OLeH: Ustadz Erwan Wahyu W.
🌀M a T e R i🌀
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ. وَنُصَلِّيْ وَنُسَلِّمُ عَلَى خَيْرِ اْلأَنَامِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ
رَبِّ اشْرَحْ لِىْ صَدْرِىْ وَيَسِّرْلِىْ اَمْرِىْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِىْ يَفْقَهُوْاقَوْلِى
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.'" (QS. Al-Isra, 17: 53)
Pertama-pertama marilah kita senantiasa bersyukur kepada Alloh ﷻ atas limpahan nikmat-Nya, baik nikmat lahir, dan terutama nikmat batin. Nikmat batin berupa nikmat beribadah kepada Alloh ﷻ, nikmat menghadiri majelis-majelis ilmu dan nikmat berkumpul dengan orang-orang sholih.
Sholawat serta salam senatiasa kia haturkan kepada Qudwah Hasanah kita Rasulullah ﷺ karena berkat perjuangan beliau kita dapat menikmati indahnya Islam seperti saat ini.
🌀JANGAN TIDAK TAHU MALU
Good People yang dirahmati Alloh ﷻ.
Pada kesempatan malam hari ini kita akan sharing dan diskusi tentang memiliki sifat malu dengan menjaga lisan.
Sharingnya lebih ke menjaga lisan, karena berdasarkan TOR yang disampaikan ke saya.
Kalau kita perhatikan kondisi aktual ini hari masyarakat kita cenderung lepas kontrol dalam menjaga lisanya.
Saya mencatat 2 hal terkait hal ini:
1. Orang demi popularitas (pansos) semakin kehilangan rasa malu sehingga mengumbar aib diri sendiri atau mengumbar aib orang lain maupun berseteru dengan orang lain.
Termasuk menyebar berita yang belum tentu benar (hoax) karena nanti tinggal minta maaf saja.
Kalau susah untuk terkenal karena kebaikan maka tidak sungkan, rela terkenal karena kontroversi.
2. Budaya ketimuran; sopan santun, ewuh pakewuh sudah mulai bergeser. Orang biasa mencaci maki orang lain di medsos (media sosial), berkata kasar dan bullying.
Padahal selain kemaluan, lisan adalah hal yang musti sangat kita jaga.
Dari Sahl bin Sa’ad As-Saidi radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di antara dua janggutnya (janggut dan kumis) dan apa yang ada di antara kedua kakinya, maka aku menjamin surga untuknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6474)
Padahal gara-gara lisan itu dapat mengantarkan kita ke surga maupun ke neraka.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Alloh ﷻ, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Alloh ﷻ menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Alloh ﷻ, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam." (HR. al-Bukhari, No. 6478).
Perkataan yang keluar dari lisan kita itu terbagi ke dalam empat macam:
1) Perkataan yang berbahaya sepenuhnya,
2) Perkataan yang mengandung manfaat dan bahaya (kedua perkataan ini harus ditinggalkan),
3) Perkataan yang tidak mengandung bahaya dan tidak mengandung manfaat (menyibukkan diri dengannya berarti menyia-nyiakan waktu dan berakibat beratnya hisab),
4) Perkataan yang bermanfaat sepenuhnya.
Nah dari 4 macam ini bahkan hanya 1 yang boleh kita ucapkan.
Padahal kalau kita perhatikan kebanyakan masyarakat kita itu justru cenderung fasih pada perkataan 1, 2 dan 3.
Hal apa saja yang harus kita jaga dari lisan kita agar tidak terjerumus pada melakukan jenis perkataan 1, 2 dan 3?
🌀🌷🌀
Good people yang dirahmati Alloh ﷻ.
◾1. Menjauhkan Diri Dari Pembicaraan Yang Tidak Berguna
Berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak diperlukan meskipun tidak berdosa (mubah) akan berakibat beratnya hisab di hari kiamat kelak.
Karena jika kita menyibukkan diri dengan pembicaraan semacam itu berarti kita telah menyia-nyiakan waktu.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Termasuk tanda baiknya keIslaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR Ibnu Majah dan Turmudzi).
"Selama saya tinggal di Jepang, saya jadi mengerti mengapa kita jauh tertinggal. Orang-orang Jepang itu sangat efesien."
Mereka jarang sekali melakukan hal-hal yang tidak perlu. jarang sekali orang Jepang itu kongkow-kongkwo (nongkrong), ngobrol ngalor ngidul, ngerumpi, dan buang-buang waktu. Karenanya produktifitas kerja dan karyanya tinggi.
"Jadi di awal-awal saya tinggal di Jepang, saya surprise (terkejut) manakala saya bertamu ke orang Jepang atau bahkan orang Indonesia yang tinggal di Jepang, kita mengobrol hanya didepan pintu."
"Tidak masuk. Mengobrol sambil berdiri di depan pintu dan bicara seperlunya. Karena buang-buang waktu dan membuang-buang waktu orang lain itu seolah merupakan kejahatan."
"Beda kalau party (pesta) atau ada acara atau occasion tertentu entah di rumah atau di cafe atau resto. memang kita bisa mengobrol banyak hal. Tapi tidak setiap saat kita party (pesta) kan."
◾2. Melibatkan Diri Dalam Pembicaraan Yang Batil
Yaitu pembicaraan yang mengandung kemaksiatan, seperti menceritakan ihwal perempuan (atau laki-laki) untuk membangkitkan syahwat, pembicaraan kekaguman dan keinginan terhadap kesenangan-kesenangan orang-orang Fasik, kata-kata celaan, ghibah, membahas sesuatu yang belum tentu benar (fitnah atau hoax), dan lain sebagainya.
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ خَطَايَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ خَوْضًا فِي الْبَاطِل
“Orang yang paling besar dosanya pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil.” (HR. Thabrani).
◾3. Berkata Keji, Jorok dan Cacian
Semua ini tercela dan dilarang karena menjadi sumber keburukan dan kehinaan. Rasulullah ﷺ bersabda,
لَيْسَ اْلمـُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَ لَا اللَّعَّانِ وَ لَا اْلفَاحِشِ وَ لَا اْلبَذِيِّ
“Bukanlah seorang mukmin orang yang suka mencela, orang yang gemar melaknat, orang yang suka berbuat atau berkata-kata keji dan orang yang berkata-kata kotor atau jorok." (HR. Tirmidzi)
Tentang kata-kata celaan, Rasulullah ﷺ bersabda,
وَلَعْنُ الْمُؤْمِنِ كَقَتْلِهِ وَمَنْ رَمَى مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ
“Melaknat seorang mukmin sama dengan membunuhnya, dan menuduh seorang mukmin dengan kekafiran pun adalah sama dengan membunuhnya.” (HR Bukhari).
Rasulullah ﷺ juga memerintahkan kepada umatnya untuk tidak mudah terprovokasi oleh celaan orang lain yang akan menyebabkan mereka melontarkan celaan balasan,
عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللهِ . وَاِنِ امْرُؤٌعَيَّرَكَ بِشَيْءٍيَعْلَمُهُ فِيْكَ فَلاَتُعَيِّرُهُ بِشَيْءٍتَعْلَمُهُ فِيْهِ , يَكُنْ وَبَالُهُ عَلَيْهِ وَاَجْرُهُ لَكَ وَلاَتَسُبَّنَّ شَيْأً
“Hendaklah engkau tetap bertakwa kepada Alloh ﷻ. Jikalau ada seorang mencelamu dengan sesuatu hal yang ia ketahui ada di dalam dirimu, maka janganlah engkau membalas mencelanya dengan sesuatu hal yang engkau mengetahuinya ada di dalam dirinya. Dengan demikian, maka dosanya adalah di atas orang itu sedang pahalanya adalah untukmu. Jangan pula sekali-kali engkau memaki-maki seseorang.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
◾4. Senda Gurau
Bersenda gurau yang tercela dan yang terlarang menurut agama ialah yang dilakukan secara terus-menerus serta melampaui batas.
Senda gurau yang dibolehkan adalah yang isinya tidak menyakiti, tidak dusta dan tidak berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi ﷺ.
Beliau bersabda,
اِنِّيْ َلاَمْزَحُ وَلاَاَقُولُ اِلاَّ حَقًا
"Saya pun juga bersenda gurau, tetapi saya tidak akan mengucapkan melainkan yang haq." (HR. Thabrani)
Hal yang sering kita temui atau mungkin kita alami adalah bila kita bersendau gurau secara berlebihan, sering kali kita hilang kendali;
✓ menjatuhkan atau bully atau menghina orang lain sebagai lucu-lucuan,
✓ Menceritakan kebohongan agar dianggap lucu.
✓ Menceritakan aib diri, aib keluarga atau aib orang lain.
◾5. Ejekan dan Cemoohan
Alloh ﷻ berfirman,
ياَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْالاَيَسْخَرْقَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسىَ ااَنْ يَكُوْنُوْاخَيْرًامِنْهُمْ وَلاَنِسَآءٌمِنْ نِسَآءٍعَسَى ااَنْ يَكُنَّ خَيْرًامِنْهُنَّ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sesuatu kaum menghina kepada kaum yang lain, karena barangkali yang dihinakan itu bahkan lebih baik dari yang menghinakan. Jangan pula golongan wanita menghina kepada golongan wanita yang lain, karena barangkali yang dihinakan itu bahkan lebih baik dari yang menghinakan.” (QS. Al-Hujurat : 11).
Nabi ﷺ bersabda,
مَن عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنبٍ قَد تَابَ مِنهُ لَم يَمُت حَتَّى يَعمَلَهُ
“Barangsiapa yang menjelek-jelekkan saudaranya dengan suatu dosa yang ia telah bertaubat darinya, maka orang itu tidak akan mati sebelum melakukan dosa itu.” (HR. Turmudzi, dia mengatakan hadits ini hasan gharib)
Olok-olokan tersebut haram, jika yang diolok-olak merasa sakit hati. Jika yang diolok-olok merasa senang atau bahkan membuat dirinya menjadi olok-olokan maka hal ini termasuk senda gurau.
◾6. Menyebarkan Rahasia
Tidak dibenarkan menyebarkan pembicaraan rahasia yang telah diamanahkan untuk dijaga. Nabi ﷺ bersabda,
إِذَا حَدَّثَ رَجُلٌ رَجُلاً بِحَدِيْثٍ ثُمَّ الْتَفَتَ فَهُوَ أَمَانَةٌ
“Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh ke kiri dan ke kanan (karena yang dibicarakan itu rahasia) maka itulah amanah (yang harus dijaga).” (HR. Abu Dawud)
Tidak dibenarkan menyebarkan aib-aib diri sendiri padahal Alloh ﷻ telah menutupnya. Sebuah perbuatan dosa diri, hendaknya ditutupi dan segera diikuti dengan taubat dan istighfar.
Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah berikut ini.
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ ( كُلُّ أُمَّتِيْ مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهِرِةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِالْلَيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهَ اللهُ فَيَقُوْلُ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ البَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا وَقدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وُيُصْبِحُ يَكْشِفُ سَتَرَ اللهُ عَنْهُ)
“Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda, ‘Setiap ummatku akan mendapatkan ampunan dari Alloh ﷻ kecuali al Mujaahiriin yaitu semisal ada seorang laki-laki yang mengerjakan sebuah perbuatan (buruk) pada malam hari kemudian ia menjumpai waktu subuh dan Alloh ﷻ telah menutupi aibnya (berupa perbuatan buruk). Lalu laki-laki tersebut mengatakan, ‘Wahai Fulan, aku telah mengerjakan sebuah perbuatan buruk atau jelek ini dan itu’. Maka itulah orang yang malamnya Alloh ﷻ telah menutup aibnya lalu ia membuka aibnya sendiri di waktu subuh (keesokan harinya).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitupun aib-aib orang lain, hendaknya kita jaga. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda,
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Alloh ﷻ akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.” (Hadits Shahih Muslim)
Termasuk rahasia yang tidak boleh disebarkan adalah hal yang berkaitan dengan hubungan seksual suami istri. Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إنَّ مِنْ أشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ القِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى الْمَرْأةِ وتُفْضِي إِلَيْهِ ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
“Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Alloh ﷻ dalam hal kedudukannya pada hari kiamat ialah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istrinya itupun menyetubuhinya, kemudian menyiar-nyiarkan rahasianya itu.” (HR. Muslim)
Selama interaksi saya dengan orang-orang Jepang, mereka cenderung tidak suka mencampuri urusan orang lain, itu yang membuat timbul mutual respect, saling menghargai.
Tidak pernah orang Jepang kepo (ingin tahu) urusan orang lain dan mereka sangat tidak nyaman mendengarkan rahasia orang lain, kecuali orang yang sudah sangat dekat.
Itu juga mungkin yang membuat usia orang-orang Jepang panjang ya, tentu selain karena asupan makanan yang sehat dan fasilitas kesehatan yang baik. Tapi tidak suka ikut campur urusan orang lain membuat pikiran dan hati tentram juga kan.
◾7. Janji Palsu dan Berdusta
Orang yang berjanji palsu dan berdusta terancam dengan kemunafikan. Rasulullah ﷺ bersabda,
اَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا,وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَ فِيْهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ,حَتَّى يَدَعَهَا: اِذَاحَدَّثَ كَذَبَ,وَاِذَاوَعَدَاَخْلَف,وَاِذَاعَاهَدَغَدَرَ,وَاِذَاخَاصَمَ فَجَرَ
“Ada empat perkara, barangsiapa yang memiliki semuanya itu dalam dirinya maka ia adalah seorang munafik, sedang barangsiapa yang memiliki salah satu dari sifat-sifat itu di dalam dirinya maka ia memiliki salah satu sifat kemunafikan, sehingga ia meninggalkan sifat tadi. Empat perkara itu ialah jikalau berbicara dusta, jikalau bersumpah menyalahi, jikalau menjanjikan sesuatu bercidera dan jikalau bermusuhan berlaku curang.” (HR. Bukhari Muslim)
Adapun dusta yang dibolehkan adalah dusta yang terpaksa dilakukan demi tercapainya tujuan yang benar. Dari Ummu Kultsum binti Uqbah radhiallahu anha bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيَنْمِي خَيْرًا أَوْ يَقُولُ خَيْرًا
“Bukanlah disebut pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan di antara manusia dengan cara dia menyampaikan hal-hal yang baik atau dia berkata hal-hal yang baik." (HR. Al-Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605)
Ibnu Syihab berkata,
وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِى شَىْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ الْحَرْبُ وَالإِصْلاَحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا.
“Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, ‘Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).’”
"Jadi alhamdulillah sejak dari Indonesia pun, keluarga kami tidak pernah mengenal prank (perbuatan jahil)."
"Pernah ada saudara datang ke rumah, berbohong untuk lucu-lucuan, kami sekeluarga percaya. Walaupun kemudian istrinya menegur; di sini (di keluarga saya maksudnya) jangan disamakan sama keluarga kita, di sini itu tidak pernah saling bicara kebohongan walaupun sekedar untuk lucu-lucuan."
"Apalagi selama kami di Jepang. Orang Jepang itu terkenal akan kejujuranya. Padahal agama mereka bukan Islam. Tidak pernah ada cerita pemilik rumah makan ngeprank (berbuat jahil) kostumernya dengan tagihan yang tidak masuk akal. Semua harga tercantum termasuk besaran pajaknya, tidak pernah ada cerita kaleng "Khong Guan" isinya peyek."
◾8. Menggunjing (Ghibah)
Kenapa nomor 8 ini saya sampaikan?
Karena sering kali kita itu tidak sadar bahwa kita sedang mengghibah saat ngobrol sama orang lain.
Alloh ﷻ berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh ﷻ. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat, 49: 12).
Apakah ghibah atau bergunjing itu? Untuk memahaminya mari kita simak hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ pernah ditanya,
يَا رَسُلُ اللهُ! مَاالْغِيْبَةُ؟ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ. قِيْلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ, وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ. (رواه مسلم وأبو داود والترمذي)
“Wahai Rasulullah ﷺ, apakah ghibah itu?” Beliau menjawab, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang tidak disukainya”. Beliau ditanya lagi, “Bagaimana pendapat engkau jika pada diri saudaraku itu ada sesuatu yang aku katakan?” Beliau menjawab, “Jika pada dirinya ada sesuatu yang engkau katakan, berarti engkau telah mengghibahnya, dan jika pada dirinya tidak ada sesuatu yang engkau katakan, berarti engkau telah mendustakannya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
✓ GHIBAH >> Mengatakan sesuatu yang benar tentang orang lain. Tapi bila orang lain tersebut dengar, ia tidak suka.
✓ FITNAH >> Mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain. Bila orang lain tersebut dengar, pastinya ia tidak suka.
Hasan, cucu Nabi ﷺ, berkata bahwa bergunjing itu ada tiga macam, ketiganya disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu;
1. GHIBAH >> Ghibah atau bergunjing, yaitu menyebut-nyebut keburukan yang ada pada orang lain (walau itu benar adanya).
2. IFKI >> Menyebarkan desas-desus atau menyebut-nyebut seseorang setelah berita-beritanya sampai kepada kita.
3. BUHTAN >> tuduhan yang palsu atau menyebut-nyebut kejelekan seseorang yang tidak ada padanya.
"Nomor 8 ini seperti Bu Tejo begitulah di film pendek "Tilik", nyebelin bingit kan?"
◾9. Perkataan Orang Bermuka Dua
Mereka adalah orang-orang yang menunjukkan persetujuan dan kecintaan kepada kita; ketika berjumpa ia selalu menunjukkan wajah yang riang dan gembira. Namun apabila ia telah berpaling, maka diapun mencaci-maki kita dengan ucapan yang keras dan menghina bahkan disertai sumpah serapah yang keji.
Mengenai tipikal orang seperti ini, Rasulullah ﷺ bersabda,
مِنْ شَرِّ النَّاسِ ذُو الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ
“Seburuk-buruk manusia adalah pemilik dua wajah, yang datang kepada suatu kaum dengan satu wajah dan kepada kaum yang lain dengan wajah yang lainnya.” (HR. Abu Daud No.4229).
◾10. Namimah (menghasut atau mengadu domba)
Perbuatan namimah sangat berbahaya karena dapat menimbulkan permusuhan berkepanjangan.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi ﷺ pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di azab di kubur. Beliau pun bersabda,
يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
“Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa namimah bertujuan merusak hubungan manusia. Beliau berkata,
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻌُﻠَﻤَﺎﺀ : ﺍﻟﻨَّﻤِﻴﻤَﺔ ﻧَﻘْﻞ ﻛَﻠَﺎﻡِ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑَﻌْﻀِﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰ ﺑَﻌْﺾٍ ﻋَﻠَﻰ ﺟِﻬَﺔِ ﺍﻟْﺈِﻓْﺴَﺎﺩِ ﺑَﻴْﻨﻬﻢْ .
“Para ulama menjelaskan namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan di antara mereka.” (Syarh Nawawi LiShahih Muslim 1/214)
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
🌀TaNYa JaWaB🌀
0⃣1⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
Tadz terkait materi yang nomor 7 janji palsu dan berdusta. Apakah musibah-musibah yang melanda negeri yang hampir bergantian disetiap daerah. Apakah juga termasuk akibat dari pemimpin yang kurang amanah dalam menjalankan tugasnya yang hanya janji-janji tanpa realita. Sehingga rakyat dan Negeri ini tertimpa musibah dan bencana.
🌀Jawab:
إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ
فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi ﷺ menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." (HR. Bukhari 6015)
Yang saya pahami seperti ini mba'. Saat kepemimpinan diserahkan pada ahlinya atau bukan kepada orag yang capable (mampu), dia cenderung tidak bisa mengurus urusan rakyat dan negaranya. Saat awal-awal pandemi Covid 19 misalnya, pemerintah denial atau menyangkal dan bahkan bilang covid 19 tidak akan berjangkit di Indonesia karena iklimnya tropis, banyak-banyak makan nasi kucing saja supaya tetap sehat, Covid-19 susah masuk Indonesia karena perizinan sulit dan lain sebagainya. Yang terjadi Indonesia terlambat dalam penanganan wabah sehingga fatal seperti hari ini.
Salah urus perizinan tambang dan perkebunan di Kalimantan mengakibatkan hutan tropis berkurang sangat banyak, sehingga menimbulkan banjir dan hal-hal semisal dengan itu.
Wallahua'lam
0⃣2⃣ Safitri ~ Banten
Ustadz apa sama saja ketika kita lagi kumpul dan mengobrol sama teman yang satu frekuensi terus tanpa sadar begitu keluar kata yang tidak baik kan tanpa disengaja begitu, bagaimana ustadz?
🌀Jawab:
Disinilah supaya kita memilih kumpulan orang-orang yang sefrekwensi baik mba'. Kalau kemudian dalam perjalanan kita harus berinteraksi dengan macam-macam orang maka, kita melebur tapi tidak larut, berkumpul tapi kita punya identitas sendiri, syukur-syukur bisa mewarnai kumpulan tersebut dengan warna kia.
Sebelum saya berangkat ke Jepang bersama keluarga, ada seorang teman pengusaha memiliki tanah, mengajak untuk bikin Cluster perumahan yang perumahan itu dijual ke teman-teman dekat yang sefrekwensi. istilahnya kita membentuk komunitas perumahan yang baik. Memilih tetangga yang baik-baik. Entah nanti apa saya masih dapat satu unit untuk saya dan keluarga.
🔷Kan dalam materi tidak boleh kita membicarakan seksual tentang sepasang suami istri, tapi kalau ada teman kita yang tiba-tiba cerita, terus Fitri tanggapinya, urusan seperti begitu diceritain, dia orangnya santai tidak apa-apa sih buat pelajaran, kalau seperti begini bagaimana ustadz?
🌀Sebaiknya dialihkan pembicaraan ke hal yang lain mba'. Karena dikhawatirkan akan timbul mudharat dalam obrolan tersebut. Kecuali hal tersebut diceritakan dalam rangka konsultasi, meminta solusi (expert purposes atau tujuan keahlian).
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
🌀CLoSSiNG STaTeMeNT🌀
Just because, hanya karena banyak atau mayoritas orang melakukan pembicaraan-pembicaraan yang tidak baik ini hari, bukan berarti hal itu benar.
Kita kembalikan saja pada syariat atau ketentuan Islam. bagaimana Al Qur'an dan Sunnah (hadist) mengatur bagaimana kita berinteraksi dengan lisan kita.
Menjaga lisan itu sama bobotnya sebagaimana kita menjaga kemaluan kita.
End...
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar