OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸BASYARIYAH DAN GHAIB
Secara bahasa, a'radhul basyariyah berarti sifat yang biasa terdapat pada manusia. Artinya, satu-satunya sifat jaiz yang dimiliki rasul tersebut adalah kesamaan sifat rasul dengan manusia biasa.
Namun, sifat-sifat tersebut tidak lantas mengurangi martabat Nabi dan rosul yang mulia. Hal ini dikarenakan para rasul ma'shum (terpelihara) dari segala perbuatan maksiat.
Kebolehan ini meliputi sifat-sifat manusiawi seperti, makan, minum, tidur, dan beristri.
Mengenai sifat a'radhul basyariyah bagi rasul dijelaskan dalam surat Al Furqan ayat 20,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
"Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Muhammad), melainkan mereka pasti memakan makanan dan berjalan dipasar-pasar. Dan Kami jadikan sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? Dan Rabbmu Maha Melihat."
Selain a'radhu basyariyah, para rasul juga memiliki sifat wajib yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat yang wajib dimiliki para rasul adalah sebagai berikut,
✓ Siddiq, artinya benar. Seorang rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatan.
✓ Amanah, artinya dapat dipercaya. Mereka dapat dipercaya untuk menyampaikan seluruh pesan yang diperintahkan oleh Alloh ﷻ, tanpa ditambah atau dikurangi.
✓ Tabligh, artinya menyampaikan wahyu. Seorang Rasul adalah penyampai wahyu Alloh ﷻ kepada manusia. Sekalipun untuk menyampaikannya sangat pahit, bahkan mendapat rintangan berat.
✓ Fathanah, artinya cerdas. Dengan kecerdasannya mereka dapat memberikan keterangan secara benar sehingga manusia dapat mengerti dan memahami hal yang diajarkan.
Para salafuna ash-shalih mengagungkan wahyu dan hadis-hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dengan alam gaib. Hal ini harus diteladani kaum mukminin agar akidahnya selamat dari berbagai penyimpangan.
Imam Abu Ja’far ath-Thahawi menegaskan: “Kita mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang berhak di adzab, kita mengimani adanya pertanyaan kubur oleh Munkar dan Nakir tentang Rabb, din dan Nabi-Nya sebagaimana kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, semoga keridhaan Alloh ﷻ tercurah bagi mereka. Kita mengimani adanya hari kebangkitan dan pembalasan amal pada hari kiamat, kita mengimani al-‘ardh (pemaparan seluruh perbuatan hamba), hisab (perhitungan amal), pembacaan kitab (catatan amalan), ganjaran dan siksaan serta shirath dan mizan.” (Dikutip dari terjemahan kitab Aqidah ath-Thahawiyah, hlm. 38)
أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيْهِ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ. (رَواه ابنُ حِبَّانَ والترمذيُّ في جامِعِه
Artinya : Sesungguhnya Rasulullâh ﷺ bersabda: "Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba di hari kiamat sehingga ditanya dengan empat macam, yaitu: (1) tentang umurnya habis digunakan untuk apa, (2) jasadnya rusak digunakan untuk apa, (3) ilmunya bagaimana mengamalkannya, (4) hartanya dari mana mencari dan kemana membelanjakannya." (HR. Ibnu Hibban dan At Tirmizi).
Pelajaran yang terdapat pada hadits di atas :
1. Rasûlullâh ﷺ sudah mengingatkan umat manusia sejak zaman dahulu mengenai empat perkara yang harus dipertanggungjawabkan pada hari kiamat.
2. Besuk di hari hisab seseorang tidak bergerak dari tempat tinggalnya sampai ditanyakan 4 perkara, yaitu :
1) Tentang umurnya.
Sejak baligh digunakan untuk apa sampai mati, bila digunakan untuk melaksanakan apa yang diwajibkan oleh Alloh ﷻ dan menjauhi apa yang diharamkan-Nya maka sungguh ia telah selamat, bila tidak maka hancurlah.
2) Tentang jasad atau badan.
Bila digunakan untuk taat kepada Alloh ﷻ. Sungguh ia telah mendapatkan kebahagian dan kesuksesan bersama orang-orang yang sukses tetapi bila digunakan untuk maksiat kepada Alloh ﷻ maka sungguh termasuk orang yang merugi dan gagal.
3) Tentang ilmunya.
Apa yang diamalkan atau ditanya, apakah kamu perbuat belajar ilmu agama yang Alloh ﷻ telah wajibkan atasmu? Ilmu agama ada dua, Ilmu agama yang sangat dibutuhkan atau dhoruri bila dipelajari dan diamalkan maka akan bahagia dan selamat. Bila diremehkan tidak diamalkan setelah dipelajarinya maka akan rugi, celaka dan hancur.
Demikian juga orang yang tidak mempelajarinya termasuk dari orang yang rugi dan hancur.
Dalam sebuah riwayat disebutkan:
وَيْلٌ لِمَنْ لَا يَعْلَمُ، وَوَيْلٌ لِمَنْ عَلِمَ ثُمَّ لَا يَعْمَلُ.
"Celakalah bagi siapa tidak mengerti, dan celakalah bagi yang mengerti kemudian tidak mengamalkan."
4) Tentang hartanya.
Seseorang ditanya di hari kiamat apa yang ada di tangannya dulu di dunia, bila mencari dengan jalan tidak haram maka tidak dihukum dengan syarat harta itu dibelanjakan sesuai dengan apa yang disyari'atkan.
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Kholis ~ Bogor
Ustadz, yang ditanya tentang ilmu agama saja? Ilmu yang lain tidak?
~ Bagaimana kalau cuma cetek ilmu agamanya. Lebih banyak yang tidak diketahui.
~ Bagaimana dengan ilmu lain yang dipelajari apa tidak ditanya?
🌸Jawab:
Ilmu pengetahuan berada pada ilmu agama.
Dengan banyak belajar ilmu agama akan dalam pengetahuan ya menjadi ibadah dan beramal shalih.
Seluruhnya pasti akan ditanya dan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Bunda Ika ~ Bandung
Ustadz, apabila seseorang mempunyai dosa besar seperti berzina, membunuh dan lain-lain, apabila sudah bertaubat. Apakah kelak di Yaumil akhir dosa-dosa tersebut akan di hisab?
Ustadz, apakah semua dosa-dosa yang kita lakukan akan ditampakkan di depan semua manusia?
Syukron
🌸Jawab:
Bila taubatnya sungguh-sungguh, maka terhapus dosanya.
Hanya ditampakkan langsung masing-masing, karena sibuk dengan perbuatan masing-masing.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Beramal shalih dengan ikhlas mengapai ridho ilahi.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar