OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💘M a T e R i💘
Assalamualaikum sholehah,
Segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita malam ini. Sholawat dan salam kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman nanti.
Sholehah... Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan serta dalam sunnah keseimbangan dan keserasian. Begitupun dengan manusia, pada diri manusia berjenis laki-laki terdapat sifat kejantanan atau ketegaran dan pada manusia yang berjenis wanita terkandung sifat kelembutan atau kepengasihan.
Sudah menjadi sunatullah bahwa antara kedua sifat tersebut terdapat unsur tarik-menarik dan kebutuhan untuk saling melengkapi. Seperti Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Ar-Rum: 21.
Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah hubungan yang benar-benar manusiawi maka Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan.
Islam menjadikan lembaga pernikahan sebagai sarana untuk memadu kasih sayang diantara dua jenis manusia. Dengan jalan pernikahan itu pula akan lahir keturunan secara terhormat.
Maka adalah suatu hal yang wajar jika pernikahan dikatakan sebagai suatu peristiwa yang sangat diharapkan oleh mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.
Bahkan dalam Al-Quran Surat An-Nur: 32 Allah SWT berfirman, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan."
"Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 24:32).
Demikan juga Rasulallah SAW dalam sebuah hadits secara tegas menyatakan: "Nikah adalah Sunahku. Barang siapa yang membenci pada sunahku maka tidak termasuk umatku." (H.R. Thabrani dan Baihaqi).
🌸Persiapan Pra-Nikah Bagi Muslim dan Muslimah
Seorang muslim dan muslimah yang baik yang mengetahui urgensi dari suatu pernikahan tentu saja suatu hari nanti ingin dapat bersanding dengan seorang yang baik dalam ikatan suci pernikahan. Pernikahan menuju rumah tangga SAMARA (sakinah, mawaddah dan rahmah) tidak tercipta begitu saja, melainkan membutuhkan persiapan-persiapan yang memadai sebelum melangkah memasuki gerbang pernikahan.
Nikah adalah salah satu ibadah yang sangat penting, suatu mitsaqan ghalizan (perjanjian yang sangat berat). Banyak konsekuensi yang harus dijalani pasangan suami-isteri dalam berumah tangga. Bagi seorang muslimah, pernikahan merupakan salah satu ujian dalam kehidupan dirinya karena salah satu syarat yang dapat menghantarkan seorang isteri masuk surga adalah mendapatkan ridho suami. Sebaliknya, bagi seorang muslim, ujian dalam kehidupan berumah tangga adalah menjadi imam dalam keluarga dan pencari nafkah keluarga.
Oleh sebab itu seorang muslim atau muslimah harus mengetahui secara mendalam tentang berbagai hal yang berhubungan dengan persiapan-persiapan menjelang memasuki lembaga pernikahan, yaitu antara lain:
a. Persiapan Spiritual/moral (Kematangan visi keislaman)
Dalam diri setiap orang beriman selalu terdapat keinginan bahwa suatu hari nanti akan mendapatkan jodoh yang sholih atau sholihat, yang taat beribadah, bisa bersama-sama dalam mengarungi kehidupan di dunia, dalam suka dan duka dan akhirnya bersama-sama masuk surga selamat dari neraka. Bila kita simak firman Allah SWT di dalam Al-Quran "Bahwa Wanita yang keji, adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik." (QS. An-Nuur: 26), maka bila seseorang memiliki keinginan untuk mendapatkan pasangan yang sholih atau sholihat, maka harus diupayakan agar dirinya menjadi sholih atau sholihah terlebih dahulu. Untuk menjadikan diri kita seorang yang sholih atau sholihah, maka bekalilah diri dengan ilmu agama serta hiasilah dengan akhlaq islami, dengan niat bukan hanya semata untuk mencari jodoh, tetapi untuk beribadah dan mendapatkan ridhoNya.
Institusi pernikahan juga berfungsi sebagai salah satu sarana untuk beribadah kepada Allah SWT.
b. Persiapan Konsepsional (memahami konsep tentang lembaga pernikahan)
Pernikahan merupakan sarana untuk beribadah dan meningkatkan pahala dari Allah SWT, seperti dalam salah satu hadits Nabi SAW bersabda Shalat Dua rokaat dari orang yang telah menikah lebih baik daripada delapan puluh dua rokaatnya orang yang bujang. Pernikahan sebagai wadah terciptanya generasi robbani, penerus perjuangan menegakkan agama Allah (dienullah).
Adapun jika dari pernikahan diikuti dengan lahirnya anak yang sholih atau sholihah, maka sang anak akan menjadi penyelamat bagi kedua orang tuanya.
Pernikahan juga sebagai sarana tarbiyah (pendidikan) karena dengan menikah, maka akan banyak diperoleh pelajaran-pelajaran dan hal-hal yang baru. Selain itu pernikahan dapat menjadi sarana dalam berdakwah, baik dakwah ke keluarga, maupun ke masyarakat.
c. Persiapan Kepribadian
Dalam hal ini belajar untuk mengenal (bukan untuk dikenal). Seorang laki-laki yang menjadi suami atau seorang perempuan yang menjadi istri, sesungguhnya awalnya adalah orang asing bagi kita, yang mungkin mempunyai latar belakang, suku, dan kebiasaan yang berbeda dan semua perbedaan tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya perselisihan. Bila perbedaan tersebut tidak dikelola dengan baik melalui komunikasi, keterbukaan dan kepercayaan, maka bisa jadi timbul persoalan dalam pernikahan. Untuk itu diperlukan keberadaan jiwa yang besar untuk mau menerima dan berusaha mengenali pasangan kita.
d. Persiapan Fisik
Kesiapan fisik ini ditandai dengan kesehatan yang memadai sehingga kedua belah pihak akan mampu melaksanakan fungsi diri sebagai suami ataupun isteri secara optimal. Saat sebelum menikah, ada baiknya bila memeriksakan kesehatan tubuh, terutama faktor yang mempengaruhi masalah reproduksi. Apakah organ-organ reproduksi dapat berfungsi dengan baik, atau adakah penyakit tertentu yang diderita yang dapat berpengaruh pada kesehatan janin yang kelak dikandung. Bila ditemukan penyakit atau kelainan tertentu, segeralah berobat.
e. Persiapan Material
Islam tidak menghendaki kita berfikiran materialistis, yaitu hidup yang hanya berorientasi pada materi. Akan tetapi bagi seorang suami, yang akan mengemban amanah sebagai kepala keluarga, maka adanya kesiapan calon suami untuk memberi nafkah perlu diutamakan.
Sebaliknya bagi fihak wanita, perlu adanya kesiapan untuk mengelola keuangan keluarga. InsyAllah bila suami berikhtiar untuk menafkahi maka Allah akan mencukupkan rizki kepadanya.
"Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nimat Alloh?" (QS. 16: 72).
f. Persiapan Sosial
Setelah sepasang manusia menikah berarti status sosialnya di masyarakatpun berubah. Mereka bukan lagi gadis dan lajang tetapi telah berubah menjadi sebuah keluarga. Sebagai akibatnya, mereka pun harus mulai membiasakan diri untuk terlibat dalam kegiatan sosial di kedua belah pihak keluarga maupun di masyarakat.
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, kerabat-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin." (QS. An-Nissa: 36).
Adapun persiapan-persiapan menjelang pernikahan (dari a hingga f) yang tersebut di atas, tidak dapat dengan begitu saja kita raih. Melainkan perlu waktu dan proses belajar untuk mengkajinya. Untuk itu, mumpung masih memiliki banyak waktu, belum terikat oleh kesibukan rumah tangga, maka upayakan untuk menuntut ilmu sebanyak-banyaknya guna persiapan menghadapi rumah tangga kelak.
🌸Langkah-Langkah yang Ditempuh untuk Memilih Calon Pasangan Hidup
a. Menentukan Kriteria Calon Pendamping.
Calon pendamping diutamakan yang kefahaman agamanya kuat dan mempunyai ahlaqul karimah. Kriteria yang lain seharusnya jangan terlalu banyak dan merupakan kriteria yang tidak terlalu prinsip.
b. Mengkondisikan Orang Tua dan Keluarga.
Kadang ketidak-siapan orang tua dan keluarga bila anak gadisnya menikah menjadi suatu kendala tersendiri untuk menuju proses pernikahan. Penyebab ketidak-siapan itu kadang seringkali berasal dari diri anak gadisnya sendiri, misalnya masih menunjukkan sikap kekanak-kanakan serta belum dapat bertanggung jawab. Ketidak-siapan dapat juga berasal dari pengaruh lingkungan, seperti belum selesai kuliah (sarjana) tetapi sudah akan menikah. Hal-hal seperti ini harus diantisipasi sebelumnya, agar pelaksanaan menuju pernikahan menjadi lancar dan barokah.
c. Mengetahui batasan-batasan siapa yang yang tidak boleh menjadi pasangan kita.
Seperti yang tersurat di dalam QS. 4: 23-24 dan QS. 2: 221.
d. Mengkomunikasikan Kesiapan untuk Menikah.
Kesiapan seorang muslimah dapat dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang dipercaya, agar dapat turut membantu langkah-langkah menuju proses selanjutnya.
e. Taâaruf (Berkenalan).
Proses taâaruf sebaiknya dilakukan dengan cara Islami. Dalam Islam proses taâaruf tidak sama dengan istilah pacaran. Dalam berpacaran sudah pasti tidak bisa dihindarkan kondisi dua insan berlainan jenis berduaan, yang mana dapat membuka peluang terjadinya saling pandang atau bahkan saling sentuh, yang sudah jelas semuanya tidak diatur dalam Islam.
Alloh SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. 17: 32). Rasululloh SAW bersabda: "Ingatlah jangan sekali-kali seorang laki-laki bersendirian dengan seorang perempuan, kecuali yang menigai (Ket. menjadi orang ketiga) pada mereka adalah syetan." (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi).
Bila kita menginginkan pernikahan kita terbingkai dalam ajaran islami, maka semua proses yang menyertainya, seperti mulai dari mencari pasangan haruslah diupayakan dengan cara yang islami pula dan jangan dimulai dengan pelanggaran.
e. Bermusyawarah dengan Pihak-pihak Terkait.
Bila setelah proses taâaruf terlewati, dan hendak dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka selanjutnya dapat melangkah untuk mulai bermusyawarah dengan pihak-pihak yang terkait.
f. Istikhoroh.
Daya nalar manusia dalam menilai sesuatu dapat salah, untuk itu sebagai seorang muslim yang senantiasa bersandar pada ketentuan Alloh, sudah sepantasnya bila meminta petunjuk dari Alloh SWT, misalnya melalui sholat istikhoroh. Bila calon tersebut baik bagi diri kita, agama dan penghidupannya, Alloh akan mendekatkan, dan bila sebaliknya maka akan dijauhkan. Dalam hal ini, apapun kelak yang terjadi, maka sikap berprasangka baik (husnuzhon) terhadap taqdir Alloh harus diutamakan.
Demikianlah sedikit ulasan tentang Kajian Pra-Nikah Bagi Muslim-Muslimah untuk menambah wawasan bagi muslim dan muslimah yang menginginkan mendapatkan jodoh yang barokah. Semoga Alloh meng-qodar pasangan hidup yang sholih atau sholihah yang dapat membantu kelancaran ibadah bagi kita semua.
Aamiin.
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Bund Lisa ~ Malang
Kemarin anak sulung saya minta ijin menikah muda, padahal saat ini masih sekolah di sma kelas 1, katanya soal Rezeki pasti orang menikah yakin dibantu Allah. Bagaimana meyakinkan anak saya bahwa menikah muda pasti banyak tantangan mental bunda? Padahal yang sudah merasakan senang sedihnya menikah saja masih terus belajar ilmu pernikahan.
🌸Jawab:
Kita harus bicara dengan fakta-fakta bunda, nikah bukan hanya soal rezeki, tapi juga kesiapan mental kedua belah pihak. Banyak terjadi perpisahan karena masing-masing belum matang dan belum siap mental. Bunda silakan cari contoh-contoh yang bisa dilihat. Tapi hal itu jangan sampai membuat dia malah trauma untuk berumah tangga.
Pilih-pilih cara, dan cari cara yang tepat, yang sesuai dengan karakter si anak. Jangan terkesan kita memaksakan kehendak.
Silakan ditanya, apakah nikahnya itu karena saling ketertarikkan atau memang karena ingin terjauh dari dosa?
Kalau nikahnya karena ada ketertarikan takutnya itu hanya hasrat sesaat karena sedang kasmaran. Tapi jika dia ingin nikah karena ingin terbebas dari dosa, maka kita orang tua yang harus mikir, itu salah satu tanda bahwa dia telah siap mental, jadi silakan dimusyawarahkan terlebih dahulu.
Wallahu a'lam
0⃣2⃣ Rizka ~ Surabaya
1. Bagaiamana kalau kita belum siap Nikah, tapi jodoh kita sudah ADA?
2. Doa apa agar dapat jodoh apa yang kita inginkan atau sesuai kepribadian Kita?
3. Bagaimana sikap kita terhadap orang tua yang mau jodohkan kita, tapi kita tidak suka?
🌸Jawab:
1. Jika bicara kesiapan, kebanyakan kita malah belum siap untuk nikah, bahkan dengan usia sudah "lewat" juga terkadang masih beralasan belum siap. Jadi jika yang ada adalah lelaki sholeh yang datang, tidak ada alasan untuk menolaknya. Termasuk kata belum siap.
SIAP itu bisa dipaksakan, dan berusaha menjalani kehidupan. Yang penting kita paham apa itu berumah tangga.
2. Minta dan berdoalah kepada Allah dengan bahasa yang kita pahami sendiri, seperti kita merengek kepada orang tua.
3. Kenali saja orangnya jika memang dia sholeh kenapa harus ragu dan menolak, tapi jika dia jauh dari kata sholeh, maka kita berhak untuk menolaknya, dan bicarakan dengan orang tua secara baik-baik.
Wallahu a'lam
0⃣3⃣ Han ~ Gresik
1. Bu, bagaimana seorang ibu yang berat untuk melepas anak kesayangannya untuk membina keluarga baru dengan calon suami atau istrinya kelak?
2. Bagaimana menyikapi bila tidak berjodoh di dunia tapi berjodoh di akhirat?
3. Mengapa zaman sekarang ini banyak yang menikah di usia lanjut hanya untuk mengejar atau mencukupi materi dulu tapi nikah nanti-nanti saja kalau sudah siap?
🌸Jawab:
1. Itu hanyalah ketakutan seorang ibu, takut kasih sayang anaknya terbagi. Takut anaknya tidak bisa bersamanya lagi, takut perhatian anaknya berkurang. Jadi yakinkan ibu kalau semua akan tetap sama, tidak akan berubah.
2. Itu janji Allah, maka yakinilah itu
3. Semua Karena kecintaan kepada dunia, hingga melalaikan syari'at.
Wallahu a'lam.
0⃣4⃣ Mila ~ Depok
1. Bagaimana cara kita untuk yakin apakah dia jodoh kita atau belum dan itupun kita telah istikharah?
2. Bagaimana membedakan laki-laki yang memang niat ke jenjang serius ataupun niat hanya modus yang beriming-imingkan serius?
🌸Jawab:
1. Meyakinkan itu yaa dengan istikharah, jika didalam istikharah tidak yakin dan Allah tidak memberikan jalan kemudahan, maka sebaiknya jangan lanjutkan.
2. Lelaki yang serius akan langsung datang meminta kepada orang tua. Tidak akan berlama-lama dengan alasan-alasan tertentu. Jika masih banyak alasan, berarti dia tidak serius atau belum siap untuk menikah.
Wallahu a'lam.
0⃣5⃣ June ~ Palu
Bagaimana kalau lelaki yang awalnya ingin serius dengan ta'aruf namun seiring berjalannya waktu kok kami berdua semakin intens berkomunikasi dan tidak lewat mahram kami lagi, tetapi lelaki ini sudah ingin datang ke orang tua saya dalam waktu dekat ini dan sudah ingin segera mempersiapkan segalanya untuk melanjutkan ke pernikahan, segala usaha sudah dia tunjukan demi meyakinkan diri saya kalau memang dia serius, kami sudah sering istikharah menurut dia sampai sekarang tujuannya hanya saya, cuma saya masih ragu ummi dengan keseriusan dia.
Bagaimana menurut ummi, sedang saya sudah tidak muda lagi untuk memilih-milih seseorang, pengalaman kemaren saya sering gagal dengan lelaki yang ingin serius dengan saya, bagaimana menurut ummi?
🌸Jawab:
Kalau dia sudah memantapkan hati dan telah memperlihatkan keseriusan, kenapa masih ragu?
Apalagi dari segi usia udah tidak muda lagi, apa lagi yang ditunggu?
Kekecewaan dan kegagalan dimasa lalu tak bisa menjadi acuan hidup kita, apapun itu, dalam hal apapun, bukan hanya soal jodoh, tapi di setiap detik langkah kita. karena semua itu garis dari Yang Kuasa.
Jika nanti gagal lagi, itu Qadarullah yang melihat dengan kuasanya kalau ikhwan itu bukan yang terbaik untuk kita.
Melangkahlah kedepan dengan kemantapan. Buang keraguan, memohon kepada Allah untuk menentukan yang terbaik. Jika memang dia adalah jodoh kita maka akan dipertemukan diijab qabul, sampai kapan berjodohnya pun itu ada ketentuan dari Illahi.
Wallahu 'alam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSSiNG STaTeMeNT💘
JIKA MEMANG SUDAH TIBA WAKTUNYA, MAKA JALANI DENGAN PENUH KESYUKURAN.
SIAPKAN DIRI SEDARI AWAL DENGAN SEGALA BEKAL MENEMPUH KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA.
RUMAH TANGGA BUKAN MAINAN DAN BUKAN SANDIWARA SESAAT, TAPI AKAN DILALUI HINGGA JANNAH-NYA KELAK.
SEMOGA KEBAHAGIAAN MENAUNGI KITA.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar