberikan, malam hari ini saya akan sharing tentang SIAP DAN AMANKAH PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI MASA PANDEMI INI?
"Pemerintah pada hari ini melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, kanwil atau kantor Kemenag untuk menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah di bawah kewenangannya," kata Nadiem Makarim di siaran YouTube Kemendikbud RI, Jumat (20/11/2020)
Berikut protokol kesehatan COVID-19 di lingkungan institusi pendidikan:
1. Jaga jarak minimal 1,5 meter.
2. Jumlah maksimal peserta didik per ruang kelas:
√ PAUD, 5 (dari standar 15 peserta didik).
√ Penduduk dasar dan menengah 18 (dari standar 36 peserta didik).
√ SLB 5 (dari standar 8 peserta didik).
3. Sistem pembelajaran bergiliran atau shifting.
~ Ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan.
4. Wajib pakai masker.
~ Masker kain 3 lapis.
~ Masker bedah sekali pakai.
5. Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
~ Opsi lain menggunakan hand sanitizer.
6. Tidak melakukan kontak fisik.
7. Menerapkan etika batuk atau bersin.
★ Adapun kondisi fisik yang perlu diperhatikan saat sekolah kembali tatap muka adalah sebagai berikut:
~ Sehat dan jika mengidap komorbid harus dalam kondisi terkontrol.
~ Tidak memiliki gejala COVID-19 termasuk pada orang yang serumah dengan warga sekolah.
~ Kantin tidak diperbolehkan buka.
~ Olahraga dan ekstrakurikuler tidak diperbolehkan.
~ Pembelajaran di luar lingkungan sekolah diperbolehkan dengan protokol kesehatan.
Catatan: Diperbolehkan jika kegiatan menggunakan protokol bersama, minimal menjaga jarak 1,5 meter dan tidak menggunakan peralatan bersama.
Gambar (ditulis ulang) di atas adalah keputusan bersama 3 menteri yang menetapkan untuk memulai pembelajaran di masa pandemi besok bulan Januari 2021.
Akhwati fillah penghuni room Bidadari Surga yang dirahmati Alloh ﷻ...
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah memperbolehkan belajar tatap muka di Tahun Akademik 2020/2021 atau awal Januari 2021. Meski diperbolehkan, tapi belajar tatap muka tidak diwajibkan kepada para siswa.
Kewenangan izin belajar tatap muka ada di tangan pemerintah daerah (Pemda), komite sekolah, dan orang tua. Ketiga komponen ini menjadi kunci utama, ketika sekolah di setiap daerah membuka kembali belajar tatap muka.
"Keputusan ada di Pemda, komite sekolah, dan orang tua. Mereka yang menentukan, bukan SKB Menteri lagi," kata Nadiem lewat konferensi pers secara daring, seperti ditulis Sabtu (21/11/2020).
Sebelum membuka belajar tatap muka, sekolah harus menyiapkan terlebih dahulu mulai dari sekarang hingga akhir 2020, sehingga proses belajar tatap muka akan berjalan baik ketika kembali di buka di tahun depan.
Nadiem menekankan, untuk memulai belajar tatap muka, sekolah harus memahami syarat, fokus, dan porsi siswa, dan ketentuan yang harus dijalankan. Tujuan pelaksanaan ini, agar tidak terjadi penyebaran Covid-19 yang masif saat sekolah dibuka kembali.
🌸🌷🌸
Akhwati fillah...
Sekolah sudah melakukan pembelajaran daring sejak bulan maret tahun 2020 sampai sekarang. Tentu ada kendalanya.
Apa saja kendala yang dirasakan bunda-bunda di sini?
Ayo kita sharing...
🔹Paket internet bun
🌸Jadi jebol kuota kita ya...
Kalau Saya, sampai bela-belain pasang internet. Maklum ke-7 anak semua pulang dan semua daring.
🔹Pemahaman anak kurang.
🌸Benar sekali.
Beda kalau dijelaskan langsung oleh guru di depan kelas ya?
🔹Inggih Bu,
Apalagi mapel Matematik
🌸Apalagi mapel bahasa Jawa. Angkat bendera putih Saya mah...
🔹Bunda-bunda jadi ikutan belajar lagi.
🌸Jadi ibu sekaligus guru. Bikin darting tidak?
Kalau Saya berubah jadi dosen, guru sma, guru smp, guru sd, dan guru tk.
Semua anak berharap Saya bisa menguasai banyak hal.
🔹Iiyaaaa iyaa jadi multi talent ya, Nda.
🔹Iya ustadzah, tidak tahu perkembangan ponakan dan adik-adik di rumah seharian full kerja.
🌸Banyak kendala ya....
(1) Dari segi orang tua.
Banyak peran yang harus dimainkan.
Bagi ibu yang biasa di rumah, mereka berubah peran sebagai orang tua sekaligus guru.
Bagi ibu pekerja, lebih pusing lagi. Di rumah ada anak-anak, sementara kantor tetap menuntut masuk.
(2) Dari segi anak.
Anak akan kurang memahami materi pelajaran, meski guru sudah menerangkan berkali-kali. Untuk mapel yang teori-teori saja, mudah baca di google. Namun untuk mapel yang perlu otak atik rumus, pembiasaan, hafalan, dan lain-lain, mereka sangat kesulitan.
(3) Dari segi sarana dan prasarana.
Orang tua harus menyediakan berbagai fasilitas belajar. Terutama kuota untuk membantu kelancaran belajar. Beli hp sejumlah anak (Saya sampai beli hp 7), karena mereka belajar pada saat bersamaan dan tidak mungkin gantian hp.
Untuk keluarga mampu, tidak masalah. Namun bagaimana dengan keluarga terdampak.
Banyak bantuan, tapi tidak semua tercover dengan baik.
Intinya adalah terjadi penurunan kualitas anak didik. Orang tua yang mulai pening mendampingi anak belajar. Anak yang mulai jenuh disuruh stay at home.
Dan banyak kendala lainnya.
Bumi memang sedang berduka.Dan pandemi ini entah kapan berakhir.
Melihat ini semua, 3 menteri berdiskusi untuk memulai pembelajaran tatap muka mulai semester 2 tahun pelajaran 2020/2021.
Dan melihat semakin banyak nya penderita covid 19, mulailah orang tua ketar ketir antara ingin memasukkan anak ke rimba raya pendidikan sekolah atau malah makin ingin anak di rumah.
Bagaimana dengan bunda?
🔹Biar dirumah dulu, Bu Din.
🌸Iya mba.
Apalagi setiap hari ada berita duka.
Orang-orang yang mulai berguguran. Dan orang-orang itu berasal dari lingkungan sekitar kita.
🔹Takut anak tidak bisa kontrol diri pada prokes.
🌸Jawa tengah menempati kasus tertinggi dalam penyebaran covid dalam 1 bulan ini.
Dan di kota Saya, Rembang, yang kecil mungil. Rumah sakit mulai penuh. Sudah dibuka 10 ruang isolasi dengan kapasitas 9-10 orang dalam satu ruangan, tetap tidak bisa mengatasi jumlah penderita. Apalagi di kota lain.
Memang mas menteri membuat kebijakan ketat dengan akan dibukanya belajar tatap muka.
Diantaranya adalah tentang syarat sekolah.
Belajar tatap muka di sekolah sudah diperbolehkan, hanya saja harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini.
1) Ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan, seperti toilet bersih dan layak, sarana cuci tangan pakai sabun dengan air yang mengalir atau hand sanitizer, dan disinfektan.
2) Mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Kesiapan menerapkan wajib masker.
4) Memiliki thermogun.
5) Memiliki pemetaan siswa sekolah yang memiliki komorbid tidak terkontrol, tidak memiliki akses transportasi yang aman, dan memiliki riwayat perjalanan dari daerah dengan tingkat risiko Covid-19 yang tinggi atau riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi Covid-19, dan belum menyelesaikan isolasi mandiri.
6) Mendapatkan persetujuan komite sekolah atau perwakilan dari orang tua maupun wali.
Selain itu, mas menteri juga mengajukan syarat tentang porsi siswa.
Ketentuan porsinya seperti di bawah ini:
√ Siswa yang belajar tatap muka di sekolah PAUD hanya diperbolehkan hanya sebanyak 5 orang, dari biasanya berjumlah 15 orang.
√ Siswa yang belajar tatap muka di sekolah pendidikan dasar maupun menengah sebanyak 18 orang, dari biasanya maksimal mencapai 36 orang.
√ Siswa yang belajar tatap muka di sekolah SLB sebanyak 5 orang, dari biasanya maksimal mencapai 8 orang.
🌸🌷🌸
Akhwati fillah....
Setelah mas mentri membahas syarat, fokus, dan porsi belajar tatap muka di sekolah, kini harus memahami ketentuannya. Karena, kehidupan saat ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Untuk itu, bagi siswa dan guru yang ingin aktif kembali belajar tatap muka di sekolah, harus memahami beberapa ketentuan sebagai berikut ini:
~ Jaga jarak minimal 1,5 meter.
~ Sistem belajar tatap muka dilakukan bergiliran (shifting), ditentukan oleh masing-masih pihak sekolah.
~ Menggunakan masker kain tiga lapis atau masker sekali pakai (masker bedah).
~ Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer.
~ Menerapkan etika batuk atau bersin.
~ Siswa atau guru harus sehat dan tidak mengidap komorbid.
~ Tidak memiliki gejala Covid-19, termasuk pada orang yang serumah dengan siswa maupun guru.
~ Kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga tidak diperbolehkan.
Orang tua sudah tidak boleh menunggu siswa di sekolah, istirahat di luar kelas, maupun acara pertemuan orang tua murid.
Kemudian kembali lagi pada kita, sebagai orang tua murid, terutama orang tua yang memiliki anak usia kb, tk, sd kelas dasar, siapkah.......?????
🔹Masih ragu bund,
Beberapa waktu lalu sempat turun drastis, tapi seminggu sebelum pilkada meningkat lagi.
🌸Benar. Ini belum lagi kalau akhir tahun ya....
Makin banyak yang liburan. Makin malas orang-orang mengikuti protokol kesehatan.
🔹Sekarang saja sudah pada berani mudik bunda.
Apalagi anak-anak sudah selesai ujian semester, pada berpikir bisa liburan selesai ujian, banyak juga para orang tua yang mengajak anaknya berlibur keluar kota.
🌸Benar. Tuh mobil-mobil plat luar kota sudah berjejeran di jalan. Apalagi kota yang tidak menerapkan sistem psbb.
Banyak yang merasa bebas untuk keluar masuk.
🔹Mungkin karena kotanya kategori aman jadinya longgar ya, Bun.
🌸Benar, atau mungkin juga sudah capek. Orang sudah mulai bosan disuruh-suruh pakai masker, semprotan, dan lain-lain. Beda ketika pandemi pertama dulu.
Langsung kota sunyi senyap.
🔹Di Balikpapan sendiri alhamdulillah masyarakatnya punya kesadaran sendiri Bunda, hanya segelintir orang yang bandel.
Termasuk teman terdekat Saya yang minggu kemarin sekeluarga baru pulang liburan dari Jakarta, eh minggu ini dia mengirim anaknya pergi liburan lagi ke Kalsel.
Ada juga yang mengirim anaknya liburan ke Jatim, terus ada juga yang sekeluarga ke Jateng. Saya sendiri merasa bagaimana gitu Bund, sedih lihat tim medis yang benar-benar sangat lelah bahkan satu persatu kehilangan keluarganya.
🌸Di Rembang, masyarakat pedesaan yang jauh aksesnya dari kota malah tenang. Tetap kumpul-kumpul dan tidak pakai masker.
Kemarin Saya baru datangin resepsi pernikahan teman di desa. Auto kaget lihat orang pada kumpul-kumpul di resepsi pernikahan tidak pakai masker dan bergerombol.
Kami yang datang dengan masker dan tidak mau salaman malah dipandang aneh dari atas ke bawah.
Hey helllooowww
🔹Astaghfirullah.
Di sini tanggal 5 kemarin ada resepsi pernikahan, digelar di gedung, pengantin tanpa pakai masker, tanpa pakai sarung tangan dan ternyata pengantin wanita yang seorang bidan magang positif covid, jadi tanggal 12 ini semua tamu yang hadir harus swab.
🌸Semoga sehat semua ya. Hasil swabnya negatif.
🔹Jujur hal ini membuat kami geram sekaligus membuat kami makin ragu untuk izinkan anak-anak masuk sekolah tatap muka.
🌸Di sini ada 3 keluarga yang meninggal berturut-turut dalam 12 hari karena covid.
Pertama, anak nomor 2. Lanjut anak nomor 4. Lanjut bapaknya.
🔹Ya Allah
🌸Malam ini satu desa. Tetanggaan. Satu meninggal jam 3. Satunya meninggal jam 5.
🔹Tapi si pengantin ini dari tanggal 24 November sudah terkonfirmasi positif Bunda, harusnya masih isolasi sampai tanggal 8 desember karena OTG, dia izin isolasi mandiri dan ternyata malah gelar acara pernikahan.
🌸Ya Allah...
Tidak takut menularkan ya....
🔹Itulah Bunda yang bikin kami geram, bahkan bapak walikota dan tim gugus tugas covid pun sangat geram, luar biasa egois, padahal dia nakes.
🌸Setiap hari ada saja penguburan covid.
Pernah 9 jenazah (5 pagi, 4 petang).
Kasihan nakesnya.
🔹Iya bunda, bayangkan acaranya di gedung, yang diundang segitu banyak dan pastinya yang datang bawa keluarga.
🌸Kok dapat ijin ya....
🔹Entahlah Bun, yang jelas dia ngakunya ke pihak DKK mau isolasi mandiri saja di rumah, ternyata menggelar acara pernikahan di gedung, padahal jelas hasil swab positif.
🌸Daerah mana Mbak
🔹Balikpapan - Kaltim, Bunda
🌸Tidak mau jaga diri dan jaga orang lain.
Tetangga sebelah yang perawat ngeluh.
Aduuuh....capek.
Mau sampai kapan ya Allah...
🔹Teman Saya dan keponakan Saya yang nakes juga, Bunda, kalau mau berangkat kerja seperti mau berangkat perang.
🔹Di Madura malah lebih parah, Bunda, acara nikahan dan lain-lain yang kategori berkelompok malah tidak ada yang pakai masker.
🌸Keren ini.
Berasa sudah kebal.
🔹Berasa covid tidak ada apa-apanya, Bund.
Kakak dan kakak iparnya teman Saya yang kebetulan tim medis juga dalam 3 hari suami istri meninggal, 2 anaknya isolasi di RS, hanya anak bungsunya yang masih 7 tahun yang negatif.
Anak sekecil itu packing baju sendiri, ngojek pergi ke rumah mbahnya.
🌸Ya Allah
🔹Kalau lihat pada bandel, pada kumpul-kumpul dengan mengabaikan protokol kesehatan rasanya sakit hati, Bund.
Semoga segera berlalu, mereka yang bandel segera sadar jika covid ini bukan main-main. Aamiin.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0️⃣1️⃣ Fatma ~ Pondok Kelapa
Saya meski di rumah memiliki mesin pembuat antiseptik dan air dengan antioksidan yang tinggi tidak berani takabur memberangkatkan anak ke sekolah.
Atas dasar apa ya Pak Menteri memberikan izin tatap muka dengan angka positif rate yang belum juga sampai di puncak?
🌸Jawab:
Subhanallah.
Bagus sekali inovasi ibu.
Menurut berita yang Saya baca, 3 menteri itu menelaah kondisi siswa dan orang tua selama masa pandemi. Sejak dilakukannya sistem daring bulan maret sampai sekarang.
Utamanya adalah kelelahan orang tua dan kejenuhan anak.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Devi ~ Balikpapan
1. Jika guru-guru persiapan di rapid. Bagaimana dengan siswa?
2. Memang banyak orang tua yang lebih setuju diadakan tatap muka di sekolah karena pusing ngajarin anak-anak. Apakah sepadan dengan dampaknya?
3. Jika si anak punya bakat penyakit asma, bagaimana tipsnya. Apakah lebih baik daring saja?
🌸Jawab:
1. Siswa pun harusnya di rapid setiap 10 hari sekali. Kendala lagi di dana. Karena sekali rapid perlu biaya sampai 150 ribu.
2. Sepertinya terlalu berani untuk melepas anak-anak ke ruang publik. Tapi kembali lagi pada "sudah pusing di rumah."
3. Anak dengan penyakit bawaan tetap bagaimanapun juga lebih baik di rumah. Dengan meminimalisir berada di kerumunan atau ruang publik.
🔹Jazakillah khair.
0️⃣3️⃣ Safitri ~ Banten
Iya sih bun kalau begini para orang tua juga diambang kebingungan yah, terus bun kan kalau anak SD namanya anak-anak yah kadang kan suka berbaur sama teman-teman terus disuruh pakai masker, lah kalau di sekolah sama teman-temannya ihhh maskernya lucu bagus, ingin coba deh tukeran yu waduhhh bagaimana itu.
🌸Jawab:
Jadinya tukeran virus deh. Belum lagi saling berbagi jajan dan permen lolipop.
Guru harus ekstra keras mengawasi anak tanpa lengah sedikitpun. Padahal guru bukan ultramen.
🔹Nahhh iya kan malah jadinya jadi ajang tukar-tukaran masker.
🌸Padahal makin ke sini makin menarik gambarnya ya...
🔹Iya bahkan sekarang orang berlomba-lomba bikin masker bervariasi yang menarik-menarik jadi pemakaian masker bukan untuk pelindung diri malah jadi buat fashion and matching sekarang mah, belum lagi buat anak-anak dibuat semenarik mungkin biar mereka pada mau pakai dan senang.
🌸Nanti bu gurunya juga pakai masker yang unyu-unyu.
Face shieldnya juga bergambar kartun.
Lucu-lucu ingin nangis.
🔹Iya bun, miris dengan negara sendiri tinggal di Indonesia itu bingung, serba salah sudah seperti lagu geisha.
Lalu siswa atau guru jadi carrier jika ada keluarga yang co morbid di rumah.
🌸Ini yang berbahaya. Nampaknya sehat, malah dia jadi OTG.
Dan sekarang ada peraturan baru di rumah sakitku, kalau orang sudah isolasi 2 minggu di rumah sakit, meski hasil swab masih positif, tapi keadaan umumnya baik, dia dipaksa untuk pulang. Isolasi mandiri di rumah. Karena banyak pasien yang antri mau masuk.
🔹Nah padahal kalau menurut saya kualitas guru-guru bisa dinaikkan dengan mengikuti kelas-kelas webinar pengajaran yang menarik. Lebih banyak bangun pendekatan ke siswa.
Kejadian di sekolah anak kami, SMK diminta menuliskan aspirasi tapi tidak satupun aspirasi yang dijalankan sekolah.
Terus siswa mau komunikasi kemana?
🌸Sebenarnya memang banyak langkah yang dilakukan pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas guru di masa daring ini. Namun kembali lagi pada kemauan dan kemampuan guru.
🔹Hehehe, kalau gurunya tidak naik maqomnya lalu berharap siswanya bisa adaptasi namanya apa ya.
Saya sampai jajan banyak training untuk menjaga kondisi di rumah.
Sarannya bagaimana, Bun. Apalagi senin ini mulai simulasi.
🌸Jaga kesehatan.
Patuhi protokol (cuci tangan, pakai masker, jaga jarak).
Jika merasa sakit meski hanya flu kecil, jangan memaksa masuk.
🔹Terkadang simulasi berbeda jauh dengan fakta. Meski jarak bangku sudah dijauhin. Pakai masker, tidak boleh pinjam meminjam alat tulis dan masker.
Anak-anak kan jiwanya beda dengan orang dewasa.
Apalagi kalau sakit tidak boleh nuntut apapun ke pihak sekolah.
🌸 Benar.
Ngatur orang dewasa saja syusyah, apalagi anak kecil.
Mereka secara alami ingin bermain. Banyak gerak.
Tiba-tiba harus anteng di kursi. Tidak boleh dekat-dekat teman.
Ampyuuuun...
🔹Kami merawat 1 tante penderita DM dan breast ca yang akhirnya meninggal positif co-19. Anak perempuannya pun ikut positif. Konsekuensinya kami ber-15 harus di swab termasuk anak bayi dan balita. Lalu keluarga harus mengungsi terpisah.
Saya masih merasakan kehilangan dan belum berani menaikan resiko dengan mengirim anak ke sekolah.
Karena efek tiktoknya.
Karena sulit menjaga sterilitasnya.
Karena ada keluarga yang co morbid.
Semoga hasil swab-nya negatif semua ya, Bunda.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Rata-rata orang tua kini ada dalam dilema. Antara tetap di rumah dan memasukkan anak ke sekolah mengingat kondisi yang makin tidak kondusif.
Dan dari pihak sekolah pun harus mengikuti persyaratan yang ketat. Bila telah mengikuti beberapa syarat, fokus, ketentuan, dan porsi seperti tertulis di atas.
Maka, Pemda, komite sekolah maupun orangtua sudah bisa menentukan siswa atau anaknya bisa belajar tatap muka atau tidak di sekolah.
Semoga ke depannya lebih baik lagi.
Mari kita berdoa bersama untuk bumi yang tengah berduka.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar