Jumat, 25 Januari 2019
KEBIASAAN JANGAN DIBIASAKAN
OLeH: Ibu Irnawati Syamsuir Koto
💎M a T e R i💎
Assalamualaikum teman-teman, apa kabar?
Sahabat-sahabatku...
Pertemuan malam ini kita buka dengan sebuah hadist.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالَا يَعْنِيْهِ
“Di antara kebaikan Islamnya seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang bukan urusannya.” (HR. At-Tirmidzi 9/196, Ibnu Majah 3976 Hadits ini dinilai hasan oleh an-Nawawi dan Ibnu ‘Abdil Barr. Namun, hadits ini dinilai shahiholeh al-Albani).
Islam mengatur dengan indah bagaimana seorang mukmin berakhlak terhadap dirinya dan sesama muslim lainnya. Termasuk di sini bagaimana ia lebih memperhatikan kehidupan akhiratnya daripada terlalu sibuk dengan urusan orang lain. Peduli pada kebutuhan saudaranya sangat bagus, bahkan diperintahkan syariat. Akan tetapi, terlalu campur tangan, bahkan menyibukkan lisannya, hatinya, dan aktivitas lain yang tidak terlalu penting dan mendesak dengan orang lain akan membuatnya melupakan kewajibannya pada Allah ‘Azza wa Jalla.
Seperti dalam hal berbicara, dia perlu berpikir apakah perkataannya mengandung maslahat atau justru bisa melukai, mendorong pada menyakiti saudaranya, ghibah, dan hal yang sejenis yang menjerumuskan pada dosa.
Hisan bin Abi Sinan pernah melewati sebuah kamar lalu dia bertanya,”Sejak kapan kamar ini dibangun?” Kemudian, dia kembali bertanya kepada dirinya sendiri,” Apa urusanku dengan pertanyaan, sejak kapan kamar ini dibangun?! Sungguh engkau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat bagimu. Kemudian, dia menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa selama satu tahun." (Hilyatul Auliya, 3/115)
Belakangan ramai di ruang publik tentang berita bohong (hoax), baik di media sosial maupun di media massa.
Sebuah laman online mewartakan bahwa menulis berita palsu (hoax) memberikan keuntungan materi yang menggiurkan. Disebutkan oleh seorang reporter dari media asing bahwa penulis berita palsu bisa memperoleh penghasilan lebih dari 10 ribu dolar AS atau setara Rp. 135 juta per bulan.
Akan tetapi, kepalsuan, kebohongan atau hoax bukanlah hal yang mendatangkan maslahat. Oleh karena itu, sikap Islam terhadap hoax sangat jelas dan tegas, yakni melarang.
Dari 'Abdulah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).” (HR. Ahmad).
Allah Ta’ala menegaskan di dalam Al-Qur’an, siapa suka menyebarkan berita bohong, maka baginya siksa yang besar.
بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, maka baginya adzab yang besar.” (QS. An-Nur: 11).
Secara eksplisit ayat di atas menjelaskan perihal berita bohong yang dituduhkan oleh Abdullah bin Ubay bin Salul terhadap Aisyah Radhiyallahu Anha yang sempat mengguncangkan kehidupan Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam beserta seluruh keluarganya.
Jadi, orang yang berbicara tentang masalah ini dan menuduh Ummul Mukminin dengan tuduhan keji, berhak mendapat balasan berupa adzab yang besar, baik mereka yang memulai, atau pun yang mengumpulkan dan menyebarkan berita bohong tersebut.
Subhanallah, demikian sempurnanya ajaran Islam. Kegaduhan kehidupan di negeri ini tentang berita bohong pun telah terpapar dengan jelas dan menyeluruh, baik dari kasus sampai dampak dan bagaimana hukum Allah melihat berita bohong beserta para pelaku dengan beragam keterlibatan dalam penyebaran.
Dengan demikian, masalah berita bohong di dalam Islam bukan perkara sepele. Dan, karena itu harus benar-benar kita jauhi dalam kehidupan sehari-hari, sebab yang namanya adzab itu sudah pasti berat, apalagi Allah tegaskan dengan adzab yang besar.
Karena begitu pentingnya kita berhati-hati dalam dusta alias bohong, Allah menyandingkan bahaya keburukannya setelah dosa menyekutukan Allah Ta’ala.
"Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.” (QS. Al-Hajj: 30).
“Kalau Engkau Berbohong, Maka ini Sedekah untukmu”
Dalam tafsir Ibn Katsir dipertegas dengan hadits Rasulullah. “Maukah kalian aku bertitahukan tentang dosa terbesar di antara dosa-dosa besar?”
Kami menjawab, “Tentu, ya Rasulullah.” Beliaupun melanjutkan, “Berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”
Pada waktu itu beliau duduk dengan bersandar, lalu beliau duduk dengan tegak, lalu meneruskan sabdanya, “Hati-hatilah (terhadap) perkataan dusta dan sumpah palsu.” Beliau terus-menerus mengulang-ulanginya hingga kami berkata: “Semoga beliau diam.” (HR. Bukhari Muslim).
Dengan demikian, jauhilah berbohong atau pun menyebarkan berita bohong. Sebab hal tersebut mendatangkan banyak kerugian. Terlebih jika berbohong sampai menjadi tabiat diri.
🌸🌷🌸
Cecil G. Osborne dalam bukunya “The arts of getting along with people” menjelaskan bahwa orang yang terbiasa berbohong tidak akan sadar bahwa ia berbohong.
Hukuman bagi pembohong adalah bahwa akhirnya mereka tidak dapat membedakan kebenaran dengan kesalahan dan percaya pada kebohongan mereka sendiri. Orang semacam ini memiliki perasaan rendah diri dan rasa tidak aman yang mendalam.
Pada akhirnya, itulah yang membuat ahli bohong semakin terjerumus pada kenistaan dengan semakin kuatnya bibit kemunafikan di dalam diri.
“Ciri orang munafik ada tiga, jika berbicara ia berbohong, jika berjanji maka tidak ditepati, dan jika dipercaya maka ia berkhianat.” (HR. Muslim).
Pembohong tidak bisa dipercaya. Bahkan, mereka yang lisannya berucap namun tidak dibuktikan dengan tindakan pun, sudah terkategori berbohong.
Imam Az-Zuhri meriwayatkan dari Abu Hurairah, “Barangsiapa berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah aku beri kurma,’ kemudian dia tidak memberinya, maka ini adalah bohong.”
Abdullah bin Amir meriwayatkan, “Rasulullah berkunjung ke rumah kami ketika aku masih kecil. Aku pergi keluar untuk bermain. Ibuku berkata, “Wahai Abdullah, kemarilah aku beri kamu sesuatu.”
Rasulullah bertanya, “Apa yang ingin kamu berikan kepadanya?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya sebuah kurma.”
Maka Rasulullah bersabda, “Apabila kamu tidak memberikannya maka dicatat bagimu satu kebohngan.” (HR. Ahmad).
Diakhir zaman, salah satu tandanya adalah umat akan semakin bingung dengan informasi yang haq dan bathil. Bahkan saat ini, kata hoax justru dilontarkan kepada mereka yang selama ini paling sibuk mengeluarkan hoax alias kebohongan.
Berbohong adalah salah satu kebiasaan yang sering kita lakukan didalam kehidupan sehari hari, kita pikir berbohong terhadap hal yang kecil kecil adalah hal yang biasa saja, tapi ternyata dampaknya sangat besar.
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎TaNYa JaWaB💎
0⃣1⃣ Kiki ~ Tanjungpinang
Bunda irna, bagaimana caranya kita menasehati keluarga kita yang kegandrungan main game online ya bunda? Terkadang suka lupa waktu, dan kalau dipanggil suka tidak dengar.
🌸Jawab:
Kalau sudah kecanduan sebaiknya diteraphy oleh ahlinya. Kecanduan harus ditangani secara tepat.
Tidak bisa asal tanpa ilmu. Karena salah salah penanganan akan berakibat fatal.
Wallahu a'lam
0⃣2⃣ Donna ~ Wonsobo
Bunda irna, apakah salah yang saya lakukan berbohong ini bunda, karena anak saya tidak mau makan, semua cara sudah di lakukan tapi si anak tetap tidak mau makan, dan akhirnya saya harus berbohong dengan cara bilang "nanti kita pergi jalan-jalan ya, tapi harus makan dulu" tapi tidak ditagih anak saya karena dia masih berusia 21 bulan. Terimkasih ustadzah.
🌸Jawab:
SALAH.
Kebohongan apapun bentuknya tetap saja sebuah kebohongan, apalagi terhadap anak-anak. Dia akan menangkap dan menyerap semua kata-kata yang kita ucapkan,dan akan mengartikannya dengan cara pikir ke anak-anakan dianya. Jika dia terbiasa mendengar satu kalimat, dan disaat dia mampu memahami kalimat tersebut, maka hal negatif akan tercatat dimemorynya, ooo... Kalau mau makan Ibu bilang jalan-jalan, padahal jalan-jalan itu seperti ini, tapi kenapa tidak seperti ini disaat selesai makan?
Maka anak akan mulai bingung. Jalan-jalan itu seperti apa sebenarnya.
Kalau dia sudah mulai mengerti maka dia akan berontak. Ini tidak baik untuk perkembangannya, apalagi nanti jika dia telah kita ajarkan antara berkata jujur dan tidak jujur.
Wallahu a'lam
🌸🌸🌸🌟🌟🌟🌸🌸🌸
💎CLoSSiNG STaTeMeNT💎
Teman teman ku yang dicintai Allah.
Ada hal-hal yang sering menjadi kebiasaan didalam kehidupan manusia.
Tapi sebenarnya kebiasan itu sangat tidak baik menurut hukum Islam, bahkan terlarang.
Maka kewajiban kita sebagai muslim adalah merubah kebiasaan tersebut.
Karena jika tidak maka kita akan tetap didalam kesia-siaan dan kerugian.
Wallahu a'lam bishowab.
Demikian dari saya, mohon maaf lahir dan batin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar