OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸MEMBENTENGI ANAK DARI SIFAT KONSUMTIF
بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد
Sebelum masuk materi kita samakan dulu persepsi tentang KONSUMTIF dulu ya.
Prilaku konsumtif adalah prilaku seseorang yang suka membelanjakan uangnya dalam jumlah yang besar.
Dadang hawari, seorang psikolog mengatakan, "Masyarakat kita saat ini lebih mengutamakan keinginannya dari pada kebutuhannya."
Pengertian gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan kepuasan tersendiri. Dengan kata lain membeli atau menggunakan barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan berdasarkan kebutuhan.
Dalam ilmu psikologi disebut dengan penyakit Compulsive buying disorder penyakit kecanduan belanja. Penderitanya tidak menyadari bahwa dirinya terjebak dalam kubangan metamorfosa antara keinginan dan kebutuhan.
Secara umum prilaku konsumtif adalah merupakan prilaku individu yang ditujukan untuk konsumsi dan menimbulkan pemborosan. Lebih mengutamakan kesenangan daripada kebutuhan dan secara psikologis menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman.
◾Beberapa faktor yang mempengaruhi anak memiliki sifat konsumtif:
1. Gaya hidup ke 2 orang tua yang slalu update dengan style terkini, entah itu gadjed, pakaian, kuliner, jasa dan lain-lain.
2. Tidak konsistennya pemberlakuan aturan yang sudah menjadi kesepakatan bersama dalam keluarga, dalam situasi dan kondisi tertentu, yang menyebabkan anak memanfaatkan situasi itu.
Contoh : Sebelum berangkat wisata atau mall orang tua sudah menyampaikan bahwa nanti kita hanya akan beli apa yang sudah mama atau papa catat. Kalau adik atau kakak ada yang dibutuhkan, sampaikan sekarang dan orang tua memberikan pertimbangan, barang itu memang layak dibeli atau tidak. Saat di mall malah anak tidak membeli yang sudah disepakati, justru memaksa membeli barang tersier dan over budget. Dalam kondisi seperti ini orang tua harus tegas memutuskan.
3. PR grup dimana anak terbiasa bergaul dengan teman-teman yang membuatnya merasa nyaman, aman dan diterima. Pengaruh PR grup sangat besar untuk menjadikan anak konsumtif. Ini berlaku PR grup di lingkungan rumah ataupun sekolah atau asrama dan lain-lain.
Tiga hal itu yang setidaknya menjadi contoh bagi anak untuk selalu jajan dan boros. Jangan sampai tertanam dalam diri anak biar tekor asal ke sohor ini hal yang sama sekali tidak mendidik.
◾Tips-tips yang perlu di terapkan untuk mencegah sifat konsumtif tertanam dalam diri anak sebagai berikut :
★ 1. Teladan yang positif dari ke dua orang tua.
Jangan lupa satu pesan moral penting yang perlu selalu di waspadai kita sebagai orang tua adalah bahwa bisa jadi anak-anak gagal menangkap utuh apa yang kita jejalkan ke pendengarannya melalui kata-kata, tapi ia akan sempurna memotret utuh, apa yang dia lihat dari kedua orang tuanya melalui penglihatannya.
Jadi kalau ibunya hoby kongkow di mall, ngumpulin benda-benda kesayangan dan lain-lain, maka semua teori bakal tidak berlaku untuk diterapkan pada anak.
★ 2. Pahamkan tentang esensi harta atau rizki yang Alloh ﷻ karuniakan pada kita itu untuk apa. Intinya rezeki kita itu, Alloh ﷻ perintahkan untuk berbagi.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْىٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ
“Muslim mana saja yang memberi pakaian orang Islam lain yang tidak memiliki pakaian, niscaya Alloh ﷻ akan memberinya pakaian dari hijaunya surga. Muslim mana saja yang memberi makan orang Islam yang kelaparan, niscaya Alloh ﷻ akan memberinya makanan dari buah-buahan di surga. Lalu muslim mana saja yang memberi minum orang yang kehausan, niscaya Alloh ﷻ akan memberinya minuman Ar-Rahiq Al-Makhtum (khamr yang dilak).” (HR. Abu Daud, no. 1682; Tirmidzi, no. 2449.
★ 3. Ajarkan doa ini dan terapkan pada diri sendiri sebagai orang tua, dan pembiasaan positif pada anak.
Ada sebuah do’a yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang isinya:
Allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal munkaroot wa hubbal masaakiin… (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mudah melakukan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran serta aku memohon pada-Mu sifat mencintai orang miskin).
Dari do’a ini saja menunjukkan keutamaan seorang muslim mencintai orang miskin. Lalu kenapa sampai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berdo’a sedemikian rupa? Ada apa gerangan dengan si miskin?
Mencintai orang miskin adalah tanda ikhlasnya cinta seseorang. Karena apa yang dia harap dari si miskin? Si miskin tidak memiliki materi atau harta yang banyak.
Beda halnya dengan seseorang mencintai orang kaya, pasti ada maksud, ada udang di balik batu. Dan kadang maksud mencintai orang kaya tadi tidak ikhlas. Inilah di antara alasan kenapa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan do’a yang demikian kepada kita.
★ 4. Pahami faktor psikologis anak yang sudah terlanjur konsumtif dengan terus memotivasi atas esensi setiap rupiah yang dikeluarkan itu akan dipertanggungjawabkan.
★ 5. Ubah persepsi atau mindset anak tentang ikutan ngetrand itu keren. Ngetrend yang seperti apa dulu yang keren? Ngetrend yang sekedar di lihat dari fisik kah atau dari dalam diri?
Tanamkan bahwa meski baju sederhana yang penting nutup aurat, bersih, dan rapi tapi tidak malu-maluin kalau lagi diskusi tidak plonga plongo dia tahu apa yang harus disampaikan dan lain-lain.
Karena mindset is doa itu key noted nya.
★ 6. Dampingi anak dimasa-masa sulitnya. Saat ia punya keinginan kuat untuk memiliki sesuatu hari itu juga, dan harus punya seperti teman-temannya. Ini sangat perlu waktu dan kesediaan ibu sabar saat harus memberinya pengertian.
★ 7. Sifat konsumtif tidak akan pernah ada jika bisa dicegah sejak dini. Penanaman keyakinan yang kokoh dalam diri anak, bahwa dunia atau materi itu sifatnya fana, sedangkan manusia itu sejatinya adalah makhluk ukhrowi yang akan kembali pada keabadian kelak, di saat materi tidak lagi berguna hanya amal yang bisa menyelamatkan diri kita.
وَ اللّٰهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَّاب
والسلام عليكم ورحمةالله وبركاته
جزاكم الله خيرا ، وبارك الله فيكم
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Afni ~ Garut
Assalamualaikum Bunda,
Bagaimana cara memberikan pengertian kepada anak yang berusia 11 tahun yang sudah terlanjur konsumtif atau boros? Sedangkan ketika di nasihati sulit dan cenderung mengeluh.
Sebelumnya terima kasih.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirohmanirohim...
Untuk anak umur 11 tahun, sudah mulai balik, lebih diperketat untuk aturan bersama, coba di ajak bicara ngobrol musyawarah. Jadi anak itu mungkin sekitar kelas 5 SD diperkenalkan apa-apa yang menjadi aturan di rumah yang harus dan yang tidak.
Maksudnya jika tidak yang dikatakan orang tua, maka si anak harus tahu kalau itu tidak. Perintah mengerjakan salat, Ayah atau Ibu mengatakan kerjakan shalat nak dan anak mengatakan nanti, karena alasan sedang mengerjakan sesuatu atau tanggung, karena sedang bermain. Hal ini perlu dijelaskan alasannya sehingga anak akan merasakan terbiasa untuk mentaati peraturan dan tahu kenapa suatu hal itu dikatakan tidak. Aturan itu perlu diterapkan dalam mendidik anak di dalam rumah.
Dapat melatih anak untuk birrul walidaini.
Jika sesuatu dikatakan ia maka orang tua dan anak harus konsisten untuk mengatakan ia. Hal ini akan mengajarkan anak untuk belajar mentaati peraturan-peraturan yang ada itu di rumah ataupun aturan umum.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ iNdika ~ Semarang
Bunda, bagaimana mengajarkan anak batita untuk tidak konsumtif?
🌸Jawab:
Bagaimana mengajarkan anak batita untuk tidak konsumtif. Anak batita belum paham tentang apa itu konsumtif dan tidak. Maka sebelum itu, anak batita perlu diajarkan tentang aturan bersama, justru yang harus dididik disiplin adalah orang tua.
Ini harus disepakati, serta perlu dikomunikasikan dengan baik, antara orang tua dan anak. Perlu juga diajarkan tentang mana yang lebih penting, daripada yang tidak. Jangan justru mengajarkan anak untuk membeli semua yang diinginkannya. Tapi ajarkanlah, yang mana yang lebih penting dan lebih bermanfaat.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Rani ~ Jakarta
Ustadzah, misal anak-anak minta dibelikan ini dan itu, tapi ketika diberi pengertian dan tidak dituruti, mereka bisa menerima. Apakah itu berarti mereka sudah bisa dikategorikan tidak konsumtif?
🌸Jawab:
Bismillahirohmanirohim...
Apakah sudah termasuk tidak konsumtif ketika anak meminta sesuatu dan orang tua menjelaskan alasan. Kenapa orang tua tidak menuruti permintaannya, ketika anak memahami alasan, kenapa hal tersebut dilakukan oleh orang tua. Ada penjelasan yang diterangkan kepada anak, misalnya ketika anak minta mainan yang baru dan sebenarnya dia memiliki mainan yang sama, hanya dia meminta yang baru. Bisa jadi ini alasan si anak mendapatkan mainan yang baru saja, bukan berarti tidak boleh bermain kecuali anak menginginkan sesuatu yang baru, yang lebih yang berbeda dengan benda tersebut, misalnya buku. Dari buku, anak bisa belajar tentang sesuatu yang baru, tentang pengetahuan yang lainnya.
Konsumtif adalah keinginan sesaat akan sesuatu barang yang tidak terlalu penting, tapi hanya ingin memilikinya. Di sini orang tua sangat perlu untuk menjelaskan, kenapa si anak tidak dibelikan barang baru dan mengapa orang tua membelikan barang tersebut. Alasan yang diberikan kepada si anak, agar memahami apakah sesuatu yang dia inginkan itu, perlu atau penting, tapi jika tidak terlalu penting, orang tua boleh kok untuk tidak menuruti keinginan si anak.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Aisya ~ Riyadh
Ustadzah, anak saya tidak pernah minta apa-apa, hanya saya yang selalu ingin kasih dia hadiah, walaupun dia tidak minta, saya hadiahkan semacam storytelling book, kisah para Nabi dan belajar nulis Al Quran, dan lain-lain, sebagai tanda sayang ibu ke anaknya karena dia dari usia dini, anak saya, saya titip pengasuh, dan sekarang dia seperti segan dan selalu bilang malu kalau bicara sama saya, ibunya.
Mohon sarannya ustadzah.
🌸Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim...
Ternyata membangun bounding itu tidaklah mudah, karena bounding adalah rasa keterikatan batin yang ada, karena seringnya berinteraksi. Misalnya antara orang tua dan anak, jika sekarang anak merasa enggan karena dia merasakan kurangnya keterikatan batin antara orang tua dan anak, mungkin sedari kecil di anak tidak terbiasa menemukan ibunya ketika si anak dalam kondisi sangat membutuhkan hadirnya seorang ibu dan kasih sayang seorang ibu. Tapi yang justru selalu ada adalah sang pengasuh yang telah ditugaskan oleh orang tuanya untuk mengasuhnya.
Dalam hal ini, orang tua khususnya ibu, harus tetap berusaha mendekatkan diri dengan si anak dengan berbagai cara tentunya. Misalnya pergi berdua dengan si anak, ajak ngobrol, dekatkan diri dengan si anak untuk bercerita dan jalin komunikasi yang lemah lembut dan coba pahami diri si anak.
Jangan juga terlalu mengatur anak, biarkan dia belajar mengambil keputusan dan kita sebagai orang tua dalam hal ini Ibu, memberi pertimbangan dan menjelaskan konsekuensi dari apa keputusan yang di ambil.
Hal ini akan mengajarkan pada si anak tentang konsekuensi dari sebuah keputusan yang diambil, serta sebab akibat yang didapat dari keputusan itu dan coba berikan apresiasi atau hadiah atas keberhasilan yang telah dicapai dalam hal apapun.
Coba dengarkan anak dalam hal ini, jadilah pendengar yang baik, tanpa perlu menyalahkan dan beri beberapa masukan atau solusi, jika si anak sedang mengalami sebuah permasalahan. Ingat jangan memaksakan kehendak kita sebagai orang tua, kepada anak, tapi beri dia ruang untuk belajar menjadi dewasa dan menyelesaikan masalahnya dengan baik.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Anak adalah anugerah sekaligus ujian untuk setiap rumah tangga. Tidak ada kata berhenti "belajar menjadi ibu" bagi kita. Karena zaman terus berubah dan teknologi mengepung kehidupan anak-anak kita.
Pengaruh medsos, gadged sangat luar biasa dalam proses penanaman nilai-nilai moral, sosial akhlak, dan terutama syariat agama. Adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk terus mendampingi dan membekali dari sejak dini di masa-masa tumbuh kembangnya.
Jadikan anak-anak adalah investasi ukhrowi. Jika itu tujuannya, maka kita akan serius mendidiknya, agar kita bisa menjawab pertanyaan Sang Khalik yang telah memberikan amanah berupa buah hati dalam rumah tangga kita.
Teruslah membangun bonding dengan anak. Yang paling utama adalah selalu koreksi hubungan transidental kita, dengan Sang Maha Kuasa atas segala sesuatunya. Jika hubungan kita dengan Alloh ﷻ dekat, maka ruh yang bening akan memudahkan mengarahkan anak-anak kita, insyaAllah.
Keep hamasah para bunda. Karena mereka adalah tabungan amal abadi kelak di Yaumil akhir. InsyaAllah.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar