Jumat, 18 Oktober 2019
BERBUAT SESUKAMU
OLeH: Ustadz Syahrawi Munthe
💘M a T e R i💘
Assalamu'alaykum wr.wb.
Segala puji bagi Allah atas segala karunia-Nya. Sholawat dan salam kepada junjungan alam Rasulullah ﷺ.
InsyaAllah, tema kajian kita sore ini adalah BERBUAT SESUKAMU
Pada hakikatnya berbuat apapun boleh, apa saja dan sesuka hati. Di dunia ini, apa saja tersedia, silahkan lakukan apapun yang disukai. Tetapi semua itu akan ada balasannya. Toh, semua akan ada akhirnya. Engkau akan mati, demikian juga orang lain. Manusia tak ada yang kekal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ فَإِنَّكَ مَفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ شَرَفُ الْمُؤْمِنِ قِيَامُهُ بِاللَّيْلِ، وَعِزُّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ
“Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata: ”Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidakbutuhannya terhadap manusia.” (HSR. ath-Thabarani)
Sudah fitrah manusia, di hatinya ada dua potensi yang saling mendahului, yaitu potensi fujur (ingin selalu berbuat dosa) dan potensi takwa (ingin taat terus pada Alloh ﷻ). Mana yang mendominasi, tergantung referensi otak yang mengirim sinyal ke hati, lalu organ tubuh berkehendak untuk melakukannya. Jika potensi fujur yg kuat, maka ia akan dengan mudahnya berbuat dosa. Sebaliknya jika potensi taqwa yang kuat, juga akan dengan mudahnya berbuat amal shalih.
Referensi orang-orang shalih adalah ketaatan. Mereka tahu apa yang harus dilakukan untuk kehidupannya. Termasuk mempersiapkan diri mudik ke kampung halamannya yaitu surga. Sedang referensi orang-orang fujur, adalah lautan kelalaian dan kemaksyiatan kepada Alloh ﷻ. Seringkali tak sadar dengan diri sendiri, dan lupa kampung halaman. Itulah penyebab mereka melakukan apapun di dunia. Firman Alloh ﷻ :
وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۖ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ ۖ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا ۚ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (QS. 10 : 27)
Semoga kita selalu berbuat yang terbaik, bukan berbuat semaunya. Tidak juga berbuat sekehendak hati, tetapi berbuat amalan-amalan yang mendekatkan diri pada Allah dan menambah bobot pahala di akhirat kelak.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Bila ~ Tegal
Assalamualaikum warrahmatulloh,
Saya kadang sering khilaf, tiba-tiba hati saya memiliki keinginan untuk menyombongkan diri atas keberhasilan saya lewat status di medsos, tapi seketika saya sadar kalau itu bukan hal yang baik jadi saya urungkan niat dan beristighfar. Apa itu sudah tercatat sebagai dosa untuk saya? Saya sering sekali punya niat begitu, tetapi alhamdulillahnya tidak jadi!
Terimakasih ustadz
🌷Jawab:
Wa'alaykumussalam wr.wb.
Sesuatu yang tidak baik, penyakit hati atau perbuatan maksyiat yang terlintas dalam hati, maka harus segera di redam. Ketika itu, lintasan hati untuk menyombongkan diri belumlah jadi dosa. Karena itu, istighfar saja, semoga Allah ampuni.
Wallahu'alam
0⃣2⃣ Rustia ~ Bekasi
Assalamu'alaikum wr.wb.
Ustadz, bagaimana hubungannya antara fujuur dan taqwa dengan takdir manusia?
🌷Jawab:
Wa'alaykumussalam wr.wb.
Fujur dan taqwa adalah potensi-potensi yang ada dalam jiwa manusia. Potensi-potensi ini akan membesar jika ia dipupuk.
Maka siapa yang memupuk amalan ke arah kemaksyiatan, kelalaian dan kesia-sia, maka sesungguhnya sedang menumbuhkan sikap fujur dalam jiwanya. Sehingga jadilah pendosa.
Sebaliknya siapa yang memupuk amalan shalih maka sesungguhnya ia sedang menumbuhkan sikap taqwa. Jadilah ia hamba yang bertakwa. Maka fujur dan taqwa adalah pilihan-pilihan dalam jiwa. Maka setiap kita hendaklah memilih jalan ketaqwaan sekalipun berat dilaksanakan agar jadi hamba-hamba Allah yang shalih.
Takdir itu sesuai dengan pilihan-pilihan kita dalam hidup. Siapa yang memilih jalan taqwa, maka Allah mudahkan ia ke jalan tersebut dan sebaliknya.
Wallahu'alam
0⃣3⃣ Safitri ~ Banten
Assalamualaikum ustadz
Kan berbuat sesukamu, nah kadang disaat kita sudah berbuat atau mengerjakan sesuatu atas dasar diri kita tapi itu tidak sesuai atau dianggap jelek sama orang lain sikap dan pembelaan seperti apa yang kita lakukan ustadz?
Satu lagi ustadz ketika kita di perintah suruh mengerjakan sesuatu tapi kita tidak mau karena kita itu tidak bisa dan malas ngerjainya kalau bukan dari hati walaupun dikerjain jugakan sambil ngedumel nah itu bagaimana itu dosa kah?
Makasih
🌷Jawab:
Wa'alakumussalam,
'Berbuat sesukamu' dalam materi tersebut sesungguhnya adalah analogi saja. Bukan anjuran. Artinya ketika seseorang berbuat apapun maka ia bertanggung jawab atas pahala dan dosanya.
Manusia punya pilihan, bebas melakukan apa saja asal dia siap menerima resikonya. Jika itu perbuatan baik dan shalih, maka tidak perlu khawatir degan sikap orang lain pada kita. Karena kita berbuat amalan shalih untuk diri kita dan agar dapat ganjaran dari Allah, bukan dari manusia.
Wallahu'alam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar