OLeH: Ustadzah Azizah, S.Pd
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸TIPS MELATIH BALITA DAN ANAK-ANAK BERPUASA
بسم الله الرحمن الرحيم
الســـلام عليــكم ورحــمة اﻟلّـہ وبركاته
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد
Salah satu tantangan besar bagi seorang ibu adalah melatih anak-anak untuk ikut berpuasa. Perlu kesabaran ekstra, kemampuan untuk mengendalikan emosi terutama pada saat menjelang sahur dan saat puasa di tengah hari cuaca yang panas.
Kali ini ijinkan saya berbagi tips untuk melatih anak puasa pertama kali, dan di hari-hari pertama berpuasa.
◾Beberapa hal yang setidaknya dipersiapkan untuk melatih anak puasa Ramadhan:
1. Membekali diri dengan ilmu "Tentang apa itu Ramadhan dan segala hal terkait fiqh puasa."
Ilmu itu penting, agar anak tidak sekedar ikut-ikutan puasa tanpa tahu kenapa di suruh puasa. Melalui cerita kenapa puasa Ramadhan itu wajib, pahala Ramadhan itu sangatlah besar dan hanya Alloh ﷻ yang tahu.
Motivasi dan spirit positif yang terus menerus ditanamkan pada anak akan membuat anak punya mindset positif juga dan bersemangat untuk latihan puasa.
2. Hadirkan nuansa berbeda di rumah saat mendekati bulan Ramadhan tiba.
Misalnya membuat ornamen, lukisan, hasil karya anak yang kita tempel di dinding rumah, di teras depan dan di kamar anak.
Sehingga anak-anak bahagian seakan-akan tamu agung sebentar lagi tiba. Bahkan ada beberapa keluarga yang menyempatkan diri mencetak banner dengan warna warni yang mencolok indah dan ada foto anak-anak yang gembira akan datangnya bulan suci Ramadhan.
3. Sepekan sebelum Ramadhan tiba perkuat pemahaman anak akan fiqh puasa. Bahwa puasa itu artinya makan di waktu sahur dan baru berbuka nanti setelah masuk waktu berbuka. Maka latih anak untuk tidak banyak ngemil macam-macam. Misalnya, setelah sarapan pagi usahakan untuk tidak banyak ngemil sampai di jam makan siang, sehingga perut terbiasa untuk tidak masuk makanan. Dilanjut setelah makan siang juga tidak banyak "mengunyah" macam-macam cemilan.
4. Pembiasaan untuk dibangunkan beberapa menit sebelum masuk waktu subuh. Ini untuk melatih kebiasaan nanti saat harus melek untuk sahur. Dan latihan sholat malam.
5. Saat waktu Ramadhan tiba, bagus juga kalau malam sehabis tarawih anak ditanya menu untuk sahur. Misalnya *"mama besok kita akan masak sahur pakai telor, kakak mau telor di dadar apa di ceplok?" Dengan di tanya saat malam akan meminimalisir trouble saat sahur salah menu.
6. Ketika anak sedang menjalankan puasa, usahakan hal-hal yang menimbulkan hasrat pengen batal puasa jangan di pertontonkan. Misalnya menonton yang di dalam ceritanya banyak terlihat orang-orang yang bebas minuman dingin, makanan yang sangat menarik dilihat, atau kita menyiapkan banyak makanan disiang hari saat anak di puncak lapar dan haus.
7. Ketika anak benar-benar tidak kuat lagi menahan lapar dan haus, pada jam 12 siang misalnya, diijinkan untuk "batal puasa". Tapi dengan syarat hanya 30 menit (boleh minum dan makan). Setelah itu lanjut puasa sampai adzan Maghrib tiba. Dihari ke 2 puasa kalau terjadi hal yang sama tahan anak tetap jangan batal sampai jam 13. Boleh makan 30 menit, setelah itu lanjut puasa. Demikian seterusnya. Besok hari ke 3, tahan jam 2 baru boleh batal. InsyaAllah sepekan setelahnya anak akan tahan untuk tidak makan sampai adzan Maghrib tiba.
8. Mengisi waktu saat anak mulai trouble di tengah hari puasa dengan banyak aktivitas yang manfaat. Misalnya dibacakan buku cerita, bermain bersama yang mengasyikkan, membuat sesuatu yang menarik bersama anak.
9. Memberikan reward saat anak bisa mencapai target. Tidak harus wah, mahal dan mewah. Sesuatu yang bisa bikin anak merasa bahwa usahanya untuk bisa sampai Maghrib dapat apresiasi dari orang tuanya.
10. Jangan lupa banyak berdoa, bahwa anak adalah investasi akhirat kita kelak. Rabbi hablii minasssholihin demikian doa dari Nabi Ibrahim di dalam Al-Qur'an.
سبحانك اللهم وبحمدك اشهد ان لا اله الا انت استغفرك واتوب اليك
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
والله اعلم
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Widia ~ Bekasi
Assalamualaikum ustadzah.
Alhamdulillah tahun ini anak Widi usia 5 tahun dan sedang diajarkan untuk puasa. Tapi anak ini suka ngambil makanan dan minuman tanpa izin. Bagaimana cara melatihnya supaya bisa berpuasa dengan baik dan berbuka di waktu tengah hari.
Jazakillah khairan ustadzah
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirohmanirohim, pertanyaan dari Widya, putranya umur 5 tahun dan belum terbiasa untuk meminta izin mengambil makanan, sehingga dikhawatirkan batal ya, atau kata orang Jawa, mokel ya, berhenti di tengah jalan ya.
Jadi begini, anak ya itu memang harus dilatih sejak dini, untuk meminta izin kepada orang tua ya, termasuk Bunda juga dulu mendidik tiga anak juga begitu. Tidak bisa main buka kulkas, kemudian ngambil apa yang ada di dalam situ, misalnya susu, kue atau coklat atau apalah atau es krim, tanpa izin dari kami berdua, yaitu Bapaknya dan Ibunya begitu ya.
Jadi dilatih begitu. Nah ketika anak sudah terbiasa, untuk dilatih meminta izin ya, maka berikan reward ya. Terima kasih sudah izin kemudian diberikan. Jadi kalau misalnya, karena sudah minta izin, maka Mama mau kasih bonus nih, sama adik, misalnya dia minta susu, boleh dikasih coklat sebutir misalnya. Jadi nanti anak itu akan terbiasa, karena namanya anak-anak ya memang terbiasa untuk dipuji dulu. Jangan di salah dulu begitu ya.
Tetapi ketika dia terbiasa untuk mengambil, maka ada punishmen, dihukum anak itu, dihukumnya apa, misalnya, karena adik hari ini melanggar perjanjian kita, bahwa Adik itu, akan mengambil susu, harus janji dulu minta izin pada Bunda, maka karena sudah kadung diambil, jadi nanti sore tidak ada jatah itu yah. Nanti baru malam dikasih dan itu juga harus izin. Tanpa izin, maka tidak ada susu, jadi memang harus dilatih, karena apa, karena kan di dalam dalil dikatakan, bahwa adab itu lebih utama daripada ilmu. Adab dulu daripada ilmu kan begitu ya.
Bahkan seorang ulama kalau tidak salah, ulama di zaman dulu, dikatakan Aku belajar adab itu 30 tahun, sementara belajar ilmu itu 20 tahun itu ya. Jadi ini pentingnya mengajarkan adab dulu, izin dulu, apa-apa itu izin gitu ya. Boleh nggak aku main keluar? Boleh nggak aku ngasih ini ke temanku? Boleh nggak aku pinjam hp-nya Ibu? boleh enggak? Nah itu harus dilatih sejak kecil.
Nah kemudian bagaimana untuk melatih anak berpuasa?
Ini kalau Bunda itu, memang kita lihat, kalau dia masih segar bugar ya, kita ajak bicara dulu, kita misalnya main di halaman atau kita bonceng kemana, sehingga dia lupa dengan rasa lapar itu, dengan rasa lapar dan haus.
Sehingga kalau dia sudah merengek nih jam 11, sementara kita ingin dia sampai dzuhur kan, maka diupayakan bagaimana caranya anak ini lupa dengan rasa laparnya itu, sehingga kita yang harus kreatif. Apa namanya, misal dengan mengajarkan kepada anak saya membaca cerita, kemudian mengajak dia tidur atau bermain sesuatu yang tidak melelahkan ya otomatis. Jadi kalau melelahkan dia jadi tambah haus ya.
Memang ini perlu kesabaran dan diberikan perjanjian. Kalau saya dulu seperti itu, jadi boleh hari ini, misalnya udah laper banget ya, sudah lemes, itu udah kita sudah nggak tega ya. Oke kita boleh dia makan, tetapi hanya saya ambilin ini jam beker itu ya. Jadi ini jam ini saya putar tuh yang bagian menit, hanya boleh makan jamnya sampai sini ya. Misalnya 15 menit, silahkan dalam waktu 15 menit itu anak diperbolehkan dia minta makan apa, tetapi setelah pas di angka 3 yang menit itu, maka stop, tidak boleh lagi ada makanan dan minuman yang masuk.
Maka itu artinya anak sedang berpuasa lagi. Nah besok terus seperti itu, dilatih lagi dan ini memang perlu kesabaran luar biasa, karena kalau tidak, maka anak akan, "kan ala bisa karena biasa ya", kalau kita lihat pohon-pohon itu, kalau dia tumbuhnya miring dari kecil dibiarkan oleh kita, maka ya dia itu batangnya juga akan miring kan.
Tapi kalau dia kita tegakkan, kemudian kita kasih pancang, kita ikat, maka dia akan tegak, gagah tumbuh ke atas begitu. Jadi jangan salah, ketika kita berusaha untuk mendidik anak menjadi anak yang sholeh, maka memang kita harus mau menjadi capek ya.
Jika memang kejadiannya seperti ini ya, karena memang baru 4 tahun juga ya, atau tapi anak 4 tahun itu sebenarnya sudah bisa diajak bicara ya. "Jadi tadi adik makan ya? ikut Dede itu ya, tapi sekarang tidak ya, karena sudah besar", begitu. Jadi diajarin bawa nanti, boleh sekarang nggak apa-apa deh, Adek lupa ya misalnya. Tetapi hari ini ikut puasa ya. Kalau bisa ya diupayakan untuk tidak, kalaupun mereka bermain, tetapi dibilangin orang tuanya, kalau anak saya sedang belajar puasa, tolong anaknya kalau main kerumah, jangan bawa makanan. Silahkan makan di rumahnya dulu ya.
Jadi jangan kita terbalik ngomongnya, anak saya puasa, anakmu nggak diajarin gitu, nggak sopan ya. Jadi kita bilangin saja baik-baik. Maaf Mbak nanti makanannya tolong di rumah saja ya .Jadi boleh main di sini, silakan main bersama anak saya, mainan anak saya tetapi tidak membawa makanan dan minuman atau jangan disuapin di depan anak saya. Anak saya sedang belajar puasa Mbak sampai jam 11 misalnya, atau kesepakatan jadi mereka berdua dilatih, makanan kita simpan ya, nanti jam 11 kita boleh makan lagi, kita makan sama-sama, seperti itu ya.
Wallahu a'lam
0️⃣2️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum.
1. Bund, di tips nomor satu bolehkah minta contohnya selain yang sudah bunda sebutan terkait fiqh puasa. Karena abang ini kalau sudah dijelasin masih saja tanya terus ada saja yang ditanyakan.
2. Berapakah batasan umur anak bisa dilatih berpuasa dan mulai wajib berpuasa bund?
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
1. Bismillahirohmanirohim...
Contoh dari betapa Ramadhan itu adalah bulan yang sangat mulia. Memang sebagai orang tua, kita harus banyak bekalnya, dalam artian, betapa setiap nafas di bulan Ramadhan itu adalah berpahala dan katakan misalnya, ketika ibadah-ibadah sunnah itu berpahala wajib, dan yang wajib ditingkatkan oahalanya dari 10 sampai 700 kali lipat bahkan lebih.
Katakan kepada anak sesuatu yang, kalau ini memang masih anak-anak ini, yang artinya masih hitung-hitungan logika ya, misalnya bilang begini, kalau adik sedekah di bulan Ramadhan Rp.1.000,- Alloh ﷻ akan dilipatgandakan pahalanya menjadi Rp. 700.000 gitu loh. Jadi anak itu akan terpacu ini adalah kebaikan. Ketika kita membaca Al-Qur'an di luar Ramadhan, itu satu huruf itu di kasih 10 oleh Alloh ﷻ pahala ya, maka ketika di bulan Ramadhan, dia akan menjadi 700 bagian.
Makanya ketika anak baca al-fatihah saja, luar biasa, kita support ketika anak, "mamah aku sudah ya mah, aku sudah baca 3 surat hari ini, masyaAllah. Maka coba kita hitung, dari apa An-Nas ada berapa huruf ya itu? MasyaAllah betapa pahalanya mama akan banyak sekali. Jadi terus, kalau misalnya anak itu masih terus bertanya dan kita tidak bisa menjawab, jangan pernah membohongi anak atau mengatakan nanya mulu sih, sudah apa tuh kenapa, jangan begitu ya, lebih baik cari orang yang bisa menjawab pertanyaan anak.
Jadi, "nanti ya, mama tanyakan dulu." Karena apa? Anak itu harus dijawab dengan dalil. Itu prinsip saya, ketika mendidik anak-anak. Jadi dari kecil mereka saya jawab dengan dalil, itu kenapa mereka tidak bisa membantah ya. Jadi ketika anak bertanya, kenapa kok seperti begini, kenapa kok seperti begitu, nggak boleh. Misalnya itu kita tidak bisa menjawab, lebih baik japri pada admin kek, "Mbak tolong dong Mbak, ini anak saya nanya, seperti begini." Karena anak butuh jawaban yang memang benar-benar ada dalilnya. Jangan sampai mengarang, kemudian ketika dewasa, itu mereka bilang lah mama berarti bohong. Orang kata pak guru nggak seperti begitu, kata ustadz nggak seperti gitu.
Kemudian anak berkata, "Wah selama ini, saya dididik dengan cara kebohongan ya." Ini pengalaman bunda, ketika bunda itu menceritakan kepada anak, hal yang seperti ini, ketika anak bunda itu menyantri ya di pondok, 6 tahun, mereka langsung bilang, "Bu, aku baru tahu itu ternyata asbabul wurudnya itu seperti gini lho Bu", dalil yang sering dikatakan ibu itu, seperti begini lho. MasyaAllah kan, coba akhirnya mereka apa, mereka yakin bahwa ternyata bener dong yang katakan ibu saya.
Jadi beda dong, kalau bohong itu, "ya... ternyata selama ini Ibu bohong dong sama aku." Jadi nggak bagus, tetapi ketika kita menyampaikan bahwa ini dalilnya seperti ini, dari lainnya seperti ini, itu anak ketika mendapatkan kebenaran itu, oo berarti benar dong.
Termasuk saya pribadi, bunda, ketika ibu saya dulu, ketika SD kalau saya bilang, bu aku hari ini tuh UTS, UAS kita dulu THB ya, tes hasil belajar begitu. Itu ibu bunda, selalu mengatakan banyak-banyak baca Robbisyroh lii shodrii wa yassir liii amrii, banyak-banyak baca istighfar dan banyak-banyak shalawat. Itu sampai bunda itu S1, kuliah itu selalu yang dikatakan, tiga hal itu. Dan ternyata MasyaAllah ketika bunda semakin ikut kajian, mendapatkan dalil, bagaimana istighfar itu bisa membuka jalan, bagaimana salawat itu akan memberikan rahmat dan kemudahan bagaimana Robbisyroh lii shodrii wa yassir liii amrii itu adalah doa dari Nabi yang ada di dalam Al Quran, maka MasyaAllah mungkin ibunya bunda nggak bisa mengatakan, ini loh dalilnya seperti gini. Karena ibunya bunda itu enggak sekolah, enggak mondok juga, hanya sampai kelas 2 SR, tetapi begitu bunda ikut kajian, kemudian paham apa itu istighfar, bagaimana namanya kata-kata Robbisyroh lii shodrii wa yassir liii amrii ini keluar gitu ya dari asbabun nuzulnya, MasyaAllah. Itu akan membuat kita semakin yakin ya. Jadi anak jangan pernah dibohongi dengan kata-kata tanpa dalil, karena kalau dengan dalil, maka anak itu akan terbiasa diarahkan oleh Alloh ﷻ, dengan kebenaran.
Itu kenapa bersyukurlah masuk di dalam group kajian-kajian, karena akan paham. Bahwa begini loh caranya menyampaikan kepada anak, bahwa itu salah, bahwa itu adalah tidak benar, ini bertentangan dengan syariat dan lain sebagainya, begitu ya itu untuk yang pertama.
2. Pertanyaan kedua, Umur berapakah mulai dilatih? Sebenarnya umur berapa saja, kalau kita mau dan anaknya sudah senang begitu. Besok Ramadhon ya Mah misalnya nanti seperti itu. Ini cucu saya yang umur 4 tahun, Rosyad namanya, maghrib ya, umur 4 tahun. Kemarin ketika masih 3 tahun, dilatih itu ya seperti itu. Jadi nanti kalau sudah lapar, dikasih minum, kemudian di stop begitu, nanti lanjut, nanti dia guling-guling lagi, sudah lapar-lapar kan. Itu dikasih, tapi di stop lagi, nanti terus sampai lanjut.
Dan Alhamdulillah sekarang sudah 4 tahun, sudah full ya, maghrib. Jadi ini adalah perlu kesabaran ekstra, bagi orang tua, untuk menjaga anak-anak kita, ada dalam fitrahnya ya. Karena kewajiban puasa itu, kan memang untuk yang sudah baligh. Tetapi kalau untuk anak-anak, maka kita bisa lihat, tapi kalau anak-anaknya Ustadz itu ya, kalau saya dengarkan itu, yang seperti Ustadz Adi Hidayat ya, kemudian siapa Ustadz Khalid basalamah itu, anaknya umur-umur balita itu, sudah Magrib semua itu anaknya, MasyaAllah itu kan.
Sebenarnya bagaimana kita menguatkan azzam mereka dan mau bercapek-capek, ketika mereka guling-guling, mereka nangis, kemudian kita alihkan untuk menggambar, bercerita, diajak motoran mobilan ke mana gitu, melihat sesuatu sehingga jamnya itu, makin naik gitu loh. Jadi yang tadinya rungsing ya atau orang ngambek jam 10 jam 11 sudah mulai lapar, maka dia bisa mundur sampai jam 1 atau jam berapa begitu ya.
Jadi tidak ada patokan pasti, kapan harus dilatih, tetapi rata-rata anak TK itu, sudah bisa magrib sebenarnya, karena anak bunda juga ada yang TK itu, sudah mulai maghrib ya. Tapi sebelum TK umur 4 atau 5 tahun itu, ya dilatih seperti itu tadi, jadi dari Ashar kemudian di Dzuhur berbuka, misalnya jam 12. Tapi misalnya besok, dia mau batal lagi, makan nggak boleh jam 12 ya, jam 1 ya. Nah besok lagi, kalau mau batal, jam 2 ya, terus saja, lama-lama di pekan kedua ketiga itu sudah magrib, karena sudah terbiasa kan lapar kemarin naik 1 jam, naik 1 jam, segitu ya.
Wallahu a'lam
0️⃣3️⃣ Raina ~ Yogja
Anak saya 5 tahun, belajar puasa, sudah disounding puasa itu tidak makan dan minum di siang hari.
Dia tidak makan dan minum, tapi jajan. Karena katanya kata mamah tidak makan dan minum.
Sekian sharing dari saya.
🌸Jawab:
Bismillahirohmanirohim...
Jujur saya nyekikik baca ini, tidak boleh makan dan minum, tetapi boleh jajan, karena memang jajan itu bukan makan dan minum, tapi jajanan begitu ya. Nah inilah konsep ya, makanya bunda dari awal mengatakan bahwa, jangan pernah ngomong sama anak itu, dalam tanda kutip, "salah dimengerti", makanya akan begini jadinya.
Jadi anak mikirnya, kan aku nggak makan nasi dan tidak minum teh, tidak minum susu, tidak minum sirup, tetapi aku jajan telur gulung begitu ya atau cireng atau bakso. Itu kan bukan makan nasi ya. Nah makanya ketika konsep fikih puasa itu disampaikan kepada anak, maka sampaikan apa yang disebut dengan makan dan minum, makan dan minum itu, apapun yang masuk ke dalam mulut, bisa es, bisa buah, bisa jambu, bisa semangka, dijelaskan semuanya.
Sehingga anak tahu, "oh makan dan minum itu, bukan nasi dan minum susu, bukan minum teh, bukan minum air, termasuk jajan itu adalah makanan, jadi yang sebut dengan makan itu adalah termasuk makanan, ini harus dijelaskan. Termasuk sayur itu juga makanan, itu dan ini dilarang masuk ke dalam mulut, ketika masih dalam masa-masa puasa begitu ya.
Jadi memang harus ditegaskan, hati-hati dengan fikih, anak itu pintar ya, seperti ketika anak bunda berkata, bahwa bertanya begitu ya, "Ibu, dulu Nabi Adam itu, kata ibu ada di surga ya, terus gara-gara makan buah khuldi, kemudian diturunkan ke bumi. Emang sekarang pohon khuldinya ada nggak Bu?". Coba bayangkan anak saya bertanya seperti itu, yang sulung itu. "Emang kenapa Kak? Aku ingin itu nanti, kalau sudah kiamat, semua orang sudah mati, kemudian aku mau makan itu buah khuldi, Aku mau balik ke dunia. Jadi aku tidak usah disuruh tidur siang lagi gitu. Kalau mau main jadi aku sendirian, nggak apa-apa ibu di surga, aku di dunia sendirian."
Coba bayangkan, ini harus dijawab dengan fikih loh, enggak bisa kita jawab, "jangan ngawur", nggak bisa begitu. Sampai kemudian, bunda sendiri datang ke Profesor Didin Hafidhuddin, bertanya, sejarah pohon khuldi itu ada apa tidak, maasyaAllah ya, dan Ustadz Didin menjelaskan, bahwa di dalam Al Quran tidak dijelaskan, apakah ketika kita kiamat nanti, pohon itu masih ada apa tidak. Karena kita belum tahu kondisi Surga itu seperti apa. Sehingga anak itu tidak berimajinasi lebih. Tetapi jangan stop imajinasinya, hanya dijawab, harus sesuai dengan apa yang ada di dalam Al Quran.
Nah pertanyaan tentang, kadang orang tua tidak tega. Nah itu kan ada ya, dialog seorang Syaikh begitu ditanya, "Bagaimana caranya agar anak saya itu mau ke masjid untuk shalat subuh?" Kemudian syekh itu menjawab pertanyaan ibu itu begini, "seandainya begini, ketika anakmu tidur dan rumahmu kebakaran, apa yang akan kamu lakukan terhadap anakmu yang tidur? Aku akan seret dia, memaksa dia untuk keluar dari rumah, agar dia tidak terpanggang api dan dia tidak mati dibakar api, begitu kata ibunya.
Itu kamu sudah tahu jawabannya. Maksudnya syekh? Bagaimana mungkin kamu rela, anakmu nanti, akan dimasukkan ke dalam kobaran api neraka, gara-gara tidak shalat subuh. Itu karena kamu, tidak pernah melihat, api neraka itu seperti apa. Sementara di dalam dalil dikatakan, jika seluruh api yang ada di dunia ini dikumpulkan, maka itu panasnya hanya setetes api yang ada di neraka.
Setetes dibagi untuk seluruh dunia. Kebayang kebakaran hutan saja di Australia kemarin, asapnya ke mana-mana, kan kita juga kena. Jadi jangan pernah main-main dengan yang namanya akidah, kemudian atas nama kasihan, yang kasihan kita nanti dan generasi berikutnya.
Ketika kita main-main mendidik akidah anak, maka taruhannya adalah kita ketika mati dan ketika anak kita akan menurunkan apa yang kita lakukan, "ah dulu mama saya juga nggak ketat-ketat amat, aku enggak shalat juga enggak apa-apa gitu kan."
Bunda bisa seperti itu karena apa? Karena didikan Bapak Bunda itu luar biasa, untuk mengajarkan shalat lima waktu adalah wajib, mau apapun itu.
Jadi dulu ketika Bunda waktu SD kelas 1, Bunda masih ingat, bapak itu pegang kayu. Dia akan mencari, begitu beliau selesai jadi imam masjid, turun, dia akan tanya ibu saya, istrinya ya. "ke mana Azizah?" kata ibu saya, "main". Namanya anak kecil kan, pulang sekolah mainkan, kemudian dicari itu bawa-bawa kayu, dicari rumah tetangga saya yang punya anak seusia saya. Kalau saya sudah ada, dipanggil, "Azizah sekarang waktunya apa? Bapak sudah pulang dari masjid", maka saya akan lari kencang sekali, pulang ke rumah untuk salat. Saya tidak dipukul cuma bapak bawa itu saja.
Itu dibawa, yang penting saya pulang. Jadi saya dicari itu bukan untuk makan siang, tetapi dicari untuk shalat itu saja. Jadi dicari, kemudian saya lari pulang ke rumah ya, kemudian saya wudhu bentar shalat. Ya itu sudah seperti mana gitu ya, mungkin 2 detik atau berapa lah pokoknya yang penting kelihatan shalat pakai mukenah. Bapak saya nggak masalah, karena apa ya, kan belum baligh. Yang penting latihan, tapi begitu sudah 10 tahun. Itu saya ditungguin, bahkan bacaan shalat, harus baca di depan Bapak. Harus benar, dari mulai Ashadualla ilaha illallah itu harus benar bacaannya.
Itu yang kemudian saya ajarkan kepada anak saya. Karena saya bisa seperti itu, karena didikan Bapak saya. Coba kalau kita main-main mendidik anak kita, terus generasi berikutnya, generasi berikutnya, generasi berikutnya, mau seperti mana. Tidak bisa bibit yang baik itu, kan karena memang dari awalnya baik dan yang buruk juga akan melahirkan hal yang buruk. Tanpa Hidayah dari Alloh ﷻ kan begitu ya. Jadi jangan main-main untuk mendidik anak begitu ya. Jangan atas dasar kasihan, yang kasihan tuh kita nanti di akhirat.
Alhamdulillah kalau sudah izin, berarti nanti dikasih bonus, asal sampai dzuhur, dedek boleh dapat 2 deh. Kalau sekarang, Bunda tidak mengizinkan. Karena ini masih belum waktunya berbuka, dedek mau dapat 2 apa 1.
Wallahu a'lam
0️⃣4️⃣ Apni ~ Garut
Assalamualaikum bun.
Bagaimana dengan anak yang sulit di ajak ngaji, dan cenderung mengamuk tidak sabaran ketika di koreksi kesalahannya?
Dan pada akhirnya saya menyerah karena setiap ngaji anak tersebut ngamuk, nangis dan sekuat berusaha tetap kondisinya seperti biasa.
Apakah saya berdosa membiarkan anak tersebut tidak mengaji?
Wassalam mua'laikum warahmatullahi wabarakatuh.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim. Ketika anak marah ya untuk diajak ngaji. Maka ini harus ya, harus ada perjanjian. Kalau saya dulu ini punten banget Bunda hanya akan menyampaikan apa yang bunda alami ya, ketika mendidik tiga anak. kan Bunda punya anak juga nih, ketika mengajari anak-anak itu bisa ngaji eh al-Fatihah kemudian ngaji dari abata sampai bisa Quran, kemudian latihan salat, kemudian mengenal huruf A, B, C itu, Bunda yang langsung dari Bunda.
Dan trouble itu ada, pernah anak Bunda itu ngamuk juga, enggak mau juga, apa namanya? Ngaji, emoh aku. Pokoknya aku enggak mau, enggak mau ngaji gitu ya. Maka pada saat tertentu, ketika mereka dalam kondisi normal, kan anak itu enggak ngamuk dua puluh empat jam, tiga puluh hari kan? Enggak kan? Atau seminggu ngamuk terus enggak kan? Gitu. Ada saat-saat anak itu begitu bahagia, pulang Mama, Papa gitu kan. Pokoknya mereka bahagia saja. Maka saya gunakan moment itu, untuk semacam negoisasi, lobi gitu ya, saya kumpulkan anak-anak, saya bilang, Ibu dan Bapak akan memberikan peraturan, jika kalian iya, maka Ibu iya, Bapak iya, tapi jika kalian tidak, maka Bapak dan Ibu tidak, saya katakan, maksudnya bagaimana?
Mereka akan bertanya, maksudnya gitu kan? Jadi begini, misalnya, Ibu minta kalian, ayo sekarang kita belajar ngaji. Kalian jawab, enggak mau, aku enggak mau ngaji, gitu kan. Oke. Kalian sudah menjawab enggak mau. Berarti jawabannya tidak kan? Sudah, tetapi ketika kalian ibu aku lapar aku mau makan. Ibu akan jawab tidak. Kenapa? Karena kalian tidak ketika Ibu minta. Kenapa ketika kalian minta, Ibu harus menjawab iya? Itu saya terapkan dari kecil. Itu kenapa saya bilang di grup yang lain mendidik anak itu enggak main-main?
Dan itu berlaku sampai sekarang. Anak saya sudah mahasiswa, ini sudah mau sarjana. Yang satu sudah semester lima, yang satu lagi sudah kelas sebelas gitu ya yang bungsu. Itu berlaku itu kalau kamu iya, Ibu iya, kalau kamu tidak, Ibu tidak. Simpel kan?
Jadi, ketika mereka misalnya disuruh ngaji nih misalnya, pada saat itu ya, sekarang waktunya ngaji nih, sudah, sudah salat Asar kan Ayah ngaji, enggak mau! Gitu, nah! Terus kan ada kartun tuh, ada apalah Power Ranger lah, apalah gitu ya yang Superman apa enggak ngerti saya. Atau film dinosaurus atau apalah gitu. Atau mereka minta komik baru. Saya jawab tidak. Kemarin siapa yang menjawab disuruh ngaji tidak dan ibu sekarang tidak. Tidak ada TV menyala. Tidak ada pinjam HP, tidak ada beli komik baru dan itu tegas. Bapaknya juga enggak akan.
Sehingga juga akan delek-delek apa ya bahasa melongo gitu ya. Hah gitu ternyata berlaku benaran nih peraturan. Jadi mau enggak mau, memang terpaksa, mau enggak mau lah mau gimana daripada kalau saya kasihan saya biarkan anak saya itu tidak akan belajar ngaji sama sekali. Dan apa akhirnya? Saya dapat apa mendidik mereka? Bapaknya capek kerja kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, bayar SPP, di sekolah mahal, gitu kan? Kemudian anaknya enggak bisa ngaji, ya Allah, gitu kan? Rugi sekali. Ibunda itu kepada anak-anak. Ibu, ya, melahirkan kalian itu taruhan nyawa. Ibu, hampir mati.
Ya, terus bukti eh saya buka tuh! Dalam Al-Qur'an eh ibu kalian mengandung, itu dalam keadaan eh payah, lemah, gitu kan? Dan siap bertarung dengan nyawa. Itu saya sampaikan kepada mereka itu. Ya, jadi aturannya seperti itu. Buat apa Ibu capek-capek, Bapak capai-capai nyari kerja, nyari uang untuk membiayai kalian beliin baju, tetapi kemudian Bapak itu di akhir, nanti dicemplungin ke neraka. Gara-gara Alloh ﷻ nanya, kenapa anakmu enggak bisa ngaji? Enggak ya Allah diajarin ngaji. Tetap saja bapak yang dihukum. Kenapa? Karena kalian di bawah tanggung jawab bapak dan ibu. Itu. Ketika kalian baliq, maka dosa apapun yang kalian lakukan, kalian yang tanggung.
Tetapi ketika masih anak-anak itu menjadi tanggung jawab bapak dan ibu itu. Kenapa? Kalian harus taat. Yang membikin aturan di rumah ini adalah bapak dan ibu, bukan kalian. Itu untuk urusan akidah tuh kami seperti itu, ya, waktu itu. Jadi ketika mereka bilang, ibu-ibu sekarang itu loh Bu ada waktu itu mereka senang konan ya, konan atau apa Doraemon apa apa sih? Waktu dulu itu. Sudah terbit loh Bu yang baru. Ya saya senyumin. Sampai kapan pun Ibu enggak akan beli. Siapa yang kemarin enggak mau disuruh nambah satu lembar iqra' gitu kan? Jadi mereka, ya sudah aku sekarang mau dua tapi beliin ya. Ya sudah hayu, hayu ngaji. Gitu, tak beliin. Gitu loh. Jadi negoisasi harus pintar orang tua itu. Kalau kamu begini akan begini. Bahkan saya selalu menekankan kepada anak doa seorang ibu itu tidak ada tabir antara dia dengan Alloh ﷻ. Artinya apa? Begitu seorang ibu itu tidak ridha maka tidak akan ada kesuksesan buat anak. Itu saya tanamkan sejak anak-anak itu kecil. Sehingga sampai sekarang pun tanpa mereka itu kalau mau ujian enggak minta doa itu rasanya mereka kurang pas.
Dan pernah suatu saat anak saya yang bungsu itu pernah ujian TO ya try out kelas enam sengaja enggak bilang ke saya kalau besok itu try out dan saya tidak tahu kalau itu besok try o dia main HP apa yang terjadi? Name-nya masyaallah sampai heboh satu sekolahan yang biasanya dia di peringkat atas kemudian jeblok. Saya sampai di WA guru-guru, ini apa yang terjadi dengan anak Ibu.
Kenapa nilainya segini amat gitu sampai saya koreksi lagi tuh apa soal. Apakah terlalu sulit gitu sampai dia enggak bisa jawab. Kemudian oke saya koreksi. Saya pulang ke rumah saya tanya ini kenapa nilainya Adik kayak begini? Dia nangis langsung sesekukan. Iya karena aku waktu waktu itu aku lupa enggak minta doa sama Ibu.
Coba bayangkan kan sejak saat itu dia tidak pernah mengulangi lagi. Dia bilang aku akan bayar ini Bu. Tapi tolong doain aku ya Bu. Aku akan bayar ini bulan depan. Karena kalau di sekolah anak saya itu try out kelas enam itu diadakan setiap bulan. Di akhir bulan ada try out kalau enggak salah. Jadi bulan berikutnya itu dia langsung peringkat satu. Karena apa? Ketika mau berangkat dia bilang, ibu aku besok try out. Aku mau belajar. Ibu doain aku ya pas shalat malam. Itu benar, dia tertinggi. Jadi karena terbiasa ya, terbiasa saya mendidik bahwa Ibu tidak ada tabir dengan Alloh ﷻ. Jadi kreteki hati Ibu, jangan sampai kalau saya selalu katakan dan saya itu kalau marah itu saya istighfar. Astagfirullahalazim cerdas sekali ya. Itu yang saya katakan kepada mereka. Atau saya katakan astagfirullah sopan sekali ya.
Yang saya takutkan kalau itu berlawanan, malaikat amin. Tapi ketika saya marah, muntab, kemudian malaikat amin, maka yang terjadi adalah apa yang saya ucapkan. Ketika saya marah kemudian, astagfirullah, cerdas sekali. Maka ketika malaikat amin anak saya cerdas. ya kan? Maka jangan pernah mengatakan yang buruk ketika marah. Katakan yang baik. Itu seperti itu ya.
Wallahu a'lam
0️⃣5⃣ Aisya ~ Cikampek
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bunda, bagaimana supaya kita tidak jadi tyrex ketika menasihati anak bun?
Ketika kita menemukan surat cinta dari lawan jenis nya (surat dari teman sekelasnya laki-laki) Ananda nya baru kelas 6 SD.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Ya bismillahirrahmanirrahim.
Saya membacanya Tyrex itu dinosaurus ya, ternyata masyaallah gitu ya. Orang tua teh menyeramkan begitu ya. Jadi makhluk yang paling perkasa gitu tyrex. Jadi gini, memang anak itu adalah fitrah, jadi kita harus menyadarkan kepada anak, kita perlu bicara kepada anak, bahwa fitrah itu seperti mama dan papa, bapak dan ibu, ayah dan bunda. Itu laki-laki dan perempuan. Kita saling menyayangi, kita saling mencintai. Tetapi akan ada bukan untuk saat ini. Iya fitrah itu.
Dan kemudian kita arahkan, bahwa boleh berteman, tetapi tidak untuk pacaran ya. Nah bagaimana kalau misalnya kemudian tiba-tiba ada teman laki-lakinya yang berkirim surat dan lain sebagainya. Katakan bahwa mungkin, dia tidak paham agama ini, begitu ya. Jadi bagaimana mengungkapkan perasaan itu, itu harusnya nanti, ketika sudah dewasa, seperti ketika ayah meminang bunda, begitu. Jadi bukan saat ini, karena apa? Karena, ketika seseorang itu sudah menyatakan cinta, maka dia harus siap untuk dihalalkan. Dan itu perlu persyaratan dari pemerintah misalnya. Katakan kelas enam itu sudah sudah cukup lumayan dewasa ya. Jadi dia tahu tentang undang-undang, boleh nikah itu anak umur berapa segitu kan. Dan apalagi kalau anak kita sudah haid. Nah jelaskan haid itu seperti apa, kalau kemudian kebablasan. Nauzubillahi minzalik.
Jadi ini benar-benar harus dijelaskan secara detail. Jadi pembiasaan-pembiasaan dari kecil saya masih teringat anak saya yang paling kecil itu, si Azam begitu, ketika kelas satu itu menuntun temannya perempuan itu turun dari tangga, itu kelas satu. Itu kakaknya marah sekali, karena kakaknya nunggu kan? Kan mereka naik jemputan bareng gitu ya. Jadi, dia lapor, sampai rumah tuh dia marah-marah. "Ibu, tadi adik itu pegang bukan mahramnya gitu." Pokoknya dia sudah, sudah meledak. Sementara adiknya kedip, dia belum paham ya. Apa salahnya aku gitu kan. Aku maksudnya enggak nakal kan sama teman dia enggak, enggak mukulin anak perempuan, enggak.
Karena saya mengajarkan bahwa menjadi laki-laki itu harus tangguh, jangan pernah menyakiti perempuan, karena ibu kalian perempuan, saudara-saudara kalian tuh perempuan, nenek perempuan. Perempuan itu harus dilindungi, bukan disakiti, bukan dipukuli. Dijaga perasaannya. Itu saya katakan dari kecil. Sehingga doktrin-doktrin positif itu akan masuk kepada anak kita.
Begitu juga dengan anak perempuan, itu dinasihati bahwa perempuan itu adalah seperti kaca. Sekali pun dia tidak akan bisa kembali utuh, meskipun di lem. Kita bisa buktikan, misalnya gelas nih, tiba-tiba jatuh, panggil anak kita. Coba Nak kita rangkai dulu yuk gelas ini. Bisa enggak? Cantik enggak? Kalau sudah terlanjur pecah seperti begini, enggak ada harganya.
Jadi inilah yang disebut dengan menjaga kehormatan izzah dan ifah perempuan. Itu harus selalu dijelaskan. Jangan pernah berpikir bahwa anak kita itu anak kecil ya. Anak kecil sekarang itu masyaallah. Mereka bisa berselancar ke mana saja, mereka bisa jauh lebih dewasa dari usianya yang saat ini.
Jadi saatnya kita mengatakan kok ibuku benar-benar melarang aku itu seperti ini, menjaga aku seperti ini, menjaga aku seperti ini jadi katakan itu, maka kemudian saya jelaskan kepada azam, azam, tidak boleh ya memegangi anak perempuan, kecuali kalau dia terpeleset mau jatuh, boleh ditarik, biar dia tidak tetapi kalau turun cukup diingatkan. Atau kalau misalnya rok-nya kepanjangan, bilang rok mu awas keinjak pegang angkat itu. Jadi namanya anak kan enggak tahu ya anak usia enam tujuh tahun begitu tentang aurat. Mereka juga masih meraba begitu ya.
Mereka belum tahu fix-nya, seperti apa begitu. Tapi kita jelaskan. Yang jelas tidak boleh menyentuh itu. Dan sejak saat itu enggak mau lagi. Bahkan ketika kelas empat azam itu enggak mau sekolah gara-gara eh pagar yang untuk naik tangga ikhwan itu sudah dikunci. Kemudian yang itu tempatnya akhwat dia enggak mau. Itu tempatnya akhwat naik, aku enggak mau naik lewat situ.
Akhirnya saya telepon kepada wali kelas, akhirnya dibuka dan dia naik di bagian ikhwan. Masyaallah gitu ya. Yang kelas satunya seperti begitu, kelas empat sudah paham. Begitu. Bahwa tidak boleh lewat jalurnya akhwat. Jadi bisa dan lain sebagainya. Jadi di sekolah anak kami itu dipisah ya tangga untuk ikhwan dan tangga untuk akhwat.
Jadi mereka tidak tabrakan. Kalau mereka lari-larian begitu. Jadi memang perlu, perlu dijelaskan begitu loh. Kenapa kok perempuan itu perlu benar-benar menjaga dirinya. Karena ya ibarat kalau di dalam dalil banyak coba kita baca. Bahwa jangan kepada kaca-kaca itu. Begitu ya. Dalilnya. Jadi yang namanya kaca itu ya mudah retak begitu ya. Dan kaca itu akan memantulkan apa yang ada di depannya kan?
Jadi intinya adalah ketika kita berumah tangga. Ini kaitannya dengan rumah tangga ya. Ketika seorang suami memperlakukan istrinya demikian memuliakannya, maka perempuan itu akan jauh lebih memuliakan suaminya. Tetapi sebaliknya ketika disiksa batinnya dikasarin, kemudian dikata-katain dan lain sebagainya. Itu kan sangat menyakitkan.
Maka balasannya juga akan berbeda, begitu. Ya, jadi seperti itu. Maka anak kita itu diajarin mana yang boleh disentuh oleh siapa? Begitu misalnya dokter boleh menyentuh ya, yang untuk hal-hal yang sensitif, yang boleh menyentuh adalah ibu kalau perempuan, kalau laki-laki adalah bapak, begitu ya, jadi anak itu tahu bahwa ini itu tidak boleh, dan jangan pernah kemudian seperti tadi ya, seperti tyrex ya. Yang kemudian menyebabkan anak merasa, ya aku jujur saja sudah salah kan. Enggak, enggak seperti itu. Katakan bahwa eh bersyukur, bahwa masih ada orang yang menyukai tetapi tidak seperti ini.
Laki-laki yang baik itu akan datang kepada bapak ibumu nanti. Bukan dengan cara seperti ini yang dia pada akhirnya akan mengajak berzina. Berzina itu katakan bukan hanya sekedar berhubungan badan tetapi berzina itu pergi berdua, saling menatap, ngomong mesra, dan lain sebagainya. Itu sudah termasuk zina ya.
Wallahu a'lam
0️⃣6️⃣ Han ~ Gresik
Assalamu'alaikum,
Bund, bagaimana ini sekarang kita sebagai orang tua biar bisa lebih sabar, ikhlas dan telaten mendampingi dan menjelaskan ke anak yang masih balita untuk belajar shaum?
Kebanyakan orang tua sekarang ini lebih mudah emosi dan menyerah menghadapi anak-anak yang banyak tanya dan ada saja tingkah lucu-lucu dan gemesnya itu.
🌸Jawab:
Waalaikummussalam warahmatullah wabarakatuh
Bismillahirohmanirohim...
Anak adalah amanah. Anak adalah investasi ukhrawi. Anak adalah tabungan amal, untuk akhirat. Catat itu dan ini akan dipertanggungjawabkan ya di hadapan Alloh ﷻ kelak. Ketika anak dari kecil, sudah terbiasa melanggar ya, dia tidak menghormati orang-orang yang sedang berpuasa dan tidak di kenalkan, bahwa bulan puasa itu adalah bulan, dimana orang tidak ada yang makan dan minum sebelum jam yang sudah ditentukan, yaitu adzan magrib.
Karena apa, pertanggungjawabannya dari orang tua, malah apa, dianggap lucu-lucuan atau apa gitu, terus kemudian berharap, robbihabliminassolihin ya kan kemudian berharap kelak dia akan menjadi tabungan amal, nonsens gitu loh. Jadi harus serius mendidik anak itu dari kecil, ini nggak bisa main-main ya.
Kalau Bunda seperti itu prinsipnya, jadi ketika di bulan Ramadhon bunda akan menjauhkan, suami Bunda itu, sampai beli gembok ya, beli gembok khusus itu, untuk menyimpan makanan-makanan, apa yang kira-kira akan membuat anak tertarik untuk makan, untuk minum, maka itu dimasukkan di dalam lemari itu, kemudian dikunci.
Kuncinya kita simpan, jadi di kulkas itu, tidak ada apa-apa, sehingga anak juga tidak bisa mendapatkan apa-apa. Jadi benar-benar ini harus dilatih. Kan kebanyakan, termasuk ketika anak laki-laki bunda dari TK itu, sudah harus terbiasa ke masjid, lima waktu, dibawa oleh ayahnya. Karena apa, bersama ayahnya juga diajari dari TK. Padahal i'tikafnya mereka itu, tahu nggak, bawa buku komik, bawa buku gambar, krayon meja gambar, dan lain sebagainya.
Pokoknya sudah seperti mau perang lah, kan bawa itu hanya untuk mengenalkan itikaf. Itu artinya diam, diam di masjid, dari jam sekian sampai jam sekian, tidak kemana-mana. Itu biar mereka terbiasa. Ooo... Ramadhon itu berarti, tidak makan, tidak minum, dari mulai aku bangun tidur, sampai kemudian nanti azan magrib. Kalau itikaf itu artinya berdiam diri, untuk beribadah. Meskipun ketika pada saat itu, mereka lari-larian, mereka kejar-kejaran, mereka teriak-teriak dan lain sebagainya. Yang penting tetap diingatkan, untuk tidak mengganggu jamaah yang lain.
Jadi ini jangan main-main ya, dengan akidah, karena apa, karena akar itu akan kuat, kalau ditanam dari sedalam mungkin gitu loh dan akidah itu akan semakin kokoh, kalau dari kecil itu, sudah diingatkan. Kamu laki-laki lho ya, sunnah muakkadah, laki-laki itu adalah shalat ke masjid. Ya mau diajari ke masjid ya sudah SMA, ya sudah kadung kenal cewek, sudah terlanjur asik dengan internet, HP dan lain sebagainya. Bagaimana caranya bisa ke masjid.
Ibaratkan seperti yang saya jawab di grup sebelah ya, ibaratkan pohon, sudah sebesar paha mau dibelokin, disuruh tegak, ya enggak bisa ditegakkan itu. Kalau masih sebesar jari ya, jari telunjuk, kalau batangnya bengkok, kita tegakkan, kita ikat, kasih tiang, baru dia tegak. Kok sudah sebesar paha, bagaimana caranya kita mau ngelurusin pohon, susah kan. Ya nggak. Ibaratkan anak seperti itu, dilatih anak itu dari kecil, dengan sesuatu ibadah yang mahdhoh, dengan contoh yang baik.
Salah satu contohnya. Coba cari bagaimana ustadz Khalid basamalah itu mendidik anaknya, yang pernah saya lihat, sampai saya terkagum-kagum, anaknya wajib setoran loh, dalil, bahwa dari riwayat ini, ini, pakai bahasa Arab, dan bapaknya sambil pakai baju, mengancing baju begitu, mendengarkan hafalan anaknya. Coba bayangkan itu sekaliber ustadz loh, yang sibuknya kayak begitu, anaknya wajib setoran.
Itu kalau kita, yang memang tidak sepaham itu ya, tentang dalil begitu ya. Kita latih, apa yang bisa kita latih. Bahwa ini jamnya shalat ya. Kalau Bunda dari kecil dulu, dari bayi malahan, mengenalkan tauhid itu. Jadi ketika adzan masjid itu terdengar keras di rumah, itu Bunda kan bilang ke dedek bayi, "itu sekarang adzan loh, itu artinya panggilan untuk shalat, jadi nggak boleh rewel ya, Ibu mau shalat, mau wudhu, nanti ikut ibu, disebelah Ibu. Bayi nggak akan ngerti, tapi bayinya dijaga oleh malaikat.
Jadi ketika saya shalat, anak nggak nangis.
Karena saya sudah bilang, kalau ibu akan pergi sebentar untuk wudhu, nanti dedek ikut ibu untuk shalat, nanti dedek lihat ibu salat. Seperti itu, sehingga anak itu terbiasa untuk menerima ilmu ya, menerima apa namanya, hal yang wajib di dalam Islam itu seperti apa. Itu sudah kelihatan dari bayi begitu ya.
Wallahu a'lam
0️⃣7️⃣ Ayu ~ Boyolali
Ustadzah, anak saya umur 5 tahun. sebenarnya dia sudah bisa dibangunkan sebelum subuh ustadzah, tapi tidak mau makan sahur. Jadinya sekarang baru mau sahurnya pagi hari setelah pulang dari masjid.
Mohon tips nya ustadzah dan mulai usia berapakah yang paling baik untuk kita mengajarkan anak berpuasa?
Syukran ustadzah.
🌸Jawab:
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Jadi begini, anaknya sudah bisa bangun sebelum subuh, tetapi nggak mau sahur, maasyaAllah ya, itu hargai saja dulu ya, kan masih umur 5 tahun ya, jadi nggak masalah, jangan dimarahin. Jangan dipaksa, bujuk saja dulu, sedikit saja, kan hatta, kan kalau di dalam dalil itu, kan hatta, "hanya seteguk air" ya, untuk sahur, disuruh minum susu, dia sukanya susu apa, susu kotak, susu yang di apa, di seduh atau apa ya silakan saja atau roti atau apalah yang dia mau. biskuit nggak masalah, yang penting, intinya itu anak paham, bahwa bangun tidur itu untuk sahur.
Itu adalah sunnah, sunnah yang dikuatkan dan pahala sahur itu luar biasa, dan itu yang harus disuntikkan, "sedikit saja dek nggak apa-apa, biskuit-biskuit atau susu kotak kecil. Nih habisin ya, sudah tidak masalah. Nah ketika dia mau sahur, setelah pulang dari masjid, dipersilahkan saja, enggak apa-apa, tapi sambil dikasih tahu, "sebenarnya tadi itu sudah imsak. Besok lagi nggak diulangin ya, hari ini boleh."
Begitu nggak papa. Karena kan dia bilang, ketika bangun tidur ya, alasannya, aku masih ngantuk waktu itu. Jadi aku sekarang mau sahurnya jam 6, nggak papa ya. Yang penting kan sahur, dapat pahala. Ya namanya belum pahamkan gitu loh, bahwa ya sahur itu ketentuannya begini, masih anak-anak. Kata abinya, "ya sudah nggak papa mi sahur, tapi setelah itu, setelah sahur enggak boleh lagi ngemil, minum susu enggak boleh ya Dek. Sekarang dedek mau sahur apa gitu kan, mau telur ceplok. Ya sudah telur ceplok, sama susu 1 gelas, ya sudah.
Diminum sama dia, stop habis itu. Setelah itu habis, selesai, lanjut puasa sampai kemudian dia merengek untuk berbuka. Untuk pertama kalinya puasa ya ini gitu, tapi setelah tahun berikutnya sudah nggak seperti itu. Nggak masalah ya, karena memang lagi latihan, mau gimana, kalau mau dipaksa juga, mereka akan berkata, ternyata melaksanakan agama itu ruwet sekali ya, kok tersiksa ya. Jadi ini memang pintar-pintarnya kita, untuk berdialog dengan anak itu.
Besok lagi itu ya Dek, sama-sama, Dedek mau apa deh, dibikinin sama mama. Misalnya dedek mau telur dikecapin atau telur dadar apa atau telur puyuh atau nugget apalah. Tawarin saja menunya, kalau saya seperti itu dulu. Jadi anak-anak itu malam, "hayo siapa yang mau sahur? Aku maunya itu ya Bu, nasi gorengnya, tapi telurnya di ini ya, diorak-arik" ya gitu ya. Terus si Kakak mintanya apa, si Adek ini mintaknya. Ya memang harus capek, kadang sudah disiapin semuanya, sesuai pesanan, pas sahur salah coba, bilang aku kan nggak mau yang ada begini, MasyaAllah itu teh ngelus dada ya, dan itu perlu kesabaran yang luar biasa.
Makanya emaknya harus makan duluan begitu kan. Kalau nggak, habis kita di dapur, kita belum sempat makan, karena tiba-tiba ganti menu kan. Aku nggak mau, sekarang aku nggak selera sama nasi goreng. Maunya mi saja.
Jadi bagaimana coba, daripada enggak puasa, ya sudah, enggak lah. Tapi nanti dimakan ya Dek. Ketika kita berbuka ya kan enggak boleh buang-buang makanan, mubazir namanya, itu temannya setan. Itu sampaikan terus, tentang dalil-dalil itu, sehingga anak terbiasa dengan hal yang seperti itu jadi ya.
Wallahu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Anak adalah anugerah.
Anak adalah investasi akhirat. Anak adalah pertanggungjawaban.
Jangan salah mendidik anak. Karena kita sebagai orang tua akan menuai penyesalan abadi.
Ajarkan adab sebelum ilmu. Didik akidah anak sebaik mungkin. Karena ibarat pohon, akidah adalah akar. Jika akar itu kuat menghujam ke dalam bumi, maka ia akan sanggup menumbuhkan dahan yang kokoh yang tidak mudah goyah.
Begitu juga akidah, sedalam apa kita menanamkan pokok-pokok akidah dalam diri anak. Maka anak seiring waktu dalam kedewasaan yang matang dan insyaAllah dijauhkan dari hal-hal yang menyimpang.
Jangan pernah membohongi anak saat anak banyak bertanya seputar agama.
Usahakan menjawab sesuai dalil.
Seiring waktu, anak akan terbiasa mempola hidupnya dengan syariat Alloh ﷻ, insyaAllah.
Tak ada gading yang tak retak, begitu juga,
tak ada orang tua yang sempurna. Pada Alloh ﷻ semata kita bermohon.
Semoga Alloh ﷻ mudahkan membawa keluarga kita ada di jannah-Nya.
Aamiin Aamiin Ya Mujibassailin.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar