Rabu, 21 Februari 2018
Misteri & Rahasia Umur Yang Tidak Pernah Kita Tau
OLeh : Ibu Irnawati Syamsuir Koto
Assalamu'alaikum wr. wb.
Puji pujian kita tujukan kepada Allah Yang Esa, yang tiada tuhan selainNya , satu-satunya tempat meminta, satu-satunya tempat berharap, satu-satunya tempat bersandar yang hakiki. Sholawat dan salam terkirim kepada Rasulullah SAW , keluarga serta sahabat dan semua pengikutnya hingga akhir jaman .
Teman teman ...
Kalau bicara soal rahasia dan misteri rasanya gimanaaaaa gitu yaaa....
Ada sesuatu yang rasanya ingin sekali kita bongkar!
Ada tidak dari teman teman yang tidak penasaran sama yang namanya "RAHASIA"?
Dan sudah sifatnya manusia jika sesuatu itu menjadi rahasia maka akan berusaha untuk membongkarnya. Rahasia memang selalu menarik untuk dibicarakan. Rahasia menimbulkan rasa penasaran. Dan ketika berhasil membongkar sebuah rahasia, ada rasa kepuasan yang muncul dalam diri Anda. Itu salah satu sebab mengapa begitu banyak buku, film, lagu yang berjudul ‘rahasia’ laris di pasaran. Karena itu berhati hatilah membeberkan rahasia hidup kita kepada orang lain. Karena tidak semua orang mampu menyimpan rahasia. Hanya Allah saja yang mampu menyimpan rahasia-rahasia seutuhnya hingga tidak ada yang bisa menembusnya. Karena selama dunia ini ada tidak pernah ada yang mampu mengetahui hal-hal yang telah Allah SWT rahasiakan.
Ada beberapa rahasia yang tidak akan pernah terungkap selamanya. Tidak seorang pun yang mengetahuinya.
Salah satunya adalah UMUR
Sudah ada yang tahu tidak umurnya bertahan sampai kapan?
Sama yaa..
Saya juga tidak tahu , entah besok, lusa atau bisa jadi beberapa menit lagi saya meninggalkan teman-teman semua..
🔷🌷🔷
Sahabat-sahabat ku
Waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tidak akan mungkin kembali. Setiap hari dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat.
Modal utama bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini adalah Nikmat Umur. Dengan umurlah manusia belajar, bekerja, dan meraih cita-cita. Dengan umurlah manusia mengupayakan amal terbaik ataupun amal terburuk. Dengan umurlah manusia mengejar ridha Allah atau bahkan terkena murka-Nya. Umur adalah sawah-ladang tepat manusia menanam amal.
Maka pertanyaan yang harus senantiasa kita ajukan kepada diri kita masing-masing, adalah Bagaimana kita mengisi umur kita? Rencana-rencana apa yang telah kita susun untuk memberdayakan umur kita? Amal-amal apa yang telah kita lakukan untuk memaksimalkan umur kita? Sudahkah kita berhasil menukarkan umur kita dengan pahala di sisi Allah dan ridha-Nya? Sudahkah kita mensyukuri nikmat umur?
Seorang muslim harus senantiasa menyadari bahwa kehidupan dan kematian adalah ujian dari Allah Ta’ala. Allah mengaruniakan kepada umat manusia nikmat umur dan kehidupan di muka bumi, agar mereka berlomba-lomba mengupayakan amal yang terbaik, sebagai bekal setelah mereka mati kelak.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Dialah Allah Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan agar Allah menguji kalian, siapakah diantara kalian yang paling baik amalnya?” (QS. Al-Mulk: 2)
Hasil dari amal perbuatan manusia semasa hidup di dunia, baru akan ia dapati di akhirat kelak setelah ia dibangkitkan dari alam kubur. Kehidupan akhirat setelah kematian dunia itulah yang menjadi tolak ukur yang sebenarnya, apakah pahala ataukah dosa yang akan mereka dapatkan, apakah surga ataukah neraka yang mereka raih?
Nikmat Umur memang menjadi modal, panjang umur merupakan modal untuk meraih kedudukan yang tinggi di sisi Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Namun jika umur yang panjang dipenuhi dengan keburukan, maka pemiliknya menjadi orang yang paling buruk.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya." [HR. Ahmad; Tirmidzi; dan al-Hâkim. Dishahihkan oleh al-Albâni rahimahullah dalam Shahîh at-Targhîb wat Tarhîb, 3/313, no. 3363, Maktabul Ma’arif, cet. 1, th 1421 H / 2000 M]
Kenapa orang yang panjang umurnya dan baik amalnya merupakan orang terbaik?
Karena orang yang banyak kebaikannya, setiap kali umurnya bertambah maka pahalanya juga bertambah dan derajatnya semakin tinggi.
Kesempatan hidupnya merupakan tambahan pahala dengan sebab nilai amalannya yang terus tambah, walaupun hanya sekedar istiqâmah di atas iman. Karena apakah yang lebih besar dari iman di dalam kehidupan ini?
Sebaliknya, seburuk-buruk orang adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya,
karena waktu dan jam seperti modal bagi pedagang.
Seyogyanya, dia menggunakan modalnya dalam perdagangan yang menjanjikan keuntungan.
Semakin banyak modal yang diinvestasikan, maka keuntungan yang akan diraihnya juga semakin banyak.
Barangsiapa melewatkan hidup untuk kebaikannya maka dia telah beruntung dan sukses.
Namun barangsiapa menyia-nyiakan modalnya, dia tidak akan beruntung dan bahkan merugi dengan kerugian yang nyata”.
[Faidhul Qadîr, 3/480]
Setiap orang mendapatkan jatah umur yang berbeda-beda. Ada orang yang dikaruniai umur yang sangat pendek, ada juga yang dikaruniai umur yang sangat panjang.
Ada orang yang baru dalam kandungan berupa janin, sudah keguguran dan meninggal sebelum menghirup udara. Ada orang yang begitu keluar dari rahim ibunya dan menghirup udara dunia, dalam hitungan menit, jam atau hari setelahnya ia meninggal dunia. Ada orang yang meninggal di usia balita dan kanak-kanak. Ada orang yang meninggal sebelum mencapai usia baligh.
Mereka yang tidak dikaruniai umur panjang ini tidaklah rugi sedikit pun, meskipun kesempatan mereka untuk beramal hanya sebentar. Sebab, anak-anak yang mati sebelum usia baligh tersebut dalam hadits shahih riwayat imam Bukhari disebutkan akan berada di surga, bersama dengan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, menunggu kedatangan orang tua mereka kelak jika mereka menjadi para penghuni surga.
Justru yang harus senantiasa khawatir akan nasibnya di akhirat kelak adalah orang-orang yang dikaruniai usia melewati usia baligh. Orang yang melewati usia baligh akan menjalani proses hisab (perhitungan amal) masing-masing.
Setiap amal perbuatan yang dilakukan oleh orang yang berusia baligh akan ditanggung oleh dirinya sendiri. Jika amal perbuatannya baik, maka ia akan mendapatkan pahala. Dan jika amal perbuatannya buruk, maka ia akan mendapatkan dosa.
Nasib setiap orang yang telah berusia baligh di akhirat kelak akan ditentukan oleh perbandingan antara amal kebaikan dan amal keburukan yang ia lakukan; antara dosa dan pahala yang ia raih. Jika amal kebaikannya lebih banyak dan lebih berat, maka ia akan meraih ridha Allah dan masuk surga-Nya. Adapun jika amal keburukannya lebih banyak dan lebih berat, maka ia akan mendapatkan murka Allah dan neraka-Nya. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ (6) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (7) وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ (8) فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ (9) وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ (10) نَارٌ حَامِيَةٌ (11)
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (yaitu Surga). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah [101]: 6-11)
🔷🌷🔷
Sahabat-Sahabat ku
Berapa tahun usia kita tidaklah menjadi persoalan.
Tidak masalah kita dikaruniai umur yang panjang atau umur yang pendek. Diberi umur 15 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun, atau lebih dari itu, atau kurang dari itu; bukanlah sebuah masalah.
Yang menjadi masalah, adalah bagaimana kita mensyukuri dan mengisi nikmat umur tersebut. Selama kita bisa mengisi umur kita dengan amal-amal yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, maka panjang dan pendeknya umur tidak akan berpengaruh. Sebab, ridha Allah dan surga-Nya insya Allah telah disediakan oleh Allah Ta’ala untuk kita.
Sebaliknya, selama kita mengisi umur kita dengan amal-amal yang dibenci dan dimurkai oleh Allah Ta’ala, maka panjang dan pendeknya umur kita tidak akan berpengaruh apa-apa. Sebab, murka Allah dan neraka-Nya telah menanti kita. Nau’dzu billahi min dzalik.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
بَلَى مَنْ كَسَبَ سَيِّئَةً وَأَحَاطَتْ بِهِ خَطِيئَتُهُ فَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
"(Bukan demikian), yang benar. Barangsiapa berbuat dosa dan ia telah dikepung oleh dosanya, mereka itulah para penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah [2]: 81)
Jika umur panjang diisi dengan beragam daftar perbuatan tercela maka umur panjang adalah MUSIBAH yang akan membawa kesedihan.
Umur yang dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk berbuat kebajikan dengan menjalankan perintah allah dan menjauhi larangan-Nya adalah UMUR yang BERKAH.
Dalam kaitan ini Ibnu 'Athaillah As sakandari menyatakan dalam Al Hikam bahwa siapapun yang diberi keberkahan dalam umurnya maka dalam waktu yang pendek akan meraih anugerah Allah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan tidak bisa ditunjukkan dengan isyarat apapun.
Namun bagaimanakah cara mengejar keberkahan umur, agar jika seseorang berumur pendek tetapi ia tetap bisa meraih hasil amal shalih maksimal yang mendekatkan diri kepada Allah?
Dr. Sa'id Ramadhan Al Buthy menjawab bahwa orang tersebut harus mematuhi dua hal :
Jangan mengabaikan potensi yang disediakan Allah, kesehatan prima yang dikaruniakan-Nya, dan kesempatan yang diberikan Allah kepadanya.
Ketiga hal ini harus dimanfaatkan untuk merealisasikan aktivitas-aktivitas yang menjadi tujuan Allah menciptakan manusia.
Dengan kata lain, seseorang harus memanfaatkan dan menghargai waktu dengan menggunakan potensi yang dimiliki, kesempatan yang terbentang luas di hadapannya dan kesehatan yang prima untuk merealisaikan seluruh kewajiban yang dibebankan kepada dirinya.
Banyak orang yang gagal memanfaatkan tiga hal di atas dan baru merasakan penyesalan akibat tidak memanfaatkan waktu dengan baik saat kesehatannya terganggu, kehilangan kesempatan dan tidak lagi memiliki stamina untuk merealisasikan aktivitas-aktivitas yang mendekatkan diri kepada Allah.
Saat merealisasikan aktivitas-aktivitas di atas seseorang harus senatiasa menghadirkan permohonan bantuan kepada Allah, kebutuhannya yang mendesak agar selalu diberi bimbingan oleh-Nya, ditunjukkan ke jalan yang lurus dan dimudahkan segala sesuatu yang sulit.
Karena jika seseorang mampu memadukan kerja keras untuk beraktivitas dan memohon pertolongan dengan sepenuh hati kepada Allah, maka dia akan membukakan apa yang tertutup untuknya dan memudahkan hal yang sulit baginya serta akan dibimbing oleh-Nya untuk menggapai apa yang diinginkan dengan usaha minimal dan dalam waktu yang pendek.
Dalam konteks ini, Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat Imam Muslim, Ahmad dan Al Baihaqi dari Abu Hurairah yang artinya, "Mintalah pertolongan kepada Allah dan kamu jangan lemah" Menyangkut pemanfaatan umur, kita harus belajar banyak kepada para ulama kita dahulu. Sebab, di antara mereka ada yang jika karya tulis yang diwariskan untuk generasi sesudahnya dibagi dengan jumlah hari selama hidupnya terhitung dari hari kelahirannya, maka untuk satu hari sama dengan dua kurrasah (bagian dari buku).
Oleh karena itu, tepat apa yang disampaikan oleh Ibnu 'Athaillah kembali dalam untaian hikmahnya bahwa: Banyak umur yang terbentang panjang namun sedikit faidahnya dan banyak pula umur yang pendek waktunya namun banyak faidahnya.
🔷🌷🔷
Kematian adalah keniscayaan bagi semua makhluk hidup.
Semua yang bernyawa akan menghadapi kematian dan tidak ada satu pun yang bisa menghindarinya. Kematian juga adalah misteri karena waktu dan tempat kematian hanya Allah yang mengetahui.
Kematian bukanlah akhir dari fase kehidupan manusia tetapi ia adalah pintu gerbang menuju fase kehidupan berikutnya yang penuh kebahagiaan atau penuh penderitaan. Bagi yang bisa memanfaatkan umurnya di dunia untuk merealisasikan tugas tugasnya sebagai makhluk yang diciptakan untuk menghamba kepada Allah SWT maka kematian adalah hal ghaib terbaik yang dinanti kedatangannya.
Sebaliknya, bagi yang menyia-nyiakan umurnya di dunia dengan melakukan pembangkangan kepada Allah maka kematian adalah bencana mengerikan yang mengantarkannya menuju penderitaan tidak bertepi. Siapa pun yang masih diberi nikmat umur oleh Allah maka ia harus mampu memanfaatkannya semaksimal mungkin untuk berbuat kebaikan demi meraih kebahagiaan kelak di akhirat.
Umur yang tidak digunakan untuk berbuat kebaikan hanya akan mengakibatkan kekecewaan dan penyesalan kelak di akhirat. Karena itu, umur panjang adalah hal yang positif jika memang dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya."
Dipanjangkan usia dalam ketaatan adalah anugerah besar dari Allah untuk seorang hamba. Ketaatan yang dilakukan kepada Allah selama 40 tahun berbeda dengan ketaatan kepada-Nya selama 20 tahun. Semakin lama dan semakin sering ketaatan dilakukan oleh seorang hamba maka akan semakin baik disisi Allah , sehingga muslim terbaik yaitu seorang muslim yang dipanjangkan usianya dalam ketaatan kepadaNya.
Sebagai Umat Muhammad SAW seseorang harus benar-benar memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar umurnya menjadi berkah. Seorang muslim harus berfikir dan beramal sehingga umurnya yang sedikit menjadi modal kebaikan yang banyak.
Jika ditelisik lebih dalam, syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengandung banyak amalan yang simpel akan tetapi mengandung limpahan pahala bagi pelakunya sehingga dengan sedikitnya usia akan mampu mengejar amal shalih yang dilakukan oleh umat terdahulu.
Keberkahan itu ada pada rizki, harta, keluarga, anak, umur, dan ilmu. Adapun berkah umur adalah dengan dihabiskan untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan dan amal shalih. Adapun ilmu yang berkah adalah yang bermanfaat untuk orang lain, diajarkan, diamalkan, dan disampaikan kepada yang lain.
Allah telah menetapkan jatah umur manusia. Ia memiliki limit yang akan habis dengan ketetapan takdir-Nya.
"Kadang umur berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek namun manfaat melimpah." [Ahmad ibn Atha'illah as-Sakandari, dalam al-Hikam]
Di sini jelas bahwa kualitas seseorang bukan ditentukan oleh berapa lama ia hidup di dunia, melainkan kebaikan atau nilai manfaat apa yang ia tebar selama hidup tersebut. Betapa banyak manusia yang mengejar kehidupan yang sebaik-baiknya di dunia namun di saat bersamaan lalai memperbaiki mutu isi dari kehidupan itu sendiri.
Kata mutiara dalam al-Hikam di atas juga selaras dengan sabda Rasulullah saat ditanya seorang Arab Badui tentang siapakah sebaik-baik manusia. Beliau menjawab: “Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya" (HR at-Tirmidzi). Bobot usia dihitung bukan dari panjang-pendeknya melainkan amal kebaikan yang ditorehkan selama hayat di kandung badan. Itulah yang dimaksud dengan faedah umur.
🔷🌷🔷
Ada sebagian kaum muslimin yang masih berprinsip, baru akan memperbanyak ibadah atau mendekatkan diri kepada Allah setelah senja, setelah pensiun atau purna tugas. Padahal, pada usia berapa kita mati, kita tidak pernah mengetahuinya.
Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya, padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk suatu perjalanan yang tidak pernah ada akhirnya –yakni perjalanan akhirat– kita tidak berbekal diri dengan ketaatan?!
Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah bagaikan tempat penyeberangan untuk sampai kepada kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat, di mana manusia terbagi menjadi: ashhabul jannah (penghuni surga) dan ashhabul jahim (penghuni neraka). Itulah hakikat perjalanan manusia di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dan sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr: 18)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.” (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)
Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan: “Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.” Sungguh betapa kejinya ucapan ini. Apakah dia tahu kalau umurnya akan panjang? Kalau seandainya dia ditakdirkan panjang, apa ada jaminan dia akan sadar? Atau justru akan bertambah kesesatannya?! Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Sesungguhnya angan-angan adalah modal utama orang-orang yang bangkrut.” (Ma’alim Fi Thariqi Thalabil ‘Ilmi hal. 32)
Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma berkata:
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْـمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لـِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لـِمَوْتِكَ
“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.” (HR. Al-Bukhari no. 6416)
Selagi kesempatan masih diberikan, jangan menunda-nunda lagi. Akankah seseorang menunda hingga apabila ajal menjemput, betis bertaut dengan betis, sementara lisanpun telah kaku dan tubuh tidak bisa lagi digerakkan? Dan ia pun menyesali umur yang telah dilalui tanpa bekal untuk suatu kehidupan yang panjang?! Allah subhanahu wa ta’ala berfirman menjelaskan penyesalan orang-orang kafir ketika datang kematian:
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata: ‘Ya Rabbku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang telah aku tinggalkan. ’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.” (al-Mu`minun: 99-100)
Banyak orang yang melewati hari-harinya dengan hura-hura, berfoya-foya, dan perbuatan sia-sia. Bahkan tidak jarang dari mereka yang tenggelam dalam dosa. Tidaklah mereka melakukan ketaatan sebagai bekal di hari kemudian dan tidak pula mengisi dengan kegiatan positif yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia.
Seolah keadaannya mengatakan bahwa hidup hanyalah di dunia ini saja. Tiada yang terbayang di benaknya kecuali terpenuhi syahwat dan nafsunya. Orang yang seperti ini tidak jauh dari binatang bahkan lebih jelek keadaannya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“(Ada) dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu padanya, (yaitu nikmat) sehat dan senggang.” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi, lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2304)
Sesungguhnya Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan untuk serius dalam memanfaatkan kesempatan sebelum datangnya penghalang. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada seseorang dengan menasihatinya:
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: masa hidupmu sebelum matimu, masa sehatmu sebelum sakitmu, masa senggangmu sebelum masa sibukmu, masa mudamu sebelum tuamu, dan masa kaya/kecukupanmu sebelum fakirmu.”
(HR. Al-Hakim dan selainnya. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 1077)
Al-Munawi rahimahullah berkata: “Lakukanlah lima perkara sebelum mendapatkan lima perkara. “Hidupmu sebelum matimu” yakni pergunakan (hidupmu pada) apa yang akan memberi manfaat setelah matimu, karena orang yang mati telah terputus amalannya, pupus harapannya, datang penyesalannya serta beruntun kesedihannya. Maka gadaikanlah dirimu untuk kebaikanmu. “Dan masa sehatmu sebelum sakitmu” yakni gunakan masa sehat untuk beramal, karena terkadang datang penghalang seperti sakit sehingga kamu mendatangi akhirat tanpa bekal. “Dan masa senggangmu sebelum masa sibukmu” yakni manfaatkan (kesempatan) senggangmu di dunia ini sebelum tersibukkan dengan kedahsyatan hari kiamat yang awal persinggahannya adalah kubur. Manfaatkanlah kesempatan yang diberikan, semoga kamu selamat dari adzab dan kehinaan. “Dan masa mudamu sebelum tuamu”, yakni lakukan ketaatan di saat kamu mampu sebelum kelemahan usia lanjut menghinggapimu, sehingga kamu akan menyesali apa yang telah kamu sia-siakan dari kewajiban terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. “Dan masa kayamu sebelum fakirmu” yakni manfaatkan untuk bersedekah dengan kelebihan hartamu sebelum dipaparkan kepada musibah yang menjadikanmu fakir, (jika demikian) kamu akan fakir di dunia dan akhirat. Kelima hal ini tidak diketahui kadar besarnya kecuali setelah tidak ada.” (Faidhul Qadir, 2/21)
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘TaNYa JaWaB💘
0⃣1⃣ Fitri F.
Umur yang berkah, tanda-tandanya seperti apakah?
Terima kasih
🌷Jawab :
Salah satu ciri umur yang barokah adalah tiap detik waktunya sangat berharga dan tidak ada yang sia-sia. Usianya banyak digunakan untuk beribadah pada Allah SWT, beramal dan berdakwah. Menebarkan manfaat kepada siapa saja. Bergaul dengan orang-orang yang shalih. Tidak ada waktu baginya kecuali amal, amal dan amal.
wallahu a'lam
0⃣2⃣ Aliyah
Saya pernah dengar dari orang tua dulu (termasuk orang tua saya) katanya, "jika orang sering berbuat maksiat atau berbuat kejahatan sewaktu muda, Allah akan memanjangkan umurnya dengan alasan akan memberikan kesempatan untuk bertaubat." Apakah perkataan tersebut benar, dan jika benar apakah ada dalil yang shahihnya. Mohon penjelasannya bunda.
Syukron.
🌷Jawab:
Dari sedikit ilmu yang saya tahu, saya belum menemukan dalil untuk hal ini, jika pun ini terjadi Alhamdulillah Allah dengan Maha Rahman dan RahimNya memberi kesempatan kepada ummatNya yang bergelimang dosa untuk bertaubat, tapi tidak jarang juga mereka makin larut dalam dosa-dosa, malah diberi kesenangan didunia atau sebentuk istidraj. Semoga kita semua dilindungi dari hal ini.
Wallahu a'lam
0⃣3⃣ Kiki
Ibu, kalau ada saudara yang meninggal dan dimasa hidupnya, kita tahu kalau ibadah dan amalnya kurang.
Apakah dengan doa-doa yang kita kirim. Dosanya dapat terampuni?
Syukron
🌷Jawab:
Kita hanya bisa mendo'akan dan berharap kepada Allah agar mengampuni dosa-dosanya, karena mengampuni atau tidak itu haknya Allah Azza wajalla dan jangan lupa sedekah atas namanya agar amal baiknya bertambah dan kita berharap bisa memberatkan timbangan kebaikkan nanti setelah dihisab, mengalahkan amal buruknya.
Wallahu a'lam
0⃣4⃣ Fitri F.
Mohon pencerahan,
Ada orang yang masa balighnya SMP atau SMA, dulu teman saya pertama mendapat menstruasi saat SMA. Untuk kasus ini, apakah artinya masa baligh tersebut dimulai saat SMA?
Dan penghisabannya dimulai saat baligh atau SMA tersebut ?
Terima kasih
🌷Jawab:
Masa baligh seorang wanita itu ditandai dengan salah satu dari empat perkara:
🔹Telah genap umurnya 15 tahun.
🔹Tumbuh bulu di sekitar kehormatannya.
🔹Mengalami mimpi basah.
🔹Mengalami haid.
Apabila salah satu dari 4 perkara ini telah ada, maka sungguh seorang wanita telah memasuki masa baligh. Dia dibebani dengan hukum syariat, serta wajib untuk melaksanakan ibadah-ibadah sebagaimana diwajibkan kepada orang dewasa.
(Fatawa Fadhilatisy Syeikh Shalih bin Fauzan: 3/194-195)
Pada waktu usianya telah mencapai 15th sudah wajib bagi dia untuk melakukan semua syari'at Islam dan telah dihisab mulai saat itu.
Wallahu a'lam
🔷🔷🔷🌟🌟🌟🔷🔷🔷
💘CLoSiNG STaTeMeNT💘
Sahabat sahabat RAK yang dicintai Allah Azza Wajalla
Umur seorang muslim itu amatlah mahal, karena Allah akan bayar dengan SurgaNya. Karena mahalnya umur seorang mukmin, maka dahulu ada seorang salaf mengatakan: “Sungguh, satu jam kamu hidup padanya yang kamu beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala lebih baik daripada kamu mati selama setahun.”
Dan dahulu ada seorang salaf yang sudah tua ditanya: “Apakah kamu ingin mati?” Jawabnya: “Tidak. Karena masa muda dan kejahatannya telah berlalu, dan kini datang masa tua bersama kebaikannya. Jika aku berdiri aku mengucapkan bismillah, jika aku duduk aku mengucapkan alhamdulillah. Aku ingin untuk terus dalam keadaan seperti ini.”
Dan ada (pula) seorang salaf lain yang sudah tua ditanya: “Apa yang masih tersisa dari keinginanmu dalam kehidupan ini?” Ia menjawab: “Menangisi dosa-dosa yang telah aku lakukan.”
Oleh karena itu, banyak dari salaf kita yang menangis ketika mau meninggal. Bukan karena berpisah dengan kenikmatan dunia, namun karena terputus dari amalan-amalan yang biasa dia lakukan berupa shalat malam, puasa, tilawatul Qur`an dan lainnya. Hal ini seperti yang dialami oleh Yazid bin Aban Ar-Raqqasyi rahimahullah. ( syarah hadits Allahumma bi’ilmika al-ghaib –karya Ibnu Rajab rahimahullah hal. 25-26)
Demikian bahasan kita malam ini, semoga bermanfaat bagi saya utamanya karena sebagai penyampai hal ini harus saya amalkan dan juga bermanfaat untuk sahabat sahabatku agar kita mampu memanfaatkan usia yang kita tidak tahu kapan berakhirnya.
Semoga kita akan berakhir dengan husnul Khatimah dan dijauhkan dari Su'ulkhatimah .
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan malam ini, ambil yang benarnya dan buang yang salahnya.
Wallahu a'lam bishowab
Wassalamu'alaikum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar