OLeH : Ustadz Tri Satya Hadi
💘M a T e R i💘
🌸HAKIKAT HIDUP & UJIANNYA
Segala puji bagi Alloh ﷻ Rabb semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, kepada keluarga, para sahabat dan yang mengikutinya dengan baik hingga hari pembalasan.
Sebelum memahami hakikat hidup, kita harus mengetahui tujuan kita hidup di dunia, tujuan manusia diciptakan didunia. Pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Disana, Allah Ta’ala berfirman,
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Adz Dzariyat: 56)
Dan apakah Alloh ﷻ sebagai sang Khalik membiarkan manusia yang Ia ciptakan begitu saja?, tentu tidak. Ibnu Qoyyim Al Jauziyah mengatakan, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak untuk beribadah kepada Alloh ﷻ, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya[?]” (Madaarijus Salikin, 1/98).
Jadi beribadah kepada Alloh ﷻ adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk. Makhluk tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan tanpa dilarang. Allah Ta’ala berfirman,
"Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?" (QS. Al Mu’minun: 115).
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?" (QS. Al Qiyamah: 36).
Manusia sebagai wakil Alloh ﷻ di muka bumi atau khalifatullah fil ardh terbagi menjadi dua kelompok besar.
★ Kelompok pertama adalah orang yang lebih mengutamakan kehidupan dunia, yang tidak percaya akan hari pembalasan, yang tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Mereka hanya mengejar kesenangan hidup dan kepuasan syahwat dunia yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa saja yang mereka inginkan, mereka tidak peduli dengan istilah halal dan haram. Kelompok inilah yang dimaksud Alloh ﷻ dalam surat al Insan ayat 27:
"Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat)."
Dan apa balasan bagi kelompok ini di akhirat,
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam Keadaan tercela dan terusir." (QS. Al-Israa':18)
★ Kelompok kedua adalah orang yakin bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan yang abadi diakhirat kelak sehingga mereka berhati hati dalam menjalani kehidupan dunia agar semua perbuatannya tidak membebani mereka kelak di akhirat. Mereka percaya pada Alloh ﷻ yang menguasai seluruh jagat raya, dan mereka yakin bahwa setelah kehidupan dunia ada kehidupan yang abadi diakhirat kelak. Firman Alloh ﷻ,
"dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (QS. Al Baqarah 4).
Mereka menjaga segala sesuatu yang diharamkan dan dihalalkan Alloh ﷻ. Mengapa? karena mereka yakin dan takut perbuatannya kelak akan dimintai pertanggungan jawab oleh Alloh ﷻ. Mereka inilah orang-orang yang beriman yang suka mengerjakan kebajikan, maka kelak Alloh ﷻ akan membalasnya surga-surga yang penuh kenikmatan. Alloh ﷻ berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan." (QS. Lukman:8)
“dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan seizin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam surga itu ialah "salaam" (QS.Ibrahim:23)
Dan masih banyak lagi nash-nash Al quran dan Hadits yang menjelaskan balasan kebaikan dan dan kenikmatan yang tak ternilai bagi orang-orang yang beriman di dunia.
Kebaikan, pahala, kenikmatan tak ternilai, surga, dan kehidupan yang kekal itulah hasil atau balasan bagi orang-orang yang beriman. Lantas dimana posisi hakikat hidup itu setelah kita mengetahui tujuan dan balasan akhir yang akan diperoleh. Posisi hakikat hidup bagi manusia adalah proses untuk mencapai tujuan hidup. Proses yang menempa perjalanan hidup manusia, proses yang menyaring orang-orang menjadi orang yang kafir atau orang beriman, menjadi orang yang lalai atau orang yang takwa. Proses itu disebut ujian. Sehingga hakikat hidup bagi orang (manusia) agar menjadi orang yang beriman ialah dengan lulus ujian-ujian yang diberikan oleh Alloh ﷻ di dunia.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut: 2)
Tentunya ujian ini berbeda beda setiap orang. Tergantung kadar keimanan seseorang.
🔷🌷🔷
Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
"Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
"Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” [HR. Tirmidzi]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya Al Istiqomah mengatakan,
"Cobaan yang semakin berat akan senantiasa menimpa seorang mukmin yang sholih untuk meninggikan derajatnya dan agar ia semakin mendapatkan ganjaran yang besar.”
Syaikhul Islam juga mengatakan,
"Alloh ﷻ akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.” [Qo’idah fil Mahabbah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 150, Maktabah At Turots Al Islamiy].
Al Munawi mengatakan dalam buku Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir,
“Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya.”
Al Munawi mengatakan pula,
“Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta. Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. … Dan masih banyak kisah lainnya.”
Semakin kuat iman, semakin berat cobaan, namun semakin Alloh ﷻ cinta. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Sesungguhnya balasan terbesar dari ujian yang berat. Jika Alloh ﷻ mencintai suatu kaum, maka Alloh ﷻ akan memberikan cobaan kepada mereka. Barangsiapa ridho, maka Alloh ﷻ pun ridho. Dan barangsiapa murka (tidak suka pada cobaan tersebut), maka baginya murka Allah.” [HR. Tirmidzi]
Ujian-ujian yang diberi Alloh ﷻ disesuaikan dengan kadar kemampuan masing-masing orang, firman Alloh ﷻ,
“Alloh ﷻ tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo′a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma′afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al Baqarah :286)
Dan ketika orang beriman berada di titik dimana ujian itu dirasakan sangat berat, maka jawabannya adalah dengan bersabar dan bersabar. Kenapa?, karena ganjaran bersabar adalah tanpa hisab dan mendapat kecintaan Alloh ﷻ. Ingatlah janji Alloh ﷻ,
"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah kerana bencana yang menimpa mereka di jalan Alloh ﷻ, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Alloh ﷻ menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran : Ayat 146)
Al Auza’i mengatakan bahwa ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.[Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 7/89]
🔷🌷🔷
Selanjutnya, ketika hakikat hidup itu adalah ujian maka orang beriman maka menjalani hidup dalah proses dari satu ujian ke ujian yang lainnya. Dan itu akan terus berlangsung sampai tiba saatnya kematian menjemput dirinya untuk kembali ke hadirat Allah Ta’ala. Hal ini secara jelas dan tegas Alloh ﷻ nyatakan dengan Firman-Nya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’: 35)
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2).
“Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar diantara kamu, dan akan Kami uji perihal kamu.” (QS. Muhammad: 31).
Dan Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya Alloh ﷻ akan menguji dan mencoba salah seorang di antara kamu dengan cobaan sebagaimana salah seorang kamu menguji kadar emasnya dengan api. Maka sebahagian mereka akan keluar dari ujian itu bagaikan emas kuning berkilat; maka itulah orang yang dipelihara Alloh ﷻ daripada bermacam syubhat. Dan sebahagian mereka akan keluar bagaikan emas hitam, dan itulah orang yang tergoda fitnah.” (HR. Thabrani)
Menurut beberapa ulama, setidaknya ada 7 (tujuh) ujian yang akan dihadapi orang beriman:
◼️Pertama, ujian berupa perintah Alloh ﷻ, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Alloh ﷻ menyembelih putra tercintanya bernama Ismail.
◼️Kedua, ujian larangan Alloh ﷻ, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman.
◼️Ketiga, ujian berupa musibah. Saat ini kita dihadapi ujian wabah pandemi covid, ketakutan akan virus tersebut, sakit, kematian menyelimuti kita. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.” (QS. Al-Baqarah: 155).
◼️Keempat, ujian nikmat, sebagaimana Alloh ﷻ jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7. “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah diantaranya yang terbaik perbuatannya.”
◼️Kelima, ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Alloh ﷻ), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Alloh ﷻ), maupun hasidun (dengki, iri hati).
◼️Keenam, ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Alloh ﷻ.
◼️Ketujuh, ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan atau negara.
Subhanallah, Alloh ﷻ amat sayang kepada kita. Alloh ﷻ tunjukkan cara menjawab ujian itu semua. “Dan minta pertolonganlah kamu dengan kesabaran dan dengan shalat, dan sesungguhnya shalat sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk tunduk jiwanya.” (QS. Al-Baqarah: 48).
Semoga kita dijadikan Alloh ﷻ, hamba-Nya yang lulus dari ujian. Aamiin.
Wallahu a'lam
(TSH_ditulis dan diambil dari berbagai sumber)
Kunjungi Blog : https://pijarpunbenderang.blogspot.com/
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0️⃣1️⃣ iiN ~ Boyolali
Assalamu'alaikum ustadz,
Bagaimanakah ustadz bila ada yang tidak mendapatkan ujian dari Alloh ﷻ? Dan menganggap semua yang terjadi memang kecintaan Alloh ﷻ terhadapnya, tapi ternyata kelakuannya banyak negatif nya.
Apakah Alloh ﷻ sudah tidak sayang, bila seseorang itu jarang mendapatkan ujian?
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Ujian bisa sebagai sarana naik kelas, dan semua orang beriman akan di uji. Diuji dengan kesusahan atau diuji dengan kesenangan, harta berlimpah, jarang mendapat kesulitan yang ujungnya dia bisa saja tidak lulus, merasa SOMBONG.
Bahkan bisa jadi istidraj,
Istidraj adalah kesenangan dan kenikmatan yang diberikan Allah Ta'ala kepada orang-orang yang jauh dari-Nya atau suka bermaksiat. Dalam pengertian lain Istidraj merupakan nikmat yang hakikatnya adalah hukuman dari Alloh ﷻ. Naudzubillah
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Riyanti ~ Yogja
Assalamualaikum wr.wb.
Ustadz, saya pernah membaca sebuah quotes begini.
"Seseorang itu akan diuji dititik lemahnya."
Mohon penjelasan statemen tersebut.
Syukron
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Manusia hamba yang lemah yang mengira-ngira, ini dan itu.
Statement itu bisa iya bisa tidak, namun yang pasti berdasar nash dalam alquran Al Baqarah: 286.
"Alloh ﷻ tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Bahwa ujian itu tidak mungkin tidak bisa dilewati, ujian itu sanggup dijalani, dalam kondisi selemah apapun itu.
Tinggal yakin tidak kita, optimis tidak kita. Disini perlu fondasi yang kokoh untuk setiap muslim.
Apa pondasinya, Qur'an dan sunnah.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Rustia ~ Bekasi
Assalamu'alaikum.
Ustadz, bagaimana membedakan ujian dengan hukuman Alloh ﷻ dengan diri kita?
Jazakallah atas penjelasannya.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Hanya kita dan Alloh ﷻ yang tahu itu ujian untuk orang beriman, atau hukuman (azab) untuk orang yang lalai atau bermaksiat.
Sepanjang kita dalam ketaatan, ibadah rajin, muamalah jujur dan amanah, dalam tuntunan Qur'an dan sunnah, yakinlah itu ujian untuk naik kelas.
Sebaliknya kita jauh dari tuntunan Islam, yakinlah itu azab.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Yulia ~ Bekasi
Assalamualaikum ustadz,
Bagaimana kiat dalam menghadapi ujian datang dan pergi silih berganti? Doa apa yang kita panjatkan dalam menghadapi ujian?
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Ingat ujian itu bagi orang Islam sarana menguji keimanan untuk naik kelas, ujungnya keberkahan, ketentraman dan ketenangan.
Menghadapi ujian perlu persiapan, latihlah dengan banyak dzikir, banyak tilawah, banyak ibadah sunnah, banyak doa dan sedekah.
Banyak doa sesuai Qur'an dan sunnah, diantaranya:
Allahumma la sahla illa maa ja'altahu sahlan, wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahlan.
Yang artinya: "Ya Allah tidak ada kemudahan kecuali apa yang engkau mudahkan. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya."
(Al hadits)
rabbanā lā tu`ākhiżnā in nasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil 'alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ 'alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa'fu 'annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā 'alal-qaumil-kāfirīn
Artinya: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Han ~ Jatim
Assalamu'alaikum,
Ustadz, bagaimana menghadapi, menjalani dan menyikapi ujian dari penguasa yang sangat dzolim pada rakyatnya?
🔷Jawab:
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu atau kekuasaanmu (bi yadihi); Jika tidak bisa, tegurlah dengan ucapan (bi lisanihi); Jika (tetap) tidak bisa, cukup dengan mendoakannya (bi qalbihi); dan yang demikian itulah lemahnya iman seseorang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
★ Kalau diposisi punya kekuatan, punya kuasa ubahlah dengan itu, makanya penting memilih pemimpin yang membela umat Islam secara total.
★ Jika hanya punya lisan, suarakan, yang di DPR, yang di pemerintahan, ulama, lembaga, perkumpulan, media, dan seterusnya, suarakan langsung atau tidak langsung.
★ Terakhir doa.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ Na ~ Semarang
Assalamualaikum warahmatullah Ustadz,
Kita sebagai umat muslim kan harus percaya bahwa ketika Alloh ﷻ menguji itu berarti karena kita mampu melewati.
Namun kadang kan ngeluh dengan cobaan yang tiada henti. Kadang baru saja ketawa ha ha hi hi. Tiba-tiba ada ujian yang menghampiri lagi.
Yang saya tanyakan, "Salah tidak sih, jika manusia santai saja sama ujian yang Alloh ﷻ berikan. Contoh: Diuji sakit. Kita sudah banyak istighfar, dzikir dan meminta kesembuhan. Juga sudah minum obat, tapi dalam hati berkata, santai saja. Semua bisa kelewat."
🔷Jawab:
MasyaaAllah. Bersabar, tawakkal dan yakin semua ada akhirnya, semua bisa selesai itu optimis yang luar biasa, sepanjang didalamnya selalu ada prasangka baik kepada Alloh ﷻ, lanjutkan ukhty.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
"Alloh ﷻ tidak membebani seseorang melainkan sesuai Kesanggupannya."
Yakinlah setiap ujian ada jawabannya, ada akhirnya, tetap berpegang pada Qur'an dan sunnah, insyaaAllah ujungnya kenikmatan yang luar biasa berupa surga-Nya.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar