OLeH: Ibu Hj. Irnawati Syamsuir Koto
💘M a T e R i💘
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh sholehah
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Ta’ala yang telah memberikan karunia dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam beserta keluarga, shahabat, dan umatnya yang senantiasa istiqamah di jalan Sunnah.
Saudariku, berjilbab bukan hanya sebuah identitas untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala.
Seorang mukmin dengan mukmin lain ibarat cermin. Bukan cermin yang memantulkan bayangan fisik, melainkan cermin yang menjadi refleksi akhlak dan tingkah laku. Kita dapat mengetahui dan melihat kekurangan kita dari saudara seagama kita. Cerminan baik dari saudara kita tentulah baik pula untuk kita ikuti. Sedangkan cerminan buruk dari saudara kita lebih pantas untuk kita tinggalkan dan jadikan pembelajaran untuk saling memperbaiki.
Saudariku…
Tentu kita sudah mengetahui bahwa Islam mengajarkan kita untuk saling mencintai. Dan salah satu bukti cinta Islam kepada kita –kaum wanita– adalah perintah untuk berjilbab.
MUNGKIN ADA PERTANYAAN MENGAPA HARUS BERJILBAB?
Mungkin kita harus kembali mengingat tentang alasan penting kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan perintah jilbab kepada kita.
Jilbab adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan diri, agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang.
Ingatkah engkau ketika engkau membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya, mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel.
KENAPA DEMIKIAN?
Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain.
Jika demikian sikapmu pada pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri?
Tentu engkau akan lebih memantapkan ‘segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’ tinggi, bukankah demikian?
Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
“Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’” (QS. An-Nuur: 31)
Dan firman-Nya,
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzaab: 59)
Saudariku tercinta,
Alloh ﷻ tidak semata-mata menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik semuanya.
Alloh ﷻ telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena Alloh ﷻ Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat.
Alloh ﷻ menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana.
Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.”
(Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)
Selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Alloh ﷻ jadikan baik untukmu.
Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
APA SAJA ALASAN SEORANG MUSLIMAH UNTUK TIDAK BERHIJAB?
“Aku Belum Berjilbab, Karena…”
◾1. “Hatiku masih belum mantap untuk berjilbab. Jika hatiku sudah mantap, aku akan segera berjilbab. Lagipula aku masih melaksanakan shalat, puasa dan semua perintah wajib kok..”
Saudariku…
Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab?
Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah Alloh ﷻ yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau kerjakan, maka berjilbab pun adalah satu amalan yang seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan perintah hijab kepada setiap wanita mukminah.
Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk ke dalam golongan wanita mukminah?
Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab namun masih mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berjilbab.
Janganlah engkau sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab.
Silakan engkau bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab setiap hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama banyaknya?
◾2. “Iman kan letaknya di hati. Dan yang tahu hati seseorang hanya aku dan Alloh ﷻ.”
Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan perbuatan?
Seseorang yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan penuh dalam hatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata, maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari golongan orang mukmin.
Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati, tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal perbuatan.
Dan jika engkau telah mengimani perintah jilbab dengan hatimu dan engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan perintah jilbab.
◾3. “Aku kan masih muda…”
Saudariku tercinta… Engkau berkata bahwa usiamu masih belia sehingga menahanmu dari mengenakan jilbab, dapatkah engkau menjamin bahwa esok masih untuk dirimu?
Apakah engkau telah mengetahui jatah hidupmu di dunia, sehingga engkau berkata bahwa engkau masih muda dan masih memiliki waktu yang panjang? Belumkah engkau baca firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya,
“Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al-Mu’minuun: 114)
“Pada hari mereka melihat adzab yang diancam kepada mereka, (mereka merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) waktu pelajaran yang cukup." (QS. Al-Ahqaaf: 35)
Tidakkah engkau perhatikan tetanggamu atau teman karibmu yang seusia denganmu atau di bawah usiamu telah menemui Malaikat Maut karena perintah Allah ‘Azza wa Jalla?
Tidakkah juga engkau perhatikan si fulanah yang kemarin masih baik-baik saja, tiba-tiba menemui ajalnya dan menjadi mayat hari ini?
Tidakkah semua itu menjadi peringatan bagimu, bahwa kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sekarat ataupun orang yang lanjut usia?
Dan Malaikat Maut tidak akan memberimu penangguhan waktu barang sedetik pun, ketika ajalmu sudah sampai.
Setiap hari berlalu sementara akhiratmu bertambah dekat dan dunia bertambah jauh.
Bekal apa yang telah engkau siapkan untuk hidup sesudah mati?
Ketahuilah saudariku, kematian itu datangnya lebih cepat dari detak jantungmu yang berikutnya. Jadi cepatlah, jangan sampai terlambat…
◾4. “Jilbab bikin rambutku jadi rontok…”
Sepertinya engkau belum mengetahui fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya jilbab. Dr. Muhammad Nidaa berkata dalam Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala Shihhah wa Salamatus Sya’ri tentang pengaruh jilbab terhadap kesehatan dan keselamatan rambut,
Jilbab dapat melindungi rambut. Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa perubahan cuaca dan cahaya matahari langsung akan menyebabkan hilangnya kecantikan rambut dan pudarnya warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan berwarna kusam. Sebagaimana juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah berperan dalam pertumbuhan rambut.
Karena bagian rambut yang terlihat di atas kepala yang dikenal dengan sebutan batang rambut tidak lain adalah sel-sel kornea (yang tidak memiliki kehidupan). Ia akan terus memanjang berbagi sama rata dengan rambut yang ada di dalam kulit. Bagian yang aktif inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang dengan ukuran sekian millimeter setiap hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari sel-sel darah dalam kulit.
Dari sana dapat kita katakan bahwa kesehatan rambut bergantung pada kesehatan tubuh secara umum. Bahwa apa saja yang mempengaruhi kesehatan tubuh, berupa sakit atau kekurangan gizi akan menyebabkan lemahnya rambut.
Dan dalam kondisi mengenakan jilbab, rambut harus dicuci dengan sabun atau shampo dua atau tiga kali dalam sepekan, menurut kadar lemak pada kulit kepala. Maksudnya apabila kulit kepala berminyak, maka hendaklah mencuci rambut tiga kali dalam sepekan.
"Jika tidak maka cukup mencucinya dua kali dalam sepekan. Jangan sampai kurang dari kadar ini dalam kondisi apapun. Karena sesudah tiga hari, minyak pada kulit kepala akan berubah menjadi asam dan hal itu akan menyebabkan patahnya batang rambut, dan rambut pun akan rontok.” (Terj. Banaatunaa wal Hijab hal. 66-67)
Selanjutnya hal yang sangat banyak menjadi kekhawatiran orang tua dan para muslimah
◾ 5. “Kalau aku pakai jilbab, nanti tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku. Jadi, aku pakai jilbabnya nanti saja, sesudah menikah.”
Wahai saudariku… Tahukah engkau siapakah lelaki yang datang meminangmu itu, sementara engkau masih belum berjilbab?
Dia adalah lelaki dayyuts, yang tidak memiliki perasaan cemburu melihatmu mengobral aurat sembarangan.
Bagaimana engkau bisa berpendapat bahwa setelah menikah nanti, suamimu itu akan ridha membiarkanmu mengulur jilbab dan menutup aurat, sementara sebelum pernikahan itu terjadi dia masih santai saja mendapati dirimu tampil dengan pakaian ala kadarnya?
Jika benar dia mencintai dirimu, maka seharusnya dia memiliki perasaan cemburu ketika melihat auratmu terbuka barang sejengkal saja. Dia akan menjaga dirimu dari pandangan liar lelaki hidung belang yang berkeliaran di luar sana.
Dia akan lebih memilih dirimu yang berjilbab daripada dirimu yang tanpa jilbab. Inilah yang dinamakan pembuktian cinta yang hakiki!
Maka, jika datang seorang lelaki yang meminangmu dan ridha atas keadaanmu yang masih belum berjilbab, waspadalah.
Jangan-jangan dia adalah lelaki dayyuts yang menjadi calon penghuni Neraka.
Sekarang pikirkanlah olehmu saudariku, kemanakah bahtera rumah tanggamu akan bermuara apabila nahkodanya adalah calon penghuni Neraka?
◾6. “Pakai jilbab itu ribet dan mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti aku dipecat dari pekerjaan.”
Saudariku…
Islam tidak pernah membatasi ruang gerak seseorang selama hal tersebut tidak mengandung kemaksiatan kepada Alloh ﷻ.
Akan tetapi, Islam membatasi segala hal yang dapat membahayakan seorang wanita dalam melakukan aktivitasnya baik dari sisi dunia maupun dari sisi akhiratnya.
Jilbab yang menjadi salah satu syari’at Islam adalah sebuah penghargaan sekaligus perlindungan bagi kaum wanita, terutama jika dia hendak melakukan aktivitas di luar rumahnya.
Maka dengan perginya engkau untuk bekerja di luar rumah tanpa jilbab justru akan mendatangkan petaka yang seharusnya dapat engkau hindari. Alih-alih mempertahankan pekerjaan, engkau malah menggadaikan kehormatan dan harga dirimu demi setumpuk materi.
Tahukah engkau saudariku, siapa yang memberimu rezeki?
Bukankah Alloh ﷻ -Rabb yang berada di atas ‘Arsy-Nya- yang memerintahkan para malaikat untuk membagikan rezeki kepada setiap hamba tanpa ada yang dikurangi barang sedikitpun?
Mengapa engkau lebih mengkhawatirkan atasanmu yang juga rezekinya bergantung kepada kemurahan Alloh ﷻ?
Apakah jika engkau lebih memilih untuk tetap tidak berjilbab, maka atasanmu itu akan menjamin dirimu menjadi calon penghuni Surga? Ataukah Allah ‘Azza wa Jalla yang telah menurunkan perintah ini kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan mengadzabmu akibat kedurhakaanmu itu?
Pikirkanlah saudariku…
Pikirkanlah hal ini baik-baik!
◾7. “Jilbab itu bikin gerah, dan aku tidak kuat kepanasan.”
Saudariku…
Panas mentari yang engkau rasakan di dalam dunia ini tidak sebanding dengan panasnya Neraka yang akan kau terima kelak, jika engkau masih belum mau untuk berjilbab.
Sungguh, dia tidak sebanding.
Apakah engkau belum mendengar firman Alloh ﷻ yang berbunyi,
“Katakanlah: ‘(Api) Neraka Jahannam itu lebih sangat panas. Jika mereka mengetahui.’” (QS. At-Taubah: 81)
Dan sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Sesungguhnya api Neraka Jahannam itu dilebihkan panasnya (dari panas api di bumi sebesar) enam puluh sembilan kali lipat (bagian).”
[Hadits shahih. Riwayat Muslim (no. 2843) dan Ahmad (no. 8132). Lihat juga Shahih Al-Jaami‘ (no. 6742), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Manakah yang lebih sanggup engkau bersabar darinya, panasnya matahari di bumi ataukah panasnya Neraka di akhirat nanti?
Tentu engkau bisa menimbangnya sendiri…
◾8. “Jilbab itu pilihan. Siapa yang mau pakai jilbab silakan, yang belum mau juga tidak apa-apa. Yang penting akhlaknya saja benar.”
Duhai saudariku… Sepertinya engkau belum tahu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia itu. Engkau menafikan jilbab dari cakupan akhlak mulia, padahal sudah jelas bahwa jilbab adalah salah satu bentuk perwujudan akhlak mulia.
Jika tidak, maka Alloh ﷻ tidak akan memerintahkan kita untuk berjilbab, karena dia tidak termasuk ke dalam akhlak mulia.
Pikirkanlah olehmu baik-baik, adakah Alloh ﷻ memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak buruk? Atau adakah Alloh ﷻ mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan dan mengandung manfaat yang sangat besar?
Jika engkau menjawab tidak ada, maka dengan demikian engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan engkau telah setuju bahwa jilbab termasuk ke dalam sekian banyak akhlak mulia yang harus kita koleksi satu persatu. Bukankah demikian?
Ketahuilah olehmu, keputusanmu untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu menjadi cemburu, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,
“Sesungguhnya Alloh ﷻ itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. "Adapun cemburunya Alloh ﷻ disebabkan oleh seorang hamba yang mengerjakan perkara yang diharamkan oleh-Nya.”
[Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925) dan Muslim (no. 2761)]
◾9. “Sepertinya Alloh ﷻ belum memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”
Saudariku…
Hidayah Alloh ﷻ tidak akan datang begitu saja, tanpa engkau melakukan apa-apa. Engkau harus menjalankan sunnatullah, yakni dengan mencari sebab-sebab datangnya hidayah tersebut.
Ketahuilah bahwa hidayah itu terbagi menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut taufiq. Hidayatul bayan adalah bimbingan atau petunjuk kepada kebenaran, dan di dalamnya terdapat campur tangan manusia.
Adapun hidayatut taufiq adalah sepenuhnya hak Alloh ﷻ. Dia merupakan peneguhan, penjagaan, dan pertolongan yang diberikan Alloh ﷻ kepada hati seseorang agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah ini akan datang setelah hidayatul bayan dilakukan.
Janganlah engkau jual kebahagiaanmu yang abadi dalam Surga kelak dengan dunia yang fana ini.
Buanglah jauh-jauh perasaan was-wasmu itu. Tempuhlah usaha itu dengan berjilbab, sementara hatimu terus berdo’a kepada-Nya, “Allahummahdini wa saddidni. Allahumma tsabit qolbi ‘ala dinik (Yaa Allah, berilah aku petunjuk dan luruskanlah diriku. Yaa Allah, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
#Fiqihwanitablog
Demikian malam ini, mari kita baca dan renungkan, terlebih bagi yang masih belum mantap berhijab.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0️⃣1️⃣ Riyanti ~ Yogja
1. Menurut dzah, tentang berita artis yang dituduh pelakor padahal berhijab. Sementara banyak perempuan yang tidak berhijab justru budi pekertinya bagus?
2. Fenomena perempuan berjilbab lebih akan aman dari gangguan. Tapi faktanya, perempuan berhijab juga digangguin dzah?
3. Apa pendapat dzah, tentang SKB tiga mentri tentang "pelarangan hijab."
Boleh dong, dzah beri petunjuk pencerahan pada kami.
Syukron
🔷Jawab:
1. Senyumin saja kalau begini, memang sering kita dengar hal itu, kita harus hati-hati dengan ungkapan-ungkapan seperti itu. Itu adalah propaganda yang dilakukan oleh orang-orang liberal dan musuh-musuh Islam.
Mereka sengaja ingin meliberalkan orang-orang muslim.
Jika kita mau membanding, maka bandinglah dengan yang sejajar, yang berhijab bandingkan dengan yang berhijab. Yang tidak bandingkan dengan yang tidak, itu baru adil.
Jilbab adalah sebentuk ketaatan muslimah kepada Alloh ﷻ, dan dia telah lakukan itu. Dan kita tidak berhak menghakimi orang lain. Meski dia nyata-nyata telah berzina, jika tidak ada saksi yang cukup, siapapun tidak berhak menghakiminya. Apalagi persoalan seperti ini. Jangan terpancing untuk berghibah massal. Saat melihat aib seorang muslim, maka lihat aib kita sebelum membicarakannya. Aib-aib kita masih Alloh ﷻ tutup. Kesalahannya biar dia yang mempertanggungjawabkan dihadapan Alloh ﷻ. Tutup aib saudaramu.
2. Siapa yang akan luput dari kejahatan manusia-manusia bejat? Tidak akan ada, tapi setidaknya dengan menjaga diri, kita telah berusaha untuk menghindari. Dan ketaatan kita kepada Alloh ﷻ diatas dari segalanya, berhijab adalah kewajiban, fenomena itu adalah keingkaran manusia-manusia bejad terhadap Alloh ﷻ.
3. SKB 3 mentri? Sebenarnya ada positif negatifnya. Positif bagi daerah-daerah yang menjadi anak emas yang biasanya bebas bertindak melarang anak-anak sekolah berjilbab. Dan negatif bagi daerah-daerah yang ingin menerapkan syariat Islam, karena dengan SKB 3 mentri ini, jangankan untuk menyuruh, mewajibkan berjilbab, menghimbau saja tidak boleh.
Di Sumbar, Ulama, tokoh masyarakat, ormas menolak SKB 3 Mentri ini, karena kami ingin mendidik anak-anak kami secara dini untuk menutup aurat, sebagaimana itu telah menjadi budaya para kaum wanita Ranah Minang.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Neni ~ Yogja
Saya sekarang lagi serumah sama mertua, karena lagi ngerawat beliau sakit, ehhh otomatis bapak mertua disini juga sama adik ipar laki-laki.
Nah saya di rumah dalam rumah jarang pakai hijab,
Sama adik ipar saya harus menutup aurat juga?
Karena saya pernah baca di al Qur'an artinya, tapi saya tidak paham-paham.
Mohon penjelasannya ustadazh.
🔷Jawab:
Berhubung ipar bukan mahram, maka kita haram menampakkan aurat terhadapnya. Rasulullah ﷺ bersabda: "Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.”
(HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Jadi berhati-hatilah. Jangan sampai kita dengan entengnya membuka aurat didepan ipar, khususnya rambut, hal ini menjadi kebiasaan bagi sebagian kita, menganggap bahwa itu hal yang lumrah.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Riyanti ~ Yogja
1. Misal nih, kalau ada perempuan bermasalah dengan BB, bagaimana batas makai wangi-wangiannya?
2. Batasan tabarruj itu apa dzah? Apakah kita memang tidak boleh dandan saat keluar rumah?
🔷Jawab:
1. Boleh wanita keluar menggunakan parfum sekedar untuk menghilangkan bau, selama tidak sampai menimbulkan wangi, bau wangi yang bisa menimbulkan syahwat laki-laki.
Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Sekelompok orang datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berbai’at. Namun di antara mereka ada seorang lelaki yang di tangannya ada bercak warna minyak wangi. Maka Nabi pun tidak segera membai’atnya dan mengakhirkannya. Beliau bersabda: Parfum lelaki itu yang tercium wanginya namun tidak nampak warnanya. Sedangkan parfum wanita itu yang nampak warnanya namun tidak tercium wanginya.”
(HR. Al Bazzar no. 6486, dishahihkan Syaikh Muqbil dalam Ash Shahih Al Musnad no. 102).
2. Berdandan yang dimaksud seperti apa? Bermakeup? Pakai baju warna warni mencolok? Seorang muslimah itu harus berpenampilan bersih, rapi, mentang-mentang tidak boleh tabarujj, lantas berpenampilan lecek, kayak nggak terurus, bau? Itu tidak boleh juga, pakai pakaian yang bersih, rapi dan tidak bau badan. Pakai deodoran soft kalau memang Bau Badan. Untuk baju, sebagian ulama berpendapat, bolehnya wanita memakai pakaian yang warnanya mencolok selama itu menjadi 'urf (adat) satu daerah. Jadi si wanita tidak akan menjadi bahan perhatian lawan jenis.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Neni ~ Yogja
Untuk suara perempuan termasuk aurat tidak ya? Karena saya suka dimintai tolong teriak-teriak di depan orang (walau semampu saya).
Mungkin karena anak muda tidak ada ya yang tua saja dipanggil.
Misal qiroah, saya pernah ditegur teman, ehhh kalau laki yang dengar terus memuji suara kita katanya kita dosa, benarkah?
Lha tamu undangan kan cowok cewek,
Padahal niat saya lillah ustdzah.
🔷Jawab:
Ulama berbeda pendapat tentang hukum suara wanita. Sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa suara wanita adalah aurat. Namun, menurut pendapat jumhur (mayoritas) ulama, suara wanita bukanlah aurat. Sehingga siapapun boleh saja mendengar suara seorang wanita atau mendengarnya berbicara, karena tidaklah termasuk hal yang terlarang dalam Islam. Ini adalah pendapat yang paling kuat.
Tapi jangan teriak-teriak juga kali yaa mba.
Wallahu a'lam
0️⃣5️⃣ Devi A. ~ Pontianak
Assalamu'alaikum,
Saya bekerja sebagai penjahit konveksi, tapi semenjak pandemi saya jadi menganggur kurang lebih 6 bulan. Ingin mencari pekerjaan susah sekali apalagi saya hanya tamatan SMA, dan kalaupun ada syaratnya jilbabnya harus yang leher kecekek. Dan akhirnya saya putuskan untuk tidak mencari pelerjaan dan saya lebih memilih membantu ibu saya menyadap karet. Karena saya tidak mau hanya karena pekerjaan saya jadi mengorbankan kewajiban saya untuk menutup aurat.
Pertanyaannya apakah yang saya lakukkan sudah benar.
Maaf kepanjangan Terimakasih.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Alhamdulillah, saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar, karena keputusan mba Devi sudah benar sekali. Pilihan tepat.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ Phity ~ Yogja
Assalamu'alaykum bun,
Bagaimana jika ada yang berpendapat pendapat "yang penting hatiku sudah dijilbabin, daripada pakai jilbab tapi perilaku tidak Islami" akhirnya dia tidak memakai jilbab?
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Hati-hati dengan propaganda para pembenci Islam. Pendapat seperti ini sengaja mereka sebarkan dan terus-menerus mereka angkatkan, agar kita juga sependapat dengan hal itu.
Sekali lagi Berjilbab bukan pilihan, tapi kewajiban. Lakukan kewajiban tersebut, baik atau tidaknya akhlak, itu berpulang pada diri pribadi, pendidikan, dan lingkungan.
Hati-hati juga dengan ucapan jilbabin hati. Hati itu jangan sampai tertutup, dia harus terbuka, agar kebenaran bisa masuk. Jika dia ditutup bagaimana hidayah akan datang? Ibarat sebuah rumah, jika jendelanya ditutup bagaimana cahaya bisa masuk? Sementara kita didalam butuh cahaya.
Sadarlah bahwa jilbab itu kewajiban bukan pilihan. Jangan membuat hukum dan aturan sendiri. Siapakah kita berani membuat aturan sendiri dengan melawan aturan Alloh ﷻ?
Wallahu a'lam
0️⃣7️⃣ Yulia ~ Bekasi
Bagaimana kalau memakai jilbab hanya tuntutan pekerjaan karena, keseharian biasanya tidak menggunakan jilbab?
🔷Jawab:
Berarti dia belum sadar bahwa jilbab adalah kewajiban. Semoga Alloh ﷻ memberi hidayah.
Wallahu a'lam
0️⃣8️⃣ Dewi ~ Bekasi
Maaf, saya pernah melihat seorang wanita usia 50 tahun, beliau pengusaha travel haji umrah. Sering umrah tentunya. Tapi subhanallah pakaian kesehariannya adalah celana pendek sebatas pangkal paha dan sangat bangga dengan foto-foto modernnya dengan minuman keras. Bagaimana ya pekerjaan dan keseharian bertolak belakang?
🔷Jawab:
Haji dan umrah berkali-kali, belum menjamin Alloh ﷻ beri hidayah. Oleh karena itu, jadi pelajaran bagi kita agar terus berdoa, meminta hidayah kepada-Nya. Memohon jangan Alloh ﷻ cabut hidayah-hidayah yang telah Alloh ﷻ berikan.
Dan satu hal yang perlu kita ingat, kita akan mendapatkan apa yang kita usahakan. Meski urusannya adalah haji dan umrah, tapi yang dikejar adalah urusan dunia, maka hanya dunialah yang dia dapatkan. Jika yang dikejar adalah akhirat, insyaa Allah dunia akhirat akan dapat. Jika membeli tali, kita tidak akan dapat kambing, tapi jika membeli kambing, maka kita otomatis akan mendapat talinya sekalian.
Jadikan kejadian yang dilihat sebagai renungan.
Wallahu a'lam
0️⃣9️⃣ Yulia ~ Bekasi
Saat kita sebagai wanita sudah akad nikah masuk ke dalam keluarga suami, apakah bisa bebas kita melepas hijab ketika di dalam lingkungan keluarga suami? Apakah ayah mertua sudah termasuk mahram?
🔷Jawab:
Ipar bukan mahram, tapi kalau ayah mertua adalah mahram.
Berhubung ipar bukan mahram, maka kita haram menampakkan aurat terhadapnya. Rasulullah ﷺ bersabda: "Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut." (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172)
Jadi berhati-hatilah. Jangan sampai kita dengan entengnya membuka aurat didepan ipar, khususnya rambut, hal ini menjadi kebiasaan bagi sebagian kita, menganggap bahwa itu hal yang lumrah.
Wallahu a'lam
1️⃣0️⃣ Rosa ~ Payakumbuh Sumbar
Assalamualaikum wr.wb bun,
Bagaimana cara memberikan nasihat kepada adik ipar memakai jilbabnya bisa istiqomah, soalnya kalau didepan keluarga sendiri (non mahram) tidak pernah pakai, diluar rumah (tetangga) juga tidak pakai, memakai hanya status kerja karena disuruh suami, mohon dibantu tips yang tepat untuk tidak membuat tersinggung yang bersangkutan.
Thanks bun.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Nasihati dengan baik, jelaskan siap-siap saja yang mahram, siapa yang tidak, bagaimana adabnya kalo didepan yang bukan maharam, tentu dengan bahasa yang baik, bukan bahasa perintah. Atau menggurui, karena anak-anak sekarang paling anti digurui
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMenT💘
Saudari-saudariku...
Tutuplah auratmu dengan benar, sebelum Alloh ﷻ tutup tubuhmu dengan selembar kain kafan.
Tinggalkan dirimu yang dulu, perbarui dirimu hari ini. Tapi jangan melupakan masa lalu mu, karena masa lalumu bisa menjadi penguatmu berubah menjadi lebih baik.
Cantik di hadapan Alloh ﷻ itu lebih penting, daripada cantik dihadapan manusia.
Sudahlah, apalagi?
Berbenah lah dengan kata Bismillah dan InsyAllah Alloh ﷻ akan mempermudah.
May Us Always Istiqomah.
Jangan lelah untuk terus berjalan di jalan-Nya.
Keep Fighting...
Mohon maaf lahir dan batin.
Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar