OLeH: Ustadzah Chichi Mulyaningsih
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸 ASMA BINTI ABU BAKAR
Sangat banyak wanita luar biasa yang bisa menjadi teladan kita semua. Masing masing dari mereka memiliki keistimewaan dan kelebihan yang berbeda-beda. Di antara wanita istemawa kita kali ini adalah Asma' binti Abu Bakar.
Dia adalah putri Abu Bakar dari istrinya, Qutailah binti Abdul Uzza Al Amiriyyah yang telah diceraikan semasa jahiliah, karena tidak mau mengikuti keyakinan suaminya. Asma' lebih tua 10 tahun dari adiknya, 'Aisyah Ra., Salah satu Ummahatul mukminin.
Asma adalah seorang muslimah yang sangat pemberani. Keberaniannya nampak jelas ketika Abu Bakar dan Rasulullah ﷺ berangkat hijrah ke Madinah, mereka berdua bersembunyi di gua tsur selama tiga hari. Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi rumah Abu Bakar. Begitu pintu dibuka oleh Asma' binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata: "Dimana Muhammad dan ayahmu?" Tanya Abu Jahal.
"Mengapa kau bertanya kepadaku? Sejak kapan seorang laki-laki Arab memberitahu kepada anaknya ke mana ia pergi. Bukankah Abu Bakar biasa berdagang ke banyak tempat tanpa memberitahuku?" Mendengar jawaban tersebut Abu Jahal marah dan naik pitam. Sekali lagi ia bertanya kepada Asma' : "Di mana Muhammad dan ayahmu?
"Bukankah sudah kujawab bahwa Abu Bakar bisa pergi ke mana saja. Apalagi Muhammad, yang bukan ayahku." Jawaban Asma' tersebut membuat Abu Jahal tidak tahan lagi.
"Plak!" pukulan keras mendarat di kepala Asma' hingga anting-anting yang dikenakan terlepas dan darah mengalir dari kepalanya. Asma' mengadu kesakitan, entah bagaimana rasanya seorang wanita hamil diperlakukan seperti itu. Itulah pengorbanan. Ia berhasil menjaga sebuah rahasia besar, menjaga keselamatan Rasulullah ﷺ dan keberlangsungan dakwah.
Saat Rasulullah ﷺ memutuskan hijrah ke Madinah, disaat itulah terasa berat tekanan dari kaum Quraisy yang begitu, arogan dan kasar.
Hijrah bukan berarti meninggalkan begitu saja meninggalkan jejak kebaikan, tapi hijrah ini bertujuan menyelamatkan Islam dan para pengikut Rasulullah ﷺ.
Jadi asma termasuk asabiqunal awalun dalam dakwah yang sudah paham kondisi kafir yang begitu keji dan memerangi dakwah Rasulullah ﷺ.
Asma' sangat semangat berjuang menyiarkan dakwah Rasulullah ﷺ, asma rela berkorban dengan apapun yang dia punya.
Lalu siapkah kita seperti asma yang begitu berani melindungi Abi dan Rasulullah ﷺ.
Beranikah kita berkata benar walau pahit sekalipun karena itulah dakwah.
Yang namanya dakwah menyeru kepada kebaikan, kadang sepi pemirsah, kadang tidak liat grup ini, tapi kita liat Asma begitu Istiqomah belajar.
Gagal mengorek keterangan, Abu Jahal pun pergi dengan kemarahan, yang tidak kunjung reda. Sejarah mencatatnya sebagai orang yang hina. Sebab sebengis-bengisnya orang Arab, belum pernah ada yang memukul kepala seorang wanita merdeka. Namun kali itu Abu Jahal menghinakan dirinya sendiri.
Tidak lama kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar, mendatangi Asma, cucunya. Ia mendengar bahwa Abu Bakar telah meninggalkan kota Mekkah. Ia khawatir kalau cucu-cucunya terlantar setelah ditinggal pergi oleh ayahnya. Ia menanyakan kepada Asma' tentang harta yang ditinggalkan untuk biaya kehidupan mereka. Asma' sangat memahami ke khawatiran yang dirasakan oleh kakeknya ini. Sebab pada saat hijrah, dikabarkan bahwa Abu Bakar telah membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5000 hingga 6000 dinar.
Tidak hanya sebatas itu yang dilakukan oleh Asma' pun tak menuntut apa-apa. Ia menerima Zubair yang tidak memiliki apapun, kecuali hanya seekor kuda. Dengan penuh keikhlasan, Asma' memberi makan kudanya dan mencukupi kebutuhan serta melatihnya. Ia menumbuk biji kurma untuk makan kuda, memberinya minum, dan membuat adonan roti.
Asma' binti Abu Bakar juga seorang muslimah yang sangat dermawan. Para sahabat mengakuinya. Abdullah bin Zubair berkata : "Tidaklah kulihat dua orang wanita yang lebih dermawan daripada Aisyah dan Asma'." Kedermawanan mereka berbeda. Aisyah suka mengumpulkan sesuatu, setelah banyak lalu dibagikannya. Sedangkan Asma' tidak menyimpan sesuatu untuk besoknya. Karena kedermawanannya, saat iya jatuh sakit, ia langsung membebaskan semua hamba sahayanya.
Kakeknya yang buta, datang kepada Asma' untuk memastikan apakah benar bahwa Abu Bakar telah membawa seluruh hartanya. Kemudian dengan kecerdasan yang dimiliki Asma', ia mengambil batu batu dan meletakkannya dilubang angin, tempat ayahnya pernah meletakkan uang sebelumnya. Kemudian dia menutupinya dengan selembar baju.
Setelah itu, Asma' memegang tangan kakeknya agar ia meraba batu batu tersebut dan menyangkalnya sebagai uang yang ditinggalkannya ayahnya. Sang kakek pun merasa lega. Kemuliaan akhlak Asma' itu telah memenangkan rasa gundah dihati sang kakek. Padahal, sebenernya Abu Bakar tidak meninggalkan sekeping dinarpun bagi keluarganya. Namun, Asma' mengikhlaskannya. Ia tidak menuntut harta dari sang ayah.
Disinilah kita punya catatan lagi, seorang Asma adalah seorang muslimah yang tidak silau melihat dunia. Hidupnya begitu dermawan, tidak pernah menuntut harta sang ayah walau dia berhak, tapi dia sadar ayahnya seorang yang mulia, seorang mujahid yang paling utama dan terdepan membantu dakwah Rasulullah ﷺ.
Kalau kita bagaimana ya, sebagai akhwat susah ya kalau hidupnya tidak mengutamakan dunia.
Boleh tidak kita mengejar dunia, tapi kita coba pikir deh apakah setiap sendi kehidupan kita hanya dunia dan dunia yang kita urus.
Ngaji males karena hawa refreshing liburan LEBIH menjanjikan.
Tilawah nanti dan nanti karena banyak sekali ya urusan dunia kita.
Begitu gelutnya dengan dunia dimana tempat kita berpijak sampai kita lupa kalau dunia kita akan berakhir dan kita akan di kubur.
Selain terkenal dermawan, Asma' juga seorang muslimah yang sangat berani. Pengabdian dan pengorbanan Asma' membela agama Alloh ﷻ begitu besar. Tidak heran jika ia digelari "Dzaatun Nithaqaini" (wanita yang memiliki 2 selendang). Alkisah, setelah bersembunyi selama 3 hari di Gua Tsur, Nabi ﷺ dan Abu Bakar memutuskan untuk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan perbekalan, makanan dan minuman untuk perjalanan beliau dan ayahnya. Ia membawanya ke Gua Tsur yang jaraknya sangat jauh dari kota Mekkah, dengan jalan yang gelap dan naik turun. Padahal saat itu ia sedang hamil tua. Bisa dibayangkan bukan, bagaimana luar biasanya pengorbanan Asma' untuk sebuah perjuangan Islam? Bagi yang sudah pernah ke tanah suci, pastilah tahu dan bisa membayangkan. Saat itu ia lupa membawa tali untuk mengikatkan perbekalan tersebut ke tunggangan. Karena itu, ia membelah ikat pinggang menjadi dua. Satu potong digunakan untuk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi dipakainya sebagai ikat pinggang. Melihat apa yang dilakukannya ini, Nabi ﷺ menggelarinya "Dzaatun Nithaaqain" (yang memiliki 2 ikat pinggang).
Semua peristiwa itu terjadi ketika Asma' dalam keadaan hamil , bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah ke Madinah bersama kaum Muslimin lainnya, sebagaimana diperintahkan Rasulullah ﷺ. Sungguh pengorbanan yang tidak terkira dari wanita pemberani ini. Semua itu dilakukannya dengan ringan dan ikhlas karena kecintaannya kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya.
Beberapa hari berlalu, setelah, setelah suasana kota kembali tenang kembali karena hijrahnya Nabi ﷺ dan Abu Bakar, Asma' dan saudara saudaranya menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa orang Muslim yang masih tertinggal. Bayangkan, seorang wanita dalam keadaan hamil tua melakukan perjalanan lebih dari 500 km? Kita tahu bagaimana beratnya perjalanan dimasa lalu. Sangat jauh berbeda dengan perjalanan di zaman sekarang yang penuh kenyamanan. Hingga setelah beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Abdullah.
Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin menyambut kelahiran Abdullah bin Zubair, bayi pertama yang terlahir di kota Madinah, melewati kampung-kampung orang Yahudi.
Tidak hanya itu, salah satu bukti keberanian Asma' yang lain adalah keikutsertaannya di Perang Yarmuk bersama suaminya, Zubair bin Awwam. Sehingga Umar bin Khattab RA yang saat itu menjabat sebagai Khalifah, sangat menghormati Asma' dan memberinya tunjangan sebanyak 1000 dirham.
Asma' adalah seorang muslimah yang berpendirian dan berpegang pada akidah yang kuat. Pada suatu ketika, datang Qutailah binti Abdul Uzza, ibu kandungnya yang telah diceraikan oleh Abu Bakar karena tidak mau masuk Islam. Ia membawa hadiah-hadiah berupa kismis, Samin dan anting anting dengan harapan Asma' bisa kembali kepadanya. Namun Asma' menolak hadiah tersebut dan tidak mengizinkannya masuk rumah kecuali setelah menanyakan kebolehan hal itu kepada Rasulullah ﷺ.
Selain seorang yang dermawan dan pemberani, Asma' juga seorang Muslimah yang aktif dalam belajar tentang agama. Sebagai buktinya ia meriwayatkan lebih dari 50 hadits dari Nabi ﷺ. Bahkan, ia juga dikenal sebagai wanita penyair pemberani, mempunyai logika, dan tetap melakukan syiar Islam meski ia sudah lanjut usia. MaaSyaaAllah...
Suatu saat putranya, Abdullah, datang menemuinya. Saat itu ia sudah berusia 100 tahundan sudah tidak bisa lagi melihat. Abdullah berkata kepada ibunya, "Wahai ibu, bagaimana pendapatmu mengenai orang yang telah meninggalkan aku, begitu juga keluargaku. "Asma' berkata: "Jangan biarkan anak anak kecil Bani Umayyah mempermainkanmu. Hiduplah secara mulia dan matilah secara mulia. Demi Alloh ﷻ, sungguh aku berharap kamu mengakhiri kehidupan ini dengan baik. "Kemudian Abdullah berkata: "Wahai ibu, aku takut jika padukan Syam membunuhku, mereka akan memotong-motong tubuh dan menyalibku."
"Alloh ﷻ yang menjadikan bumi itu mudah untuk kalian, maka berjalanlah di seluruh penjurunya dan makanlah sebagian rezeki dari-Nya dan kepada-Nya lah tempat kembali." (QS. Al Mulk:15)
Asma' menjawab dengan perkataan yang kukuh seperti gunung, kuat seperti jiwanya, besar seperti imannya, dan perkataan itulah yang menentukan akhir perjuangan putranya. "Hai anakku sesungguhnya kambing yang sudah disembelih tidaklah merasa sakit bila ia dikuliti." MaaSyaaAllah, ini sangat di luar nalar kita sebagai seorang ibu. Biasanya, seorang ibu tidak akan rela kehilangan anak dengan sebab apapun. MaaSyaaAllah...
Setelah mendengar motivasi ibundanya tersebut, Abdullah pun keluar dan bertempur hingga ia terbunuh. Datang berita kematian kepada ibunya, maka iapun mengeluarkan air matanya yang tertahan. Abdullah gugur sebagai dengan mempertahankan nilai yang tinggi dari ibu teladan. Diriwayatkan, bahwa Al-Hajjah berkata kepada Asma' setelah Abdullah terbunuh. "Bagaimanakah engkau liat perbuatanku terhadap putramu, wahai Asma'?" Asma' menjawab : "Engkau telah merusak dunianya, akan tetapi dia telah merusak akhiratmu.
Asma' wafat di Makkah dalam usia 100 tahun, sedang giginya tetap utuh, tidak ada yang tanggal dan akalnya pun masih sempurna, tidak pikun dan lupa. Semoga Alloh ﷻ merahmatinya dan kita mengambil bnyak hikmah dan pelajaran dari berbagai peristiwa dalam perjalanan hidupnya yang tidak bisa kita ceritakan semuanya.
Alhamdulillah khalas,
Semoga kita bisa meniru sifat baiknya Asma' sang dermawan yang berinfak tanpa berhitung.
Ingatkan apa arti AllahusShomad Artinya Alloh ﷻ tempat bergantung, Asma dalam sedekat tidak pernah memikirkan apakah saya punya untuk hari esok, dia sedekahkan semua hartanya untuk dakwah Rasulullah ﷺ. Setelahnya Asma hanya bergantung kepada Alloh ﷻ.
Apakah Asma setelah sedekah tidak dapat rejeki lagi dari Alloh ﷻ, tidak kan Asma' hidup sampai usia 100 tahun.
Artinya Alloh ﷻ Maha hidup pada kondisi apapun hamba-Nya.
Semoga keberanian Asma' berjuang bisa kita jadikan inspirasi dimana kita ukhtifillah wajib berdakwah. Wajib memberikan peringatan pada kaumnya.
Jangan malu, jangan segan kita berdakwah, ingatlah hanya Alloh ﷻ dan perjuangan menuju surga Alloh ﷻ yang membuat kita harus berjuang.
Wallahu a’lam bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar