OLeH: Ustadz Mukhtar Azizi, S.Pd.I
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸BARA API
Kajian malam ini soal bara api, seperti apa kondisi kaum muslimin saat ini.
Karena sebagai muslim tidak kenal dengan agama nya sendiri.
Berpegang teguh dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini memang amat berat, bagai mereka yang memegang bara api.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.”
(HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api.
Ath Thibiy berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tidak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun semakin tersebar luas, juga iman pun semakin lemah.
Sedangkan Al Qari mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidaklah mungkin menggenggam bara api melainkan dengan memiliki kesabaran yang ekstra dan kesulitan yang luar biasa. Begitu pula dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di zaman ini butuh kesabaran yang ekstra.
Itulah gambaran orang yang konsekuen dengan ajaran Islam saat ini, yang ingin terus menjalankan ibadah sesuai sunnah Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, begitu sulitnya dan begitu beratnya. Kadang cacian yang mesti diterima. Kadang dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Kadang jadi bahan omongan yang tidak enak. Sampai-sampai ada yang nyawanya dan keluarganya terancam. Demikianlah resikonya. Namun nantikan balasannya di sisi Alloh ﷻ yang luar biasa andai mau bersabar.
Ingatlah janji Alloh ﷻ,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
(QS. Az Zumar: 10).
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Atin ~ Pekalongan
Assalamu'alaikum Ustadz.
Jika jelas di depan kita ada kedholiman, atau saya sendiri korban kedholiman tetapi tidak mampu berbuat apa-apa. Mau bergerak serba salah. Dibatasi tekanan dan ancaman.
Apa yang harus dilakukan Tadz, hati jadi gelisah dan kerja terhambat?
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Tetap optimis dan sabar menjalaninya serta senantiasa memohon hanya kepada Alloh ﷻ, agar selalu berada di jalan yang Alloh ﷻ Ridhoi.
🔷Ketika menghadapi masalah, kemudian mengurainya dengan cara membuka aib orang lain bagaimana hukumnya Tadz?
🌸Caranya dengan bersabar dan tidak untuk membalasnya. Semoga dirinya akan mendapat Taufiq dan hidayah.
🔷Gemessss Tadz.
🌸Yakinlah Alloh ﷻ yang dapat membalasnya sesuai yang dilakukannya.
🔷Njih Tadz, mohon doanya. Matur nuwun.
🌸Sami-sami. Keberkahan menyertai anda. Aamiin.
0️⃣2️⃣ Bestiar ~ Pekanbaru
Kadang saya merasa berada di dalam situasi menggenggam bara. Dalam lingkungan terdekat, sudah capek bersabar, lelah dan akhirnya saya diam, apakah saya salah kalau memilih posisi diam ustadz?
🌸Jawab:
Tidak ada yang salah. Sebab sabar tidak ada batasnya. Maka isilah hati dan pikiran dihiasi dengan ibadah dan amal shalih secara ikhlas. Kehidupan berjalan sebagaimana mestinya.
🔷Jazakallah khoir ustadz.
0️⃣3️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
1. Ustadz, bagaimana dengan banyaknya orang yang ahli agama tapi malah merasa benar sendiri dan kadang dengan merasa benarnya sendiri itu malah buat bingung umatnya.
2. Dan bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada di kalangan para ahli agama tersebut?
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
1. Sesungguhnya umat disatukan dengan akidah dan persatuan terjaga bila masih benarnya sendiri telah terlepas dari ajaran Islam yang lurus. Maka umat berpusat pada akidah Islam tidak terpusat pada manusianya.
2. Cara menghadapi perbedaan ada pada syar'iat pusatnya ada pada akidah Islam, karena dalam hal akidah tidak ada perbedaannya.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualikum warahmatullahi.
Masyaallah tabarakllah.
Kalau kita melihat ahlusunah dan para habib mereka sama-sama memegang akidah tapi akidah mereka berbeda seperti kebalikannya.
Ustadz lantas untuk menjadi pedoman atau guru, yang manakah yang harus kita pilih?
Saya si fakir ilmi ustadz mohon penjelasannya.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Akidah itu tidak ada perbedaan, karena Akidah pusatnya ada pada iman tidak kepada pendapat.
Maka ikutilah yang benar-benar berpegang teguh pada tali agama Alloh ﷻ dan tidak gentar dengan kebenaran Islam.
🔷Ehh bukan akidah ding, maaf.
Seperti semacam musik ahlusunah di haramkan. Tapi para habib bilang tidak, seperti itu. Speechless.
🌸Ini ada pada pendapat tidak masuk ke dalam ahlusunah.
Ahlusunah artinya yang senantiasa mengikuti Rasul dan sahabatnya berbagai hal.
Untuk musik sendiri tentu ada perbedaan pendapat, karena ini soal dengan kesukaannya, karena ada juga yang tidak suka dengan musik.
🔷Iya ustadz seperti musik yang mendung jedak jeduk dan mengakibatkan kita lalai dan menghanyutkan dalam melodi begitu ya.
🌸Ya, ini bukan pada musiknya, melainkan dari isi musiknya.
Bila membaca Al-Qur'an dengan merdu dan bersama ilmu tajwid sangat nikmat.
Wallahu a'lam
🔷Masyaallah tabarakallah.
Sholawat Ai Khadijah yang Yasir lana juga nangis-nangis saya dengarinnya.
Memohon agar di bukakan hati untuk mau membaca Al-Qur'an.
0️⃣5️⃣ Mujiasih ~ Balikpapan Assalamu'alaikum,
Ustadz, bagaimana dengan musik seperti rebana atau habsyi atau hadrah?
Bagaimana cara kami untuk menyikapi hal ini?
Karena jujur kadang merasa bingung, ada yang mengatakan tidak boleh bahkan diharamkan.
Saat maulid bersholawat dengan memukul kendang rebana atau habsyi atau hadrah, dan yang kita bacakan adalah doa juga syair yang ada dalam Simthud Durar.
Khususnya dari Martapura dan wilayah Kalimantan lainnya menggunakan habsyi.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Selama alat yang digunakan bukan barang najis dibolehkan. Yang utama ada pada isinya bukan pada alat dan musiknya. Karena setiap daerah dan tempat ada kesukaannya masing-masing dan ini dibenarkan secara syari'at tidak ada larangan. Bagi yang tidak suka agar berlapang dada untuk dapat menerimanya.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Senantiasa berpegang teguh pada kebenaran Islam dan giat dalam mendalami kehidupan Islam dan menjalaninya.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar