OLeH: Ustadz Akhyar Al Banjary, S.Pd.I
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
SIFAT ORANG BERTAKWA
بِسْمِ اللهِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ.
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ.
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِّﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺂﺀً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗَﺴَﺂﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ.
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ. ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ.
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛
ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ، ﻭَﺷَﺮَّ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭِ ﻣُﺤَﺪَﺛَﺎﺗُﻬَﺎ، ﻭَﻛُﻞَّ ﻣُﺤْﺪَﺛَﺔٍ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ ﻭَﻛُﻞَّ ﺑِﺪْﻋَﺔٍ ﺿَﻼَﻟﺔٍ ﻭَﻛُﻞَّ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ.
Jamaah, Rohamani wa Rohamakumullah..
Antara sifat-sifat orang yang bertaqwa yang disebutkan Allah Subhanahu Wata’ala terdapat dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat: 15-19.
إنَ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ. ءَاخِذِينَ مَآءَاتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ. كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ الَليْلِ مَايَهْجَعُونَ. وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ. وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقُّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah Subhanahu Wata’ala) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta.”
Merujuk kalam Ilahi di atas dapat kita ambil pelajaran tentang kecerdasan majemuk yang melekat pada diri orang yang bertaqwa, yaitu : Kecerdasan Sosial, Kecerdasan Ruhaniah, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Finansial.
🔹Pertama: Kecerdasan Sosial
Ditandai dengan selalu berbuat baik kepada orang lain karena ia yakin kebaikan itu kembali kepada dirinya sendiri, tanpa salah alamat.
إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذلِكَ مُحْسِنِينَ.
“Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik.”
Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah, rajinnya ibadah ritual, tetapi harus diimbangi dengan hablun minannas. Shalat dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan kepada kita untuk menjaga keseimbangan dan kesinambungan hubungan vertikal dan horizontal. Manusia yang terbaik adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain (al Hadits). Manusia yang paling baik adalah manusia yang bergaul (lebur) dengan manusia lain dan sabar atas gangguan mereka (al Hadits). Orang yang baik adalah yang sholih ritual dan sholih sosial. Sholihun linafsihi wa sholihun lighoirih (sholih untuk dirinya dan sholih untuk orang lain).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al Hajj : 77)
Spirit untuk berbuat baik tidak akan pernah padam, hingga ajal menjemput. Karena ia yakin pasti mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Subhanahu Wata’ala. Dan balasan itu akan dia panen baik secara kredit ataupun kontan. Secara langsung maupun tidak langsung. Di dunia ini dan di akhirat kelak.
Ada dua kunci untuk sukses bergaul (bermuamalah) – interaksi yang mengandung hitung-hitungan materi – dan bermu’asyarah – interaksi yang menonjolkan ruhani – dengan orang lain. Pertama, Salamatush Shadr (dada selamat atau steril dari penyakit serakah, sombong dan dengki). Kedua, Al-Itsar (mengutamakan atau mendahulukan orang lain dalam urusan dunia). Dua rumus itulah yang dapat menyederhanakan perbedaan dan menonjolkan umat Islam pertama di Madinah. Antara kaum Muhajirin (penduduk Makah yang hijrah) dan Anshar (penduduk Madinah yang mukim, siap menolong saudaranya yang berhijrah).
🔹Kedua: Kecerdasan Ruhaniah
Ia giat dan mudawamah (terus-menerus) dan istiqomah (konsisten) melaksanakan qiyamullail atau shalat malam.
انُوا قَلِيلاً مِّنَ الَّيْلِ مَايَهْجَعُونَ
“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.”
Artinya, orang yang bertaKwa adalah orang yang rajin shalat malam atau shalat tahajjud (melepaskan selimut) untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Itulah sebabnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam menginformasikan kepada shahabatnya bahwa bangun malam adalah prilaku dan kebiasaan rutin (kultur) orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Subhanahu Wata’ala, membentengi diri dari perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit dalam tubuh.
Dengan shalat lail kita bermuhasabah dan menyadari bahwa betapa banyak persoalan kehidupan ini yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan menonjolkan ikhtiar lahiriyah dan kecerdasan intelektual. Kita menyadari keterbatasan kapasitas diri kita. Dan kita merendah di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala yang Maha Kuat dan Maha Perkasa. Dan Maha Memiliki segala yang diperlukan hamba-Nya.
Subhanallah (Maha Suci Allah), bukankah kita seringkali tidak berhasil mengendalikan panca indra kita dari perbuatan maksiat. Kita lemah menjaga mulut, pikiran, hati, pendengaran, untuk selalu terkontrol. Al Hamdulillah (Segala puji hanya milik Alloh ﷻ).
Alangkah banyak karunia yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala baik nikmat lahir ataupun nikmat batin. Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Betapa kecil ilmu, harta, kekuasaan, dan pengaruh kita. Seringkali apa yang kita miliki tadi tidak berdaya menyelamatkan kita dari mara bahaya. Laa haula wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan kekuatan kecuali Alloh ﷻ). Betapa tidak berdayanya diri kita. Menahan ngantuk saja tidak mampu. Mencukur rambut saja tidak dapat mandiri. Laa Ilaaha Illallah (Tidak ada yang patut disembah dan di ibadahi kecuali Alloh ﷻ). Dengan memperbanyak kalimat tasbih, hamdalah, takbir, dan tahlil, mudah-mudahan keimanan menghunjam di dalam hati kita. Dengan media shalat malam mendidik seluruh anggota tubuh kita untuk tunduk kepada Allah Subhanahu Wata’ala secara serentak.
🔹Ketiga: Kecerdasan Emosional
Ia selalu muhasabah dengan memohon ampun (beristighfar) kepada Allah Subhanahu Wata’ala di waktu sahur (di penghujung malam). Orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi diri dan beramal untuk kehidupan sesudah mati. Dengan banyak muhasabah, hisab di akhirat lebih ringan. Karena ia selalu minta ditutupi, dihapus kelemahannya oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
Semakin banyak mengucapkan kalimat istighfar sepatutnya makin banyak kelemahannya yang dihapus. Sehingga yang menonjol adalah kebaikannya (sisi positif).
وَبِاْلأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Mereka beristighfar di waktu sahur. Waktu sahur ini memiliki keutamaan dan kemuliaan karena ia termasuk sepertiga malam terakhir."
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam pernah bersabda :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ رواه البخاري( كتاب التوحيد/6940) ومسلم ( صلاة المسافرين/1262)
“Allah Subhanahu Wata’ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir masih tersisa. Kemudian Dia berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni.”
Orang yang memiliki kecerdasan emosional hatinya mudah empati melihat penderitaan orang lain, dan mudah menerima kebenaran orang lain. Maka ia berjiwa besar. Berjiwa permadani. Dapat menampung semua karakter manusia. Dan jauh dari sikap kerdil. Berbagai penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional penentu keberhasilan hidup seseorang.
🔹Keempat: Kecerdasan Finansial
Ia senang berbagi dan memberi orang-orang yang membutuhkannya.
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta.”
Maksudnya, ia gemar bersedekah dan memberikan sebagian rezeki yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala kepadanya untuk orang lain yang membutuhkan. Ia yakin dengan memberi sesungguhnya akan mendapatkan atau memperoleh. Allah Subhanahu Wata’ala akan menggantinya dan melipatgandakannya. Orang inilah yang bermental kaya. Sebaliknya, orang yang simpanannya banyak, tetapi merasa kurang terus, sehingga ia dihinggapi penyakit thoma’ (rakus), sesungguhnya ia bermental miskin. Semakin menumpuk kekayaan yang dimilikinya bagaikan minum air laut, semakin diminum semakin haus.
Orang bertakwa tidak terjangkiti penyakit materialis. Yaitu, ketika memberi selalu mempertimbangkan untung atau rugi. Ada maksud tersembunyi dibalik pemberiannya itu. Ia khawatir jika ia memberi, jatuh miskin. Takut hartanya berkurang. Ia tidak percaya bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang melapangkan dan menyempitkan rezeki seseorang.
Demikian di antara sifat orang bertaqwa yang dijanjikan Allah Subhanahu Wata’ala sebagai balasan sesuai dengan apa yang telah dikerjakan selama mereka hidup di dunia. Kenikmatan yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas oleh manusia.
Semoga kita dan keluarga kita dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk mengikuti jejak Ahlul Jannah, penghuni surga. Aamiin ya Rabbal ‘Alaamiin.
Wallahu a'lam.
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kiki ~ Dumai
Ustadz, bagaimana caranya atau tipsnya untuk bisa mendapatkan keempat kecerdasan tersebut, Ustadz?
🌸Jawab:
Pertanyaan yang bagus. Ada waktu yang sangat strategis untuk melatih diri untuk bisa mendapatkan keempat kecerdasan tersebut, yaitu di bulan Ramadhan.. Karena di bulan Ramadhan kaum muslimin berpuasa, dan dalam puasa kita berlatih untuk berlomba-lomba berbuat kebaikan, mengendalikan emosional dan hawa nafsu, bukan hanya meninggalkan yang haram, yang halal pun kita kendalikan. Di bulan Ramadhan pula banyak orang berlomba-lomba bersedekah, membukakan orang berpuasa.
Wallahu a'lam.
0️⃣2️⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, perihal pemikiran pendidikan anak, Tadz, suami ingin negeri dan saya pribadi ingin swasta atau mondok dari usia dini, sedangkan negeri dan swasta dari segi biaya berbeda. Bukan Saya yang sedang berperang dengan logika keadaan. Tapi suami saya seolah menantang dengan apa yang keluar dari lisan. Tidak sinkron dengan hati dan pola pikirnya, Tadz.
Hanya takut "tidak mampu" sedangkan hal demikian belum dia lakukan.
Mohon penjelasannya, Tadz.
Afwan sedikit curhat.
🌸Jawab:
Kalau memang ingin punya anak soleh yang menjadi investasi akhirat, pola pendidikannya sudah Alloh ﷻ ajarkan dalam surah Luqman.
Luqman Al-Hakim adalah sosok teladan dalam mendidik anak. Keteladanan Luqman Al-Hakim dalam mendidik anak ini telah diabadikan dalam Al-Qur’an Al-Karim agar menjadi contoh dan pedoman bagai umat sesudahnya dalam mendidik anak sebagai amanat sekaligus anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara nasihat Luqman yang terdapat dalam surah Luqman ialah:
~ Jangan mempersekutukan Alloh ﷻ (QS. Luqman: 13).
~ Berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya (QS. Luqman: 14).
~ Sadar akan pengawasan Alloh ﷻ (QS. Luqman: 16).
~ Dirikan Sholat (QS. Luqman: 17).
~ Perbuat kebajikan (QS. Luqman: 17).
~ Jauhi kemungkaran (QS. Luqman: 17).
~ Sabar menghadapi cobaan dan ujian (QS. Luqman: 17).
~ Jangan sombong (QS. Luqman: 19).
Tidak masalah mau di sekolah kan di negeri atau di swasta, yang penting orang tua memperhatikan pola pendidikan ini. Maka apapun profesinya nanti, selama bermanfaat dan taat kepada Alloh ﷻ tidak masalah. Karena pendidikan dari orang tua sangat berperan. Lebih bagus lagi jika sekolahnya sekolah Islami. Dengan teman bergaul dan lingkungan yang taat, karena itu juga akan berpengaruh. Tapi suami istri harus satu persepsi. Bisa ajak suami dengarkan ceramah di YouTube tentang parenting Islam.
Wallahu a'lam.
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Saya hanya ingin mengingatkan, bahwa apapun ikhtiar yang kita lakukan, jika diniatkan karena Alloh ﷻ itu akan bernilai pahala di sisi Alloh ﷻ. Terlebih lagi itu berkaitan dengan ibadah. Jangan ada cita rasa dunia, karena ibadah itu untuk kesuksesan akhirat, bukan kesuksesan dunia. Karena jika dengan beribadah kita akan hidup enak, harusnya orang kafir itu menderita, ternyata tidak. Mereka justru konglomerat. Intinya jika tidak lillah, pasti lelah dan sia-sia. Ikhlas itu jika dilakukan karena Alloh ﷻ.
Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar