Ustadz Syahrawi Munthe, S.Mn.,S.ST.,M.Ak
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
💎BEGITU CEMBURUNYA PADA ORANG-ORANG YANG ISTIQOMAH
Dalam Islam yang dibolehkan 'iri' atau mungkin cemburu dibolehkan pada 2 hal, yaitu pada orang yang berilmu dan orang yang suka berinfaq. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah ﷺ Bersabda: “Tidak diperbolehkan iri hati kecuali terhadap dua orang: Orang yang dikaruniai (ilmu) Al Qur’an oleh Alloh ﷻ, lalu ia membacanya malam dan siang hari, dan orang yang dikaruniai harta oleh Alloh ﷻ, lalu ia menginfakkannya malam dan siang hari.” (HR. Bukhari, Tarmidzi, dan Nasa’i)
Untuk 2 hal ini saja, sikap iri yang dibolehkan dalam amalan hati, lainnya tidak boleh. Namun, hakikatnya ada rasa di hati yang sering muncul pada mereka yang istiqomah. Istiqomah dalam prinsip hidup, dalam nilai Islam dan merawat ibadahnya.
Istiqomah merupakan amalan hati yang sangat berat. Rasanya sedikit saja yang 'benar-benar' sanggup berada di jalannya. Untuk hal yang kecil saja misalnya, seringkali tidak banyak yang bisa istiqomah. Sebut saja dalam menjalankan amalan sunnah, misalnya sholat malam (qiyamullail), puasa (shaum) senin-kamis, senantiasa berinfaq, silaturahim dengan saudara, dan baca Al Wur'an.
Di era berkembangnya medial sosial, tantangan untuk istiqomah pun tambah berat. Waktu untuk main gadget rasanya lebih banyak dibanding menyentuh mushaf, baca hadist Nabi atau sirah Nabi dan sahabat.
Maka rasa cemburu pada mereka yang istiqomah amatlah kuat. Sungguh sangat cemburu. Ingin rasanya bisa seperti mereka, agar nilai iman dan Islam bisa tertanam kuat dalam hati hingga akhir hayat. Selamanya... walaupun akan banyak cobaan yang menghadang.
Narasi atau kisah tentang orang-orang istiqomah cukup memilukan dan menggetarkan jiwa. Tetap beriman dalam akidah yang lurus, akan jadi ancaman jiwa. Tapi mereka tidak surut langkah, walau akhirnya nyawa terenggut.
Itulah mengapa Alloh ﷻ berikan hadiah surga bagi mereka yang benar-benar istiqomah di jalan Alloh ﷻ. Sebuah penghargaan yang pantas atas kecintaannya pada Alloh ﷻ dalam istiqomahnya. Alloh ﷻ berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Alloh ﷻ” kemudian mereka istiqomah (meneguhkan pendirian mereka), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Alloh ﷻ kepadamu.” (QS. Fushilat : 30)
Semoga Alloh ﷻ tuntun jiwa dan raga ini, agar bisa mengikuti mereka yang benar imannya, istiqomah dalam akidahnya. Berharap sangat dapat hadiah juga dari Alloh ﷻ, dimasukkan dalam jannah-Nya kelak. Hidup di dunia rasanya tidak lama lagi, berita-berita kematian sudah sangat dekat dan terngiang-ngiang di telinga. Kiranya jika saatnya tiba, Alloh ﷻ wafatkan dalam keadaan husnul khatimah dan dalam taat kepada-Nya. Aamiin
Wallahu a’lam bishawab
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Atin ~ Pekalongan
Ustadz, ada seseorang yang mengungkapkan rasa iri nya kepada temannya yang istiqomah dalam beribadah.
Tetapi ternyata temannya ini merasa sedih. Dia merasa ibadahnya kurang greget, hanya rutinitas. Berbeda dengan saat dia belajar istiqomah, sangat mengena di hati.
Mengapa bisa begini Ustadz? Justru setelah istiqomah dia kehilangan rasa nikmat beribadah?
🔷Jawab:
Ya benar, trennya memang demikian. Karena istiqomah itu sangat sulit. Cobaannya justru disitu, bagaimana bisa sabar dalam keistiqomahannya. Banyak yang akhirnya gagal, karena merasa justru tidak bisa mengena di hati. Karena itu, perlu mitigasi agar istiqomahnya bisa bertahan. Salah satunya bisa dengan sekali kali rihlah yang bermanfaat, sering-sering silaturahim dan yang paling penting adalah perbanyak belajar. Ilmu akan menopang agar istiqomah tidak kendur.
Wallahu a’lam bishawab
0️⃣2️⃣ Setya ~ Solo
Assalamu'alaykum Ustadz,
Bagaimana cara menurunkan atau mewariskan istiqomah beribadah kepada anak?
Karena orang tua merasa sudah memberikan teladan istiqomah dalam beribadah selama bertahun-tahun, tapi anaknya belum ada kesadaran untuk mengikuti atau mencontoh orang tuanya.
Mohon pencerahannya Ustadz, Syukron.
🔷Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Kalau anak memang cenderungnya masih ingin bermain. Fokusnya tidak bisa tetap pada satu aktivitas jika ia ada dilingkungan yang banyak temannya, kecuali teman-teman memang orang-orang yang menurut kita rajin ibadah semua. Tapi sudah sangat bagus, orang tua terus memberi contoh buat anak dengan amal, karena amal sudah dapat menjadi nasihat lebih dari kata-kata. Terus saja membujuk si anak, semoga suatu hari kebiasaan itu terus melekat padanya hingga ia dewasa.
Wallahu a’lam bishawab
🌷Alhamdulillah.
Syukron atas pencerahannya Ustadz.
Jazaakumulloh khoiron katsiron.
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Semoga kita bisa ambil bagian untuk senantiasa menegakkan agama Islam ini, hingga nama kita dicatat disisi Alloh ﷻ sebagai pembela yang haq, dan memerangi kebatilan. Senantiasa istiqomah dalam iman hingga akhir hayat. Aamiin
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar