OLeH: Ummi Yulianti, S.Pd
•┈•◎❀★❀◎•┈•
❀ M a T e R i ❀
•┈•◎❀★❀◎•┈•
🌸ISTIQOMAH DALAM KETAATAN
بِسْــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمن الرَّحِيْمُ
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
Tidak hanya diserang wabah Covid19, kita saat ini hidup di zaman yang penuh dengan tantangan dan gangguan terhadap kelurusan Akidah, ibadah dan muamalah yang sesuai dengan Syari'at Islam. Tantangan dan gangguan datang silih berganti, mendera untuk melemahkan komitmen kita terhadap dien Islam.
Kini kehidupan penuh dengan kesyirikan, kemunafikan, kemungkaran dan kemaksiatan. Dalam bidang akidah, sistem pluralisme, liberalisme, sekularisme, materialisme menancapkan kuku-kukunya dan menyemburkan racun-racunnya untuk merusak akidah kaum muslimin.
Di bidang politik, sistem sekularisme, demokrasi dan zionisme menjajah negeri-negeri kaum muslimin, merusak politik dan tatanan kehidupan kaum muslimin.
Di bidang ekonomi, sistem kapitalisme dan sosialisme mencekik leher kaum muslimin, merampok kekayaan negeri-negeri kaum muslimin, dan memperbudak kaum muslimin dengan belenggu hutang, investasi asing dan pasar bebas.
Di bidang sosial dan budaya, sistem liberalisme merusak generasi kaum muslimin melalui musik, film, game, seks bebas, dan gaya hidup hedonis. Dibidang militer, aliansi zionis. Komunis dan sekularis internasional bersatu padu memerangi para pejuang Islam lewat skenario perang global melawan terorisme.
Zaman sekarang adalah sebuah zaman yang diumpamakan dengan potongan-potongan malam yang kelam dan gelap gulita. Sebuah zaman yang bisa mengubah keimanan dan keislaman begitu cepat.
Dari Abu Hurairah RA bahwasannya Rasulullah ﷺ bersabda, "Bersegeralah untuk melakukan amal-amal kebaikan sebelum datang fitnah-fitnah (ujian-ujian) bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pada waktu pagi seseorang masih beriman, namun pada waktu sore ia sudah menjadi orang kafir. Dan pada waktu sore seseorang masih beriman, namun pada waktu pagi ia sudah menjadi orang kafir. Ia menjual agamanya demi sedikit kenikmatan dunia."
Dalam situasi seperti ini, setiap muslim dituntut untuk mengimunisasi keimanan dan menguatkan pegangan kepada petunjuk hidup yang Alloh ﷻ turunkan kepada Rasulullah ﷺ. Setiap muslim harus memperbarui ilmu, amal, dan niatnya dalam setiap waktu dan keadaan. Setiap muslim harus memahami Islam dengan benar, menjadikan Islam sebagai pedoman hidup yang lurus dan menjauhi semua ajaran yang menyimpang dari Islam.
Tidak merasa lelah dan tidak akan bosan beribadah. Itulah yang akan dirasakan oleh orang-orang yang istiqamah dalam menjaga ketaatan dan beribadah kepada Allah Ta'ala. Orang-orang yang istiqamah itu juga bergembira dengan surga yang dijanjikan Alloh ﷻ, yakni tempat segala kenikmatan , sebagai balasan yang Alloh ﷻ gambarkan dengan firman-Nya dalam hadis qudsi: “Sesuatu yang tidak ada satu mata pun yang pernah melihatnya, tidak ada satu telinga pun yang pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas sedikitpun dalam hati manusia.” (HR. Bukhari Muslim)
Karena sangat tekun menjalankan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah Ta'ala, orang yang istiqamah tidak takut dan tidak sedih saat akan meninggalkan dunia menuju panggilan Alloh ﷻ. Para ulama juga menjelaskan, bahwa maksud tidak takut adalah mereka tidak takut dengan apa yang akan mereka hadapi setelah hari kematian mereka. Adapun maksud mereka tidak bersedih adalah mereka tidak bersedih dengan apa yang mereka tinggalkan selama di dunia.
Perasaan ini akan dialami oleh semua orang yang istiqamah. Termasuk orang-orang yang ketika di dunia sangat bahagia, berharta dan berkedudukan tinggi. Karena kebahagiaan yang akan mereka terima di akhirat, jauh lebih baik dari apa yang selama ini mereka rasakan di dunia. Sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman, tidak istiqamah, berlaku maksiat dan sombong, kelak yang akan dirasakannya adalah ketakutan yang mencekam dan kesedihan yang mendalam. Hingga walaupun di dunia mereka adalah orang yang paling sengsara. Karena, kesengsaraannya selama mereka di dunia, masih jauh lebih baik dari kerugian yang akan diterimanya di akhirat.
Dengan kesabaran menjalan ketaatan dan kekuatan iman, maka seorang yang istiqamah tidak akan merasa letih dan lelah dalam melaksanakan semua ibadah. Payah dan letihnya hanya akan disandarkan kepada Allah Ta'ala. Keimanan kepada Alloh ﷻ menuntut sikap istiqamah. Keyakinan hati, kebenaran lisan dan kesungguhan dalam amal adalah unsur-unsur keimanan yang mesti dijalankan dengan istiqamah. Istiqamah yang berarti keteguhan dalam memegang prinsip, merupakan bukti jelas kekuatan iman seseorang.
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah (surga) yang telah dijanjikan Alloh ﷻ kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)
Kiat-kiat supaya bisa istiqomah dalam ketaatan:
✓ Pertama, senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Alloh ﷻ dan keimanan kepada Rasulullah ﷺ dengan melaksanakan perintah syariat dan meninggalkan larangan syariat.
Firman Alloh ﷻ: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh ﷻ dan berimanlah kepada Rasul-Nya niscaya Alloh ﷻ memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan dia mengampuni kamu. Dan Alloh ﷻ Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hadid: 28)
✓ Kedua, senantiasa belajar dan menuntut ilmu yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang mencakup akidah, ibadah, akhlak, dan muamalah. Karena semua aktivitas yang dilakukan harus dengan ilmu. Berilmu sebelum beramal adalah kaedah yang harus dipegang erat.
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra: 36)
✓ Ketiga, bergaul dengan orang-orang shalih. Dari Abu Musa Al-Asyari RA dari Nabi Muhammad ﷺ, "Perumpamaan kawan akrab yang shalih dan Kawan akrab yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup tungku pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, boleh jadi ia akan memberimu minyak wangi atau engkau membeli minyak wangi darinya. Sedangkan peniup tungku pandai besi, boleh jadi akan membakar bajumu atau engkau mendapatkan bau yang busuk darinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
✓ Keempat, membenci, menolak, dan mengingkari segala bentuk isme; kapitalisme, sekularisme, sosialisme, komunisme, pluralisme, hedonisme. Menolak sistem, peraturan, hukum undang-undang dan budaya serta adat istiadat yang menyelisihi Al-Qur'an dan As-Sunnah. Membenci, menolak dan mengingkari orang-orang yang menganutnya atau memperjuangkannya dan mengamalkannya.
✓ Kelima, memperkuat hubungan dengan kaum muslimin secara umum dan saling mencintai, mengunjungi, membantu, dan menolong mereka dalam suka dan duka. Senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka.
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara." (QS. Al-Hujurat: 10)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang Makruf dan mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat menunaikan zakat dan mereka taat kepada Alloh ﷻ dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi Rahmat oleh Alloh ﷻ Sesungguhnya Alloh ﷻ Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At-Taubah : 71)
Seorang Muslim hendaknya berupaya untuk bisa tetap istiqomah dalam ketaatan. Karena sebagai Muslim kita dituntut untuk rela berkorban demi agama Islam. Berkorban waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa demi tegaknya syari'at Islam dimuka bumi.
Wallahu a'lam
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
❀ TaNYa JaWaB ❀
•┈••◎◎❀★❀◎◎••┈•
0️⃣1️⃣ Cucu Cudliah ~ Tasikmalaya
Syukron Ustadazah juga moderator.
Kiat Istiqomah yang ke lima dalam paparan di atas: memperkuat hubungan dengan kaum Muslimin secara umum dan saling mencintai, mengunjungi, membantu, dan menolong mereka dalam suka maupun duka. Senantiasa mendoakan kebaikan bagi mereka.
1. Bagaimana kalau mereka berkhianat baik dalam bentuk lahir maupun batin?
2. Apakah kita harus terus menjalin hubungan baik walau mereka berkhianat?
3. Apakah dengan memaafkan mereka tetapi tidak melupakan pengkhianatan mereka termasuk perbuatan Istiqomah?
Syukron Katsiro
🌸Jawab:
1. Kalau penghianatan bersifat pribadi, sebaiknya memaafkan, meski sulit, tapi memaafkan itu lebih kepada kedamaian hati kita sehingga tidak ada dendam yang akan merusak hati kita.
2. Tetap berhubungan baik dan berlaku adil. Ingat kisah abu bakar yang diperintahkan Alloh ﷻ untuk tetap memaafkan dan berbuat kepada orang-orang yang memfitnah putri nya Aisyah, RA.
3. Kenangan buruk akan lebih lama tersimpan di dalam memori kita. Tapi memaafkan dengan tulus ikhlas akan membuat kita bisa tersenyum ketika mengingat hal buruk tersebut.
Jadi memaafkan tapi masih ingat hal buruk tersebut itu adalah hal fitrah. InsyaaAllah tidak merusak niat untuk istiqomah.
Wallohu a'lam
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
❀CLoSSiNG STaTeMeNT❀
•┈•◎❀★❀◎•★•◎❀★❀◎•┈•
Segeralah kita introspeksi diri. Bagaimana kita selama ini menghabiskan waktu kita. Agar kita tidak termasuk orang-orang yang menghabiskan waktu atau umur kita dengan kesia-siaan. Dan agar kita menjadi orang yang istiqamah dalam menjaga ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar